Masa remaja merupakan masa yang sangat krusial dalam kehidupan seorang siswa karena keberhasilan dalam menghadapi masa depannya juga dipengaruhi oleh keberhasilan remaja dalam menjalani perkembangannya. Namun dalam perkembangannya, usia remaja adalah usia yang sangat rentan karena siswa sedang berada dalam masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.Â
Secara kognitif, siswa sudah mampu mengembangkan pola pikir yang logis tentang sebuah gagasan, membuat rancangan dan strategi, serta memiliki wawasan berpikir yang lebih luas di bidang yang lebih variatif seperti identitas diri, agama, moral, keadilan dan banyak lagi.Â
Selain itu, siswa di usia remaja memiliki tantangan dalam meregulasi emosinya yang masih meletup-letup dan belum matang sepenuhnya. Dalam perkembangan emosi siswa di bangku SMA, Hurlock (1992) mengemukakan perubahan yang terjadi, yaitu: (1) Ingin menyendiri, (2) Bosan, (3) Inkoordinasi, (4) Antagonis Sosial, (5) Emosi yang meninggi, (6) Hilangnya Kepercayaan Diri. Perubahan dalam diri siswa ini harus senantiasa di pantau oleh guru maupun orang tua demi membimbing siswa terhindar dari tindakan mengalihkan dorongan emosional mereka ke arah yang negatif.
Bercermin dari pengalaman penulis selama praktik mengajar di sekolah dan melihat langsung aktifitas yang terjadi di salah satu SMA Negeri di Kota Jambi, pemandangan siswa yang keluar masuk untuk mengikuti sesi konseling sudah tidak menjadi hal yang aneh. Mereka memerlukan bimbingan karena berbagai macam alasan tapi benang merah dari alasan yang dapat penulis simpulkan adalah belum matangnya cara berpikir mereka dalam mempertimbangkan sesuatu.
Walaupun tidak berlaku untuk semua siswa, namun mayoritas siswa yang membutuhkan bimbingan adalah siswa yang memandang sesuatu dari perspektif mereka sendiri.Â
Menurut Ali & Asrori (2005) siswa SMA berada pada periode remaja tengah dimana pada periode ini remaja mulai melihat berbagai fenomena di masyarakat yang menunjukan kontradiksi dengan nilai-nilai yang mereka pahami sehingga mereka mulai mempertanyakan kebenaran dan serta konsep baik-buruk dari suatu masalah. Â Sehingga mereka membangun nilai-nilai mereka sendiri yang mereka percayai.
Dalam proses pembelajaran di kelas, gejolak emosi siswa yang belum matang akan terlihat di kelas ketika guru kurang memiliki inisiatif untuk memancing dan melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sikap ini dapat diinterpretasikan oleh siswa sebagai bentuk pengabaian.Â
Sedangkan ketika guru hanya berfokus melibatkan satu atau dua siswa maka siswa lain akan mengalami apa yang kita sebut kecemburuan sosial. Responnya tidak selalu dalam bentuk siswa yang merasa tertantang dan berlomba-lomba kearah yang lebih baik tapi terkadang mereka justru kehilangan minat untuk berkompetisi sehingga mereka menjadi sangat pasif dan acuh di kelas.Â
Di sinilah peran guru yang harus mampu memahami karakteristik peserta didiknya dan memahami ciri dan tahap perkembangan siswa di usia remaja. Dengan demikian guru dapat mengajar dengan metode yang sesuai dengan perkembangan  siswanya serta mendidik melalui pendekatan yang tepat.
Meskipun berada dalam fase perkembangan emosional yang bergejolak, tidak dapat dipungkiri bahwa remaja di bangku SMA juga memiliki kelebihan tersendiri. Kelebihan itu diantaranya adalah kemampuan penalaran yang lebih matang, kemampuan membedakan hal yang konkrit dan konsep abstrak, serta mulai mampu menerapkan proses berpikir efisien (Piaget, 1977).Â
Meskipun begitu, guru harus menyadari bahwa proses berpikir mereka masih dalam tahap penyempurnaan penalaran sehingga guru tidak seharusnya menganggap bahwa siswa telah mampu berpikir di level yang sama dengan guru. Maka dari itu, guru harus mampu memfasilitasi pembelajaran di kelas yang mendukung dan membimbing siswa dalam memaksimalkan potensi dan kemampuan mereka sesuai dengan tahap perkembangannya.
Diskusi adalah salah satu metode belajar yang mampu melatih siswa untuk menggunakan kemampuan penalaran dan cara berpikir efisien mereka dan di saat yang sama mereka dapat belajar bagaimana melihat sesuatu dari perspektif orang ain.Â
Dengan begitu guru dapat fokus pada pengembangan kompetensi yang sudah dimiliki siswa agar menjadi lebih terasah dan terarah. Selain itu dengan berdiskusi, peluang guru untuk melibatkan lebih banyak siswa untuk berbagi ide dan melatih komunikasi mereka juga lebih tinggi.
Untuk menciptakan diskusi kelas yang hidup dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi siswa untuk belajar, guru dapat memperhatikan beberapa hal seperti menentukan topik diskusi yang menarik dan relevan dengan kebutuhan siswa lewat survey di kelas, menyediakan sumber daya yang mendukung untuk diskusi seperti video, gambar, ataupun audio yang relevan dengan topik, memberikan kesempatan yang sama pada seluruh siswa, serta memberikan umpan balik yang konstruktif bagi tiap-tiap ide dan opini siswa.
Tentu ini hanyalah satu dari sekian banyak metode yang dapat di terapkan oleh guru di kelas. Semakin variatif dan kreatif metode yang dipakai maka ketertarikan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran akan semakin besar pula.Â
Maka dari itu, itulah mengapa penting bagi seorang guru untuk melihat bagaimana siswa belajar dari aspek perkembangan emosionalnya sehingga guru dapat memahami lebih baik tentang pembelajaran seperti apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh siswa. Dengan demikian, guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswanya dan membantu mereka untuk belajar lebih optimal.
Daftar Pustaka:
Ali dan Asrori. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Pt Bumi Aksara
Hurlock, E. B. 1990. Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa Isawidayanti dan Soedjarwo.Jakarta: Erlangga
Piaget, J. (1977). The Development of Thought: Equilibration of Cognitive Structures. Viking Press.
Tambunsaribu, G & Galinggin, Y. (2021).Masalah Yang Dihadapi Pelajar Bahasa Inggris Dalam Memahami Pelajaran Bahasa Inggris. Dialetika: Jurnal Bahasa, Sastra dan Budaya, 8 (1), 1-2
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI