Mohon tunggu...
Desi
Desi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SIBER SYEKH NURJATI CIREBON

Hobi saya mencari hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tips Mendidik Anak Menghafal Al-Quran Sejak Dini

22 Oktober 2024   21:19 Diperbarui: 22 Oktober 2024   21:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam rentang usia 2-6 tahun, selain melanjutkan langkah-langkah di atas, orang tua juga perlu mengajarkan anak tentang kisah-kisah, konsep-konsep dasar Islam, tanda kekuasaan Allah Swt., dan kandungan al-Quran lainnya. Materi tersebut disampaikan secara bertahap, sepotong-sepotong, dalam sebuah serial yang menarik, sebagai variasi agar anak tidak merasa berat dalam mempelajarinya.Anak juga bisa mulai di-talqin untuk membaca al-Quran dengan baik dan benar, diajari tentang huruf hijaiyyah, dan menghafal surah-surah pendek. Dalam rentang usia ini, diharapkan seorang anak sudah mengenali pola dan kebiasaan hidup bersama al-Quran. Ia diharapkan sudah memahami kapan waktu-waktu khusus bersama al-Quran dan kemudian tertarik untuk meluangkan waktu belajar al-Quran karena kandungan ilmu di dalamnya.

Usia 6-12 tahun (Sekolah Dasar), anak mulai diarahkan untuk menghafal al-Quran pada waktu-waktu khusus yang telah dibiasakan. Paling tidak, harus ada tiga waktu khusus bersama al-Quran. Pertama, waktu untuk menyetorkan hafalan baru, biasanya paling baik adalah sebelum dan sesudah salat Subuh. Kedua, waktu untuk mengulang (muroja'ah) hafalan, biasanya setelah salat Asar. Ketiga, waktu untuk mempelajari kandungan al-Quran, memperbaiki bacaan, dan menyiapkan hafalan al-Quran, biasanya dilakukan setelah salat Magrib.Harapannya, dengan pola kegiatan dan kebiasaan seperti di atas, seorang anak mampu menyelesaikan hafalan al-Quran pada masa Sekolah Dasar (SD). Selanjutnya, di masa Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan jenjang pendidikan berikutnya, anak bisa dibebaskan untuk mempelajari ilmu sesuai minat dan bakatnya dengan catatan, pola kegiatan dan kebiasaan, terutama waktu-waktu khusus bersama al-Quran tadi tetap dilanjutkan.

Hanya prioritas waktunya yang berubah, lebih banyak alokasinya untuk muroja'ah. Andaipun dalam masa SD seorang anak belum mampu menyelesaikan hafalan al-Quran, dia bisa melanjutkan pola kegiatan dan kebiasaan tersebut hingga jenjang berikutnya dan menyesuaikan prioritasnya jika telah menyelesaikan hafalan.

Tahap Menghafal al-Quran

Target pendidikan anak menghafal al-Quran dengan cara di atas dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama, sebelum usia 6 tahun, anak sebaiknya sudah mampu membaca al-Quran dengan baik dan benar, hafal surah-surah pendek, dan sudah memahami dengan kesadaran terkait waktu-waktu khusus bersama al-Quran.

Tahap berikutnya, sebelum memasuki jenjang SMP, sebaiknya anak sudah pernah menyelesaikan setoran hafalan al-Quran sampai khatam. Harapannya, di jenjang SMP, anak bisa fokus muroja'ah hingga lancar dan mutqin sembari meraba minat dan bakatnya. Dengan demikian, pada jenjang SMA dan selanjutnya, seorang anak bisa menekuni minat dan bakatnya dengan tetap menjaga hafalan al-Quran.

Dengan metode di atas, total durasi yang dibutuhkan anak untuk menyelesaikan setoran hafalan al-Quran kurang lebih sekitar 6 tahun. Dengan al-Quran yang terbagi dalam 30 juz, maka target hafalan per tahun hanya sekitar 5 juz saja. Jika dalam setahun ada 2 semester, maka target hafalan al-Quran hanya 2-3 juz per semester. Jika dalam satu semester, efektif proses menghafal sekitar 5 bulan (dikurangi libur, futur, sakit, bosan, dsb., terakumulasi total sebulan), maka target hafalan per bulan sekitar 8-12 halaman (dengan catatan, al-Quran berjumlah 20 halaman setiap juz). Jika dalam sebulan, efektif proses menghafal sekitar 20 hari (dikurangi lagi untuk kompensasi libur, futur, sakit, bosan, dsb., terakumulasi total 10 hari dalam sebulan), maka target hafalan sekitar 0,4-0,6 halaman per hari.

Artinya, dengan metode di atas, seorang anak memiliki target hafalan sekitar 6-9 baris per hari atau setara halaman al-Quran. Target tersebut cukup memungkinkan mengingat banyaknya kompensasi yang sudah diberikan (10 hari setiap bulan ditambah 2 bulan dalam setahun), sehingga jadwal kegiatan dan target lebih fleksibel.Metode di atas dibuat dengan mempertimbangkan bahwa setiap anak adalah pribadi yang unik dengan minat dan bakatnya masing-masing. Namun, dengan dasar pemahaman dan hafalan al-Quran sejak dini, diharapkan anak mampu menekuni minat dan bakatnya dengan dasar pedoman dan kemudahan dari al-Quran. Sebagaimana disebutkan dalam buku Prophetic Parenting karya Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, beliau mengutip pernyataan Ibnu Sina dalam kitabnya, As-Siyasah,

"Apabila seorang anak sudah siap menerima pendidikan, maka dimulailah mengajarinya al-Quran, dituliskan untuknya huruf-huruf hijaiyyah, dan diajari masalah-masalah agama."

Semacam itu pula anak-anak dari para sahabat dibiasakan untuk dididik dengan al-Quran dan hadis sedari kecil. Dengan demikian, kelak saat mereka harus mempelajari ilmu dan keterampilan lain, mereka tidak melupakan prinsip dasar dan pedoman kehidupan, yaitu al-Quran dan hadis. Salah satu contoh pola pendidikan semacam itu didapati dalam kisah Imam Bukhari yang mulai menghafal al-Quran dan hadis saat berusia sepuluh tahun atau kurang, dan menyelesaikan hafalan al-Quran plus sekitar 15.000 hadis pada usia sekitar 16 tahun.

Al-Quran adalah kitab yang mulia dan membawa kemuliaan bagi yang membersamainya (shahibul quran). Banyak cara untuk membersamai al-Quran, di antaranya membaca, mempelajari, menghafal, dan mengamalkan. Semoga kita semua dimudahkan untuk membersamai al-Quran, mengajarkan dan mendidik anak serta keluarga kita dengan al-Quran, hingga kelak bersama-sama berkumpul di surga dengan sebab al-Quran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun