Mohon tunggu...
Derry Pangestu Ramadhan
Derry Pangestu Ramadhan Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyiar Radio

Saya adalah seorang pembelajar yang menyukai dunia membaca dan menulis. Saya juga menyukai fotografi dan videografi. Saya lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi yang mendedikasikan diri kepada masyarakat melalui Komunitas Relawan Muda Muara Enim yang saya dirikan. Saya mencintai budaya dan saat ini sedang mengenalkan kembali budaya tulis khas Sumsel bernama Surat Ulu atau Aksara Ulu. Saya seorang Pengajar di Bimbel Ruangguru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengulik Sejarah Emas Desa Ujan Mas

6 September 2024   23:29 Diperbarui: 6 September 2024   23:50 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al-Baniah (Kubah Pelangi) Kecamatan Ujan Mas. Dokumentasi: Hariri Gani

Nama desa Ujan Mas sendiri sebenarnya berasal dari nama anak Sungai di desa ini yang kemudian bermuara pada Sungai Lematang. Sungai Ujan Mas terletak di Pematang Tapak. Di Pematang Tapak ini ada tiga buah anak Sungai yang berhulu tulung disana. Yang berhulu tulung di sebelah hulu adalah Sungai Itam, yang berhulu tulung di sebelah Ilir adalah Sungai Luar dan yang berhulu tulung di Tengah adalah Sungai Ujan Mas atau Sungai Jamas yang bermuara ke Sungai Lematang.

Asal usul nama Sungai Ujan Mas diriwayatkan dari kisah seorang anak Puyang Kimas bernama Putri Lentui. Saat itu, Putri Lentui hendak mandi ke Sungai itu. Saat ia mandi di muara Sungai itu, turunlah hujan gerimis dan mundam (baskom kuningan) yang berisi langiran air jeruk dan pandan terjatuh ke Sungai. Sejak saat itu, Sungai itu dinamai dengan Sungai Ujan Mas. Hingga kini, nama Ujan Mas melekat sebagai nama desa dan kecamatan yang terletak di Kabupaten Muara Enim ini. Tidak hanya di Kabupaten Muara Enim, berdasarkan penuturan dari Lembaga Adat Kecamatan Ujan Mas, adik Puyang Bangbenguk juga pergi merantau ke suatu desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang kini des aitu dinama juga dengan nama Desa Ujan Mas. Sehingga orang -- orang lebih akrab mengenalnya dengan Ujan Mas Ogan dan Ujan Mas Enim.

Desa Ujan Mas menjadi salah satu desa yang berkembang sangat pesat. Saat ini, nama Ujan Mas digunakan untuk tiga desa yakni Ujan Mas Lama, Ujan Mas Ulu dan Ujan Mas Baru. Ujan Mas menjadi desa dan kecamatan yang diperhitungkan di Kabupaten Muara Enim. Kondisi geografisnya yang beragam terdiri dari perkebunan karet, sawit, sawah padi, Perkebunan duku, durian dan ragam tumbuhan lainnya memperkaya alam Ujan Mas. Ujan Mas juga kaya akan budaya dan adat istiadat. Salah satunya saat hendak melakukan penanaman padi dan pemanenan padi. Warga harus membuat tumpuk atau numpuk. Tumpuk adalah tradisi khas dengan menyajikan ketan, apam (serabi), telur rebus sebagai wujud Syukur dalam proses penanaman dan pemanenan padi. Nantinya, tumpuk akan dimakan bersama -- sama.

Masjid Al-Baniah (Kubah Pelangi) Kecamatan Ujan Mas. Dokumentasi: Hariri Gani
Masjid Al-Baniah (Kubah Pelangi) Kecamatan Ujan Mas. Dokumentasi: Hariri Gani

Dari aspek kuliner, desa Ujan Mas juga memiliki makanan khas yakni himpi atau sale pisang, jehuk (asam kepayang) dan gelutak (fermentasi buah kemang). Ketiga makanan menjadi ciri khas desa -- desa di Kecamatan Ujan Mas yang tidak dimiliki oleh desa lainnya. Kekayaaan alam, kekayaan budaya dan adat istiadat, kekayaan sosial dan lainnya senantiasa dijaga dan dilestarikan oleh Masyarakat Ujan Mas sebagai identitas daerah.

Dengan semboyan 'Adat Dipangku, Syariat Dijalankan', Masyarakat Ujan Mas bersama Lembaga Adat dan Pemerintah Desa senantiasa menjalankan ajaran -- ajaran peninggalan puyang dengan tetap berpedoman pada ajaran agama islam yang membawa berkah bagi semuanya. Masyarakat patuh dan taat pada aturan -- aturan yang ditetapkan hingga pada masa modern yang dirasakan saat ini.

Ujan Mas memiliki Sejarah emas yang tidak hanya memberikan wawasan dan sumbangsih pengetahuan bagi masyarakatnya, lebih dari itu sejarah ini senantiasa bermanfaat bagi para pembelajar dan orang -- orang yang ingin mengetahui lebih dalam  mengenai suatu peradaban, suku, proses terbentuknya kebudayaan dan banyak hal lainnya. Akhirnya, Sejarah akan selalu meninggalkan pembelajaran dan pesan penting bagi generasi kini untuk membangun masa mendatang yang lebih cemerlang.

Penulis : Derry PR (Tinta Makna)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun