Pacaran merupakan proses dimana seseorang telah memasuki masa remaja dan dewasa awal atau menuju perkembangan selanjutnya(Jakcson,2007).Banyak orang mengartikan pacaran sebagai suatu hubungan yang dijalankan atas dasar cinta dan kasih sayang yang diawali dari dalam hati sehingga mengakibatkan munculnya komitmen di dalam sebuah hubungan.
Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi bahwa terdapat beberapa masalah yang disebabkan oleh terjalinya hubungan seseorang dengan lawan jenis.Seperti kekerasan emosional ,kekerasan fisik,serta sikap manipulatif.Pacaran ialah sebuah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh dua orang dengan maksud mengenal satu sama lain (DeGenove,2008).Selain itu,pacaran juga disebut dengan hubungan yang dilakukan oleh dua orang dengan tujuan saling support terhadap pasangannya supaya rasa dihargai dan aman muncul(Yani et al.,2021).
Meskipun demikian,indahnya berpacaran tidak dirasakan oleh semua orang,banyak diantaranya yang mengalami kasus kekerasan dimana dalam hubungan tersebut  salah satu pasangan lebih banyak mengekang pasangannya sendiri.Murray (2007) menyebutkan bahwa jenis kekerasan dalam pacaran bisa dilihat seperti kekerasan verbal( emotional abuse) misalkan makian,cacian,hinaan dan perkataan kasar terhadap pasangannya ,kekerasan fisik(physical abuse) misalkan pukulan yang dilakukan dengan tangan ataupun benda tajam, dan kekerasan seksual(sexual abuse).Perlu diketahui bahwa kekerasan seksual umumnya dikenal dengan suatu hal yang tidak mungkin disebut sebagai kekerasan seksual alasannya sangat sederhana karena suka sama suka misalkan ciuman,menyentuh daerah intim,atau bahkan melakukan hubungan intim tanpa adanya paksaan atau ancaman(Yani et.,2021).
Sekarang ini kekerasan dalam pacaran dikenal juga dengan sebutan toxic relationship,yaitu dimana suatu hubungan ditandai perilaku pasangan yang menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis terhadap pasangannya.Hadi (El-Hakim,2014) mengatakn bahwa emotional abuse ialah suatu bentuk kekerasan berupa cacian,makian,dan tekanan teman sebaya.Sehingga hal tersebut mengakibatkan korbannya marah,sakit hati,tertekan,dan apabila hal tersebut dilakukan terus menerus  maka akan memunculkan  rasa minder pada korban.Sedangkan physical abuse ialah bentuk kekerasan yang dampaknya dapat dilihat seperti bekas nyata atau luka ditubuh korban.(Yani et al.,2021)
Menurut Glass,kekerasan dalam pacaran merupakan suatu hubungan tidak sehat yang dibangun diatas persaingan,konflik,dan kebutuhan satu orang untuk mengendalikan orang lain(Elisabeth & Uthama, 2012).Diskriminasi dan dominasi ialah dua komponen yang menunjukkkan buruknya kualitas suatu hubungan.Hubungan berkualitas rendah dapat mengakibatkan kecemasan,penderitaan,depresi,gangguan emosi,gangguan memori dan peningkatan ketidakpuasan dengan hubungan(Villarejo-Carballido et al., 2022).Kekerasan dalam pacaran dicirikan dengan adanya kecemburuan berlebih terhadap pasangan,ketidakjujuran dalam hubungan,keegoisan,merendahkan,tidak ada rasa aman dan banyak memberikan kritik negatif terhadap pasangan(Rahayu Rahma Ningsih,2022).Kekerasan dalam pacaran mempunyai tiga jenis menurut Murray (2007)seperti kekerasan psikologis(emotional abuse),kekerasan fisik(physical abuse),dan kekerasan seksual(sexual abuse).Kekerasan tersebut dilakukan untuk mengontrol dan mendominasi pasangan(Yani et al.,2021)
Harga diri ialah bentuk evaluasi diri setelah menjalin hubungan (Maslow,1942).Harga diri yang tinggi melibatkan kepercayaan diri yang baik,evaluasi diri yang tinggi,keyakinan diri,dan kurangnya rasa malu malu .Sedangkan ,harga diri yang rendah dipandang sebagai kurangnya kepercayaan diri,kesadaran diri,dan keyakinan diri.Selain itu, umumnya memiliki perasaan malu malu ,ketakutan,dan cenderung tidak mau melakukan hubungan sosial yang normal(Maslow,1942).Harga diri dapat membentuk sikap positif atau negatif terhadap berbagai aspek kehidupan.Pertumbuhan harga diri berawal sejak lahir dan berubah sepanjang hidup karena pengaruh berbagai pengalaman dan faktor(Mehrabi et al.,2022)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa seseorang yang menjadi korban kekerasan dalam pacaran menunjukkan adanya pengaruh terhadap harga diri yang dimiliki korban(Julianto et al.,2020).Penelitian lain juga menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif kekerasan dalam pacaran terhadap harga diri.Harga diri korban menjadi turun karena adanya sikap manipulatif dan kekerasan yang diberikan secara terus menerus selama hubungan mereka terjalin(Ady, 2022).Altenatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harga diri pada korban kekerasan dalam pacaran adalah melalui terapi kelompok.
Terapi kelompok adalah salah satu intervensi psikologis untuk mengatasi masalah harga diri yang rendah.Terapi ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa individu yang mempunyai masalah yang sama untuk membentuk suatu kelompok.Sehingga ,individu yang tergabung dalam kelompok tersebut dapat menyadari bahwa bukan hanya dirinya sendiri  yang mengalami masalah serupa  dan anggota dalam kelompok dapat saling memberi support ,saran,bantuan dan motivasi satu sama lain.
Terapi yang dikembangkan oleh Lawrence (1989) ini menjadi salah satu psikoterapi yang sering diterapkan .Tujuan terapi ini adalah untuk meminimalkan kecemasan,meredakan kecemasan,berfokus pada harga diri,ketrampilan adaptif dan fungsi psikologis dengan memberikan dorongan,pujian serta saran.Pada terapi ini,terapis hanya memberikan tindakan netralitas sebanyak yang dibutuhkan
Luborksy mengembangkan beberapa teknik penerapan terapi kelompok diantaranya:
1) Eksternalisasi perhatian, usaha yang dilakukan terapis untuk mengalihkan perhatian
subjek dari kecemasan;
 2) Bimbingan, terapis memberikan interpretasi fakta sesuai
masalah yang dihadapi subjek;
 3) Manipulasi Lingkungan, usaha penyelesaian masalah
dengan mengubah unsur lingkungan yang tidak memberikan keuntungan;
 4) Persuasi, usaha untuk memberikan keyakinan pada diri subjek (Hana, 2021).
Berdasarkan penelitian terbaru menunjukkan bahwa terapi kelompok suportif memberikan rentang masalah mental menjadi normal yang sebelumnya menunjukkan rentang masalah emosional berada dalam rentang tidak stabil (bonderline).Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok suportif memiliki pengaruh signifikan terhadap masalah emosional (Fitri et al., 2022). Dalam penelitian lain juga menunjukkan hubungan yang signifikan, penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan harga diri kepada narapidana menunjukkan adanya peningkatan harga diri setelah diberikan terapi kelompok suportif meskipun hasilnya  berbeda setiap subjeknya karena dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti pengalaman, usia, dan penilaian diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H