Mohon tunggu...
Dery DD Haikal
Dery DD Haikal Mohon Tunggu... -

nothing new under the sun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hati untuk Yunita

17 September 2010   04:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Yunita sayang.

Kejadiannya berlangsung cepat. Aku berhasil lari dari kepungan. Sekarang aku berada di depan pasar yang pengap dan hiruk pikuk. Kulihat orang-orang itu masih mengejarku. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam pasar.

"Dia masuk pasar ! Dia masuk pasar !"

Aku berlari terhoyong-hoyong menubruk sayuran dan menerakan buah-buahan. Aku sudah berniat memberikan hati ini untukmu saja Yunita. Hatiku cemas kalau aku tertangkap ia tidak bisa bersamamu.

Dibelakang tukang daging, setelah melewati jalanan becek pinggir tukang ikan, aku bersembunyi. Aku tahu perempuan itu menginginkan hatiku, yang aku tidak tahu adalah seberapa besar keinginannya itu. Hatiku sama seperti manusia kebanyakan. Tapi kenapa ia sampai mengerahkan pasukan untuk mendapatkannya. Mungkin ia memberi makna yang lain pada hatiku. Hati butuh dimengerti bukan barang kodian siap pakai.

Kurasa keadaan aman. Maka kuloncati jalan becek, kuseberangi air got yang hitam lalu berlari menuju jalan raya. Oh....,aku tidak percaya dan kamu juga pasti tidak percaya kalau bukan aku yang bicara. Pasukannya perempuan itu seperti kotoran hewan mereka ada dimana-mana. Dan sekarang mereka sedang berlari ke arahku. Akupun lari menjauhi mereka.Terjadi kejar-kejaran yang seru. Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalan tikus yang bermain tanda, gang-gang gelap yang tidak pernah ada pada peta, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukan bagi para revolusioner.

Satu orang tertabrak mobil, satu orang lain tersesat di sebuah gang sempit dan satu orang lagi jatuh dari jembatan penyeberangan setelah berkelahi denganku. Kuraba hati dalam dadaku, masih cemas. Jantung berdetak kencang. Hanya padamulah hati ini kuserahkan Yunita.

Tapi Yunita, mereka ternyata cukup pintar. Mereka menggunakan motor, mobil dan helikopter untuk menangkapku. Aku di buru tanpa henti, bahkan untuk membeli air mineral pun tidak bisa. Di langit tanpa bulan, helikopter mereka menyorotkan lampu ke tubuhku yang sedang berlari. Di stasiun kereta aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada kereta yang berhenti. Aku masuk kereta sesaat sebelum mereka berhasil meringkusku. Kereta berjalan meniggalkan senja, menembus malam. Didalam kereta tanpa AC, udara panas, keringat langsung membanjiri tubuhku. Manusia sudah seperti ikan pindang, mereka duduk dan berdiri berdesakan. Tidak ada celah untuk merenggangkan kakiku yang letih. Bahkan wanita digabungkan dalam satu gerbong dengan pria. Pantas saja koran-koran banyak memberitakan pelecehan seksual.

Di stasiun terakhir kereta berhenti. Orang-orang menuruni tangga gerbong dengan rapi. Aku tidak berusaha untuk turun. Aku menarik napas panjang kemudian duduk lesu di kursi yang telah kosong untuk mengembalikan tenaga dengan memberikan kesempatan otot kaki. Beristirahat. Pada detik yang sama aku merasa ada sesuatu menghamtam kepalaku. Lalu gelap.

Yunita yang manis.

Aku betul-betul heran ketika terbangun; kamar mewah, lantai marmer, kasur empuk. Yang lebih heran lagi aku terbangun di samping perempuan yang mau membeli hatiku. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Yunita tapi kamu akan terus membacanya. Di samping perempuan itu, di ranjang, di kasur empuk yang sama, tertidur seorang bocah perempuan. Matanya, matamu, hidungnya, hidungmu, lesung pipinya adalah lesung pipiyang selalu tambah dalam kalau kamu tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun