Oleh Desak Komang Tini Adnyani, Program Studi Pendidkan Fisika, Universitas Pendidikan Ganesha
Derasnya arus informasi dan pesatnya kemajuan teknologi telah mengubah lanskap komunikasi kita. Di tengah perubahan ini, wawasan Nusantara muncul sebagai penunjuk arah yang semakin diperlukan, terutama dalam menumbuhkan toleransi di kalangan mahasiswa.
 Era digital memang membuka akses informasi seluas-luasnya, namun juga menghadirkan tantangan baru dalam hal keberagaman. Lantas, bagaimana kita dapat memanfaatkan wawasan Nusantara sebagai solusi untuk menjembatani perbedaan dan membangun harmoni di kalangan generasi muda Indonesia?.
Wawasan Nusantara memegang peran penting yang sangat diperlukan di era modern ini. Selain menjadi pemersatu bangsa, ia juga berfungsi sebagai alat pembentuk sikap toleran di kalangan mahasiswa.Â
Di satu sisi, perkembangan teknologi informasi memberikan peluang besar untuk memahami dengan lebih baik keberagaman budaya, suku, dan agama yang ada di Indonesia.Â
Namun di sisi lain, derasnya arus informasi ini juga membawa tantangan tersendiri. Penyebaran berita yang belum terverifikasi dan narasi yang menyesatkan berpotensi memicu sikap intoleran di masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda yang aktif di dunia digital.
Bayangkan Indonesia sebagai sebuah lukisan mozaik yang indah. Setiap kepingannya unik - berbeda warna, bentuk, dan tekstur. Itulah esensi dari Wawasan Nusantara. Konsep ini mengajak kita melihat keberagaman Indonesia bukan sebagai pemisah, tapi justru sebagai kekuatan yang menyatukan. Bagi mahasiswa, pemahaman ini sangatlah penting.Â
Mereka adalah calon pemimpin masa depan, penentu arah bangsa. Ketika seorang mahasiswa benar-benar menghayati Wawasan Nusantara, ia akan lebih mudah menerima perbedaan di sekitarnya.Â
Bukan hanya menerima, tapi juga menghargai dan merayakannya. Bayangkan sebuah kampus di mana mahasiswa dari Sabang sampai Merauke berbaur tanpa sekat. Mereka berdiskusi, bertukar pikiran, dan bekerja sama tanpa memandang latar belakang. Inilah gambaran nyata dari toleransi yang tumbuh dari pemahaman Wawasan Nusantara.
Zaman digital saat ini membawa tantangan berupa penyebaran berita palsu dan konten yang berpotensi mengancam kesatuan nasional. Kaum muda terpelajar, yang umumnya aktif menggunakan platform digital dan perangkat teknologi, rentan terhadap pengaruh negatif ini.Â
Namun, dengan pemahaman yang kuat tentang wawasan Nusantara, mahasiswa dapat lebih kritis dalam menyaring informasi dan lebih bijak dalam menanggapi perbedaan.
Toleransi menjadi topik yang semakin menyita perhatian publik akhir-akhir ini. Berbagai peristiwa intoleransi di sejumlah wilayah telah memicu keprihatinan. Contohnya, penolakan pendirian tempat ibadah kelompok minoritas atau perlakuan diskriminatif terhadap komunitas tertentu. Insiden-insiden ini menjadi perbincangan hangat, khususnya di kalangan mahasiswa dan masyarakat umum.Â
Di tengah situasi yang rentan perpecahan ini, pemahaman mendalam tentang wawasan Nusantara menjadi kunci. Konsep ini dapat menjadi landasan kuat untuk meredam sentimen negatif dan memupuk sikap saling menghargai antar kelompok. Mahasiswa, sebagai generasi penerus bangsa, memiliki peran strategis dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi dan persatuan.Â
Dengan berpijak pada wawasan Nusantara, kita dapat membangun dialog konstruktif, menghargai keberagaman, dan memperkuat ikatan sosial. Hal ini penting untuk menjaga keutuhan bangsa di tengah tantangan intoleransi yang semakin kompleks.
Di era digital ini, platform media sosial memiliki potensi besar sebagai sarana penyebaran wawasan Nusantara dan nilai-nilai toleransi. Gerakan-gerakan positif yang mengedepankan kekayaan budaya dan semangat kebangsaan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk lebih menghargai keberagaman.Â
Media sosial bukan hanya tempat berbagi informasi, tetapi juga dapat menjadi wadah edukasi yang efektif. Melalui konten-konten yang akurat dan mendidik, kita dapat menanamkan pentingnya sikap toleran dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.Â
Hal ini menjadi semakin krusial mengingat peran sentral media sosial dalam membentuk opini publik, terutama di kalangan generasi muda. Namun, penggunaan media sosial untuk tujuan ini perlu disertai dengan kecerdasan digital. Mahasiswa harus dibekali kemampuan untuk memilah informasi, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara bijak di dunia maya.Â
Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga promotor aktif nilai-nilai kebangsaan dan toleransi. Pada akhirnya, pemanfaatan media sosial secara positif dapat menjadi katalis dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan toleran, sesuai dengan semangat wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara bukan sekadar konsep pemersatu bangsa, tapi juga menjadi kunci pembentuk sikap toleran di kalangan mahasiswa. Di era digital ini, kita punya kesempatan besar untuk memperdalam pemahaman tentang keberagaman Indonesia, mulai dari budaya, suku, hingga agama.Â
Tapi perlu diingat, zaman sekarang juga punya tantangannya sendiri. Informasi yang beredar tidak selalu benar dan bisa memicu sikap intoleran. Karena itu, mahasiswa perlu pandai-pandai menyaring informasi dan tetap berpegang pada nilai-nilai Nusantara.Â
Dengan pemahaman yang kuat tentang wawasan Nusantara, diharapkan mahasiswa bisa jadi pelopor toleransi di tengah derasnya arus informasi. Mereka bisa memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan pesan persatuan, bukan perpecahan. Inilah tantangan sekaligus peluang bagi generasi muda dalam membangun Indonesia yang lebih toleran dan bersatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H