Mohon tunggu...
Derwan Babe
Derwan Babe Mohon Tunggu... -

Kangen juga ni sama kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Salahkah Aku..."

4 Agustus 2011   16:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:05 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SORE menjelang berbuka puasa. Lampu lalu lintas di perampatan jalan itu

berganti merah. Dita dan Sisi kembali menyeruak  di sela-sela mobil yang mengantri panjang.

"Kue, kue...  Kolak, kolak..."  seru kedua gadis cilik itu.

Alangkah senangnya kedua bocah kelas V  itu. Saking senangnya, tenggorokan  mereka yang

kering karena berpuasa, seolah tak terasa lagi.

"Barusan aku laku tiga bungkus," teriak Dita sumringah.

Sisi tersemyum senang. "Tapi, Dit, kamu udahan dulu ya... Nanti mama kamu nyariin."

Sisi mengingatkan sahabatnya.

"Tanggung, Sis. Bentar lagi juga habis..." balas Dita bersamangat. Ia dengan sigap telah

menylinap lagi di sela-sela mobil."Kue, kue... kolak, kolak..." serunya lagi.

"DITA !!!" sebuah teriakan dari balik kaca helm menyentakan bocoh munggil itu.

Astaga... Mas Doni, bisiknya ketakutan. Pria berhelm itu  memarkir sepeda motornya di bawah

papan iklan Telkomsel.

"Aduh... mati aku. Ketahuan deh,"  ujar Dita.

"Emang kenapa, Dit?"  Sisi gusar.

"Tuh, ada kakakku, Mas Doni."

"Nah lho... Kamu sih ngga mau dengar aku. Tadi sudah aku suruh pulang, kamu menolak,"

Sisi resah.

"Dita !!! Ngapain kamu ? Siapa yang suruh kamu jualan kue?!" bentak kakaknya  setelah

mendekat..  "Ayo pulang !" Doni menarik tangan kecil adiknya itu.

Sementara Sisi cuma menunduk ketakutan.

*****

USAI berbuka puasa, digelarlah pengadilan terhadap Dita. Tapi ternyata Dita telah siap

dengan pembelaan.

"Sisi itu anak yatim yang miskin.  Ayahnya sudah lama meninggal karena kecelakaan

Dia bersama ibu, dan adik lelakinya,  mengontrak petakkan reot di belakang komplek kita ini.

Ibunya cuma jadi tukang cuci. Sementara Sisi sudah seminggu bolos sekolah karena  malu selalu

ditagih uang tunggakkan paket buku pelajaran. Karena itulah, untuk melunasi tunggakkannya,

Sisi terpaksa jualan kue dan kolak bikinan Bi Inah di perempatan,"  Dita menarik nafas sejenak.

"Lantas, salahkah bila aku membatu teman yang lagi kesusahan?"Dita mengakhiri pembelaannya.

Papa dan Mamanya geleng  kepala. Mereka tak jadi marah. Malahan kagum.Inilah untungnya bila anak

berteman dengan orang susah. Ia jadi punya rasa empati yang begitu tinggi, papanya membatin.

Dan,

Besoknya, Dita menggandeng Mamanya dengan penuh kebahagian di gang sempit itu. Ia dan

mama  membawa berita gembira buat sahabatnya. Ya, semoga Sisi dan adiknya senang menjadi

anak asuh dari Papa dan Mama,bisik Dita tersenyum.***




HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun