Mohon tunggu...
Desak MadeYoniartini
Desak MadeYoniartini Mohon Tunggu... Dosen - penulis

menulis adalah ekpresi rasa lewat kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria Tua Pengayuh Sepeda

6 Desember 2023   12:26 Diperbarui: 6 Desember 2023   12:29 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teriknya sang surya seakan menghanguskan bayangan tentang patahnya hatiku bulan ini, namun ternyata kerongkonganku pun ikut kering. Aku mengambil langkah pasti menuju garasi dan menghidupkan si merah untuk melaju dibawah sinar surya yang siap menghantarkan jahatnya sinar ultraviolet.

Tengok kiri dan kanan, aku bersiap akan menyebrang, namun nyatanya pandanganku teralihkan oleh seorang pria tua yang mengayuh sepeda, dia berhenti dengan napas yang terengah-engah. Jalanan di depannya cukup curam, akupun rasanya akan menarik nafas dalam jika harus bersepeda melewati jalanan yang cukup curam terlebih dalam cuaca yang sangat panas.  Aku lantas mengingat semua dosa-dosaku, membayangkan betapa panasnya di neraka.

Pandanganku seolah belum ingin lepas dari kakek tua pengayuh sepeda, aku hanya terdiam. Lalu aku melihatnya turun dari sepeda dan menuntun sepedanya menaikin jalanan yang curam. Hatiku berkata “ayo bantu”, tapi apa daya rasanya aku juga tidak mampu menuntun sepeda itu melewati jalanan yang curam. Dari arah berlawanan terlihat sesosok pria berkaos putih dengan gambar wajah Singa cukup besar di punggungnya, pria ini mengendarai motor berwarna putih.

Pria berkaos putih itu menghampiri si pria tua lalu memarkirkan motornya, dengan gagah berani dia menuntun sepeda si pria tua, sementara si pria tuaterlihat kelelahan sambil mengusap keringat di keningnya yang sudah keriput. Aku menghampiri mereka berdua, seraya bertanya.

“Apa yang bisa saya bantu?”, tanyaku pelan.

“Jalan saja mbk, gak papa”, balas pria berkaos putih dengan senyuman.

Wah dia hebat juga, menuntun sepeda di tengah siang bolong seperti ini masih bisa tersenyum, Gumanku dalam hati.

Tak tega rasanya hatiku meninggalkan mereka berdua, akhirnya aku berinisiatif menuju minimarket di atas sana. Aku menuju rak roti, aku pilih 3 roti kecil dengan varian coklat, strawberry dan keju. Lalu aku langkahkan kaki menuju lemari pendingin, aku mengambil satu air mineral tanggung, dan dua  kotak teh ukuran kecil. Setengah berlari aku bergegas menuju kasir dan membayarnya.

Aku hampiri pria tua pengayuh sepeda dan pria berkaos putih tadi, mereka berdua sedang duduk dipinggir jalan yang datar. Terlihat pria berkaos putih kepayahan setelah menuntun sepeda, sementara si pria tuapun tak kalah lelahnya.

Aku duduk di samping si pria tua, aku sodorkan kepadanya roti dan air mineral, sementara pria dengan kaos putih ku berikan teh dingin. Sejenak kami bertiga meneguk minuman masing-masing sambil menatap langit yang biru cerah.

“Terimakasi ya, mas dan mbak”, ucap si pria tua sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun