"Rie, kamu tentu heran mengapa sekarang ada di sini?" Kata perempuan di sampingku yang telah terbangun.
Aku diam. Diam saja. Hanyalah mataku yang penuh keheranan itu memandangi wajah bocah perempuan terlelap sambil mengais mimpi.
"Rie, ini adalah anakmu. Buah hati kita. Katanya lagi.
"Baru sebulan kita ketemu, aku masih dalam keadaan biasa dan sekarang kita ketemu lagi. Bayangkanlah hanya terpaut sebulan dan sekarang ini saya punya anak darimu. Sekarang dengarkan perkataan saya baik-baik:-Tubuhmu sudah jadi milikku. Termasuk anak ini dan juga hatimu, jadi jangan bertindak bodoh !"
Belum satu detik setelah perempuan itu selesai mengucapkan kata-katanya, aku bangkit. Kakiku yang tanpa alas dapat merasakan licinnya marmer. Kubuka pintu, lalu menuruni tangga. Mendadak seekor merpati hinggap di pundakku, lengkap dengan amplop yang tergantung oleh tali di kakinya.
Yunita yang sendu.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kukerat perutku dengan pisau lipat yang selalu ku bawa, kucopot hatiku. Lantas kukirimkan hati ini untukmu dalam amplop yang tertutup rapat, lewat burung merpati. Perempuan itu tidak akan tahu kalau aku telah mengirimkan hatiku untukmu, karena ia tidak mengerti makna hati yang sebenarnya. Ia boleh memiliki tubuhku. Tapi tidak hatiku. Hatiku hanya untukmu Yunita.
Pada masa yang akan datang, setiap tahun pada tanggal dan bulan tertentu para remaja akan saling memberikan hati dengan pasangannya. Mereka juga akan bercerita bahwa perayaan ini untuk mengenang seseorang yang telah memberikan hatinya kepada pacarnya, tapi tidak bisa hidup bersama.
Yunita kekasihku.
Terimalah hati itu, hanya untukmu dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati menyimpannya, salah-salah dicuri orang.
Aku memberimu peluk erat seerat-eratnya. Hingga kapanpun juga Yunita, aku masih berharap melihatmu. Cium mesra dari...