Mohon tunggu...
Derry Pangestu Ramadhan
Derry Pangestu Ramadhan Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyiar Radio

Saya adalah seorang pembelajar yang menyukai dunia membaca dan menulis. Saya juga menyukai fotografi dan videografi. Saya lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi yang mendedikasikan diri kepada masyarakat melalui Komunitas Relawan Muda Muara Enim yang saya dirikan. Saya mencintai budaya dan saat ini sedang mengenalkan kembali budaya tulis khas Sumsel bernama Surat Ulu atau Aksara Ulu. Saya seorang Pengajar di Bimbel Ruangguru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengulik Sejarah Emas Desa Ujan Mas

6 September 2024   23:29 Diperbarui: 6 September 2024   23:50 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pj. Gubernur Sumsel & Pj. Bupati saat meresmikan Jembatan Air Lematang di Desa Ujan Mas Lama. Dokumentasi: Bagian Prokopim Muara Enim

Peradaban masa kini selalu tak dapat dilepaskan dari peradaban masa lalu yang meninggalkan jejak sejarahnya, sampai saat ini. Melalui ilmu Sejarah, peradaban masa lalu dapat diketahui keberadaannya secara urutan peristiwa yang terjadi (berdasarkan kronologis). Sehingga para pembelajar mendapatkan ruang dan akses untuk mengetahui Sejarah suatu peradaban. Sejarah menjadi cabang ilmu yang penting untuk dipelajari, karena kegunaannya sangat berharga untuk mengulik dan menelisik secara mendalam tentang suatu masa. Sebegitu pentingnya Sejarah, Bung Karno bahkan pernah mempropagandakan semboyan bernama JAS MERAH atau yang berarti Jangan Sekali -- Sekali Meninggalkan Sejarah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa Sejarah tak boleh ditinggalkan dan dilupakan. Maka itu, dalam banyak ruang belajar, Sejarah menjadi prioritas bahan ajar yang harus dipelajari oleh generasi penerus bangsa.

Setiap masa memiliki Sejarah dan setiap peradaban memiliki Sejarah. Setiap daerah memiliki Sejarah, karena melalui Sejarah dapat dilihat asal mula keberadaan suatu tempat. Tak terkecuali desa sebagai unit terkecil pembentuk suatu bangsa. Muara Enim sebagai salah satu kabupaten yang terdapat di Indonesia juga menyimpan Sejarah di setiap desanya. Secara administratif, Muara Enim terdiri dari 22 kecamatan, 246 desa dan 10 kelurahan. Di setiap wilayah ini memiliki cerita masing-masing yang menjadi dasar berdirinya desa. Secara umum berdasarkan penelusuran dan kajian pustaka, setiap desa didirikan saat masa kepuyangan (nenek moyang) yang lebih dulu ada dan menetap di wilayah tersebut.

Kecamatan Ujan Mas terdiri atas desa - desa yang memiliki Sejarah berdiri di masa kepuyangan. Kecamatan Ujan Mas terbagi atas 9 desa yakni Desa Ujan Mas Lama, Ujan Mas Baru, Ujan Mas Ulu, Pinang Belarik, Guci, Ulak Bandung, Tanjung Raman, Muara Gula Lama dan Muara Gula Baru. Dulunya, sebelum ada nomenklatur dan sistem pemerintahan berbentuk kecamatan, pada tahun 1830, pemerintah kolonial Belanda membentuk sistem pemerintahan Marga (sekarang kecamatan). Marga Tambelang Ujan Mas terbentuk atas tiga desa awal yakni Desa Ujan Mas Lama, Desa Pinang Belarik dan Desa Guci. Marga dipimpin oleh Pasirah atau Depati sedangkan dusun atau desa dikepalai oleh Kerio. Bagi dusun yang menjadi ibukota marga maka akan dipimpin oleh seorang Pembarap. Pembarap sewaktu -- waktu dapat mewakili Pasirah atau Depati jika dibutuhkan.

Jauh sebelum adanya persatuan antar dusun di Desa Ujan Mas, masing-masing dusun atau desa masih terpisah dan tidak saling bersama dalam merajut tali pemerintahan. Masing-masing dusun memiliki puyang atau leluhur pendahulu. Sesungguhnya, Desa Ujan Mas dibentuk dari beberapa jungku (kelompok masyarakat). Dari jungku kemudian berubah menjadi talang. Dari talang kemudian berubah menjadi dusun. Ada 6 dusun yang saat itu terpisah dan akhirnya membentuk satu desa yakni Dusun Talang Tinggi, Dusun Cuhuh atau Mutung, Dusun Talang Nyiur, Dusun Remantai, Dusun Karang Belimbing serta Dusun Ruguk Raje dan Ruguk Depati. Keenam dusun inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Marga Tambelang Ujan Mas. Sebelum kedatangan Puyang Purnawan Jaga Lenggang atau lebih dikenal dengan gelar Puyang Bangbenguk, keenam dusun ini masih terpisah dan menjalankan roda pemerintahan masing - masing. Setelah datangnya Puyang Bangbenguk, barulah saling bersatu.

Berdirinya Desa Ujan Mas tak bisa dilepaskan dari sosok Puyang Bangbenguk. Menurut penuturan Yunar, Ketua Lembaga Adat Kecamatan Ujan Mas yang juga merupakan keturunan dari Puyang Bangbenguk, Purnawan Jaga Lenggang datang dari Pulau Madura, Jawa Timur bersama istrinya yang bernama Purnalis dan bersama kerabat lainnya yakni Puyang Kumbang yang kemudian menetap di Dusun Talang Tinggi. Maksud dan tujuan kedatangan Puyang Bangbenguk adalah untuk mencari keberadaan adiknya, Puyang Setie yang telah lebih dulu datang ke wilayah Ujan Mas.

Sebelum benar -- benar bertemu, Puyang Bangbenguk dan Puyang Setie saling adu kekuatan, karena telah lama tidak bertemu sehingga saling tidak mengenal. Tapi, dari pertarungan itu akhirnya mereka saling bersatu karena satu ciri yang sama, yakni memiliki tempurung kelapa yang saling melengkapi. Itulah yang membuktikan bahwa mereka adalah saudara dari keturunan keluarga yang sama. Akhirnya, Puyang Bangbenguk menyatukan seluruh puyang dan dusun yang sebelumnya tidak bersatu. Dijuluki Bangbenguk, karena badannya yang besar dan tinggi, lebar dadanya mencapai 6 hasta.

Para Puyang telah mendiami dan memimpin dusun sebelum adanya Purnawan Jaga Lenggang. Puyang -- puyang tersebut bernama Puyang Radin, Puyang Kimas, Puyang Ki Agung, Puyang Imam Perbe, Puyang Panang Semarang dan Puyang Remindang. Kemudian, Bangbenguk menugaskan puyang -- puyang dan menempatkan mereka dalam struktur pemerintahan seperti struktur pemerintahan desa saat ini. Ada yang mengurusi mengenai tata pemerintahan, ketertiban secara umum, hukum dan adat istiadat, urusan agama, urusan penentuan dan penetapan wilayah. Semua memiliki tugas masing - masing.

Naskah Bebue Ujan Mas - Salah satu peninggalan Puyang Bangbenguk (Puyang Pemersatu Ujan Mas). Dokumentasi: Hariri Gani
Naskah Bebue Ujan Mas - Salah satu peninggalan Puyang Bangbenguk (Puyang Pemersatu Ujan Mas). Dokumentasi: Hariri Gani

Beberapa peninggalan Puyang Bangbenguk dan kepuyangan lainnya yang hingga kini masih dirawat oleh keturunannya yakni Bebue Ujan Mas. Bebue adalah piagam tapal batas dusun atau wilayah dusun Ujan Mas yang ditulis dengan media kulit kayu kaghas dan tintanya berasal dari getah kayu jadam. Bebue ini ditulis dengan huruf Aksara Ulu atau aksara asli dari Muara Enim dan Sumatera Selatan. Bebue ini dimulai dengan lafaz Bismillahirrahmanirrahim yang menandakan bahwa Puyang Bangbenguk sudah beragama islam dan juga merupakan penyebar agama islam di wilayah Ujan Mas. Bebue ini ditulis sekitar tahun 1786 masehi serta ditulis oleh Puyang Setie dan Puyang Kumbang.

Selain itu, terdapat juga peninggalan Puyang Imam Perbe yakni Al -- quran yang ditulis berbahan dasar serat kapas, kujur atau tombak, Meriam, gentong, jeruk 3 serangkai dan piring yang disimpan di sebuah tempat bernama Lunjuk. Lunjuk berbentuk rumah kecil yang memiliki satu tiang dan tanpa tangga. Lunjuk dibuat tak jauh dari rumah generasi penerus atau keturunan Puyang Imam Perbe. Benda -- benda peninggalan ini dijaga dan disimpan, dikeluarkan hanya saat ada acara Sedekah Dusun.

Nama desa Ujan Mas sendiri sebenarnya berasal dari nama anak Sungai di desa ini yang kemudian bermuara pada Sungai Lematang. Sungai Ujan Mas terletak di Pematang Tapak. Di Pematang Tapak ini ada tiga buah anak Sungai yang berhulu tulung disana. Yang berhulu tulung di sebelah hulu adalah Sungai Itam, yang berhulu tulung di sebelah Ilir adalah Sungai Luar dan yang berhulu tulung di Tengah adalah Sungai Ujan Mas atau Sungai Jamas yang bermuara ke Sungai Lematang.

Asal usul nama Sungai Ujan Mas diriwayatkan dari kisah seorang anak Puyang Kimas bernama Putri Lentui. Saat itu, Putri Lentui hendak mandi ke Sungai itu. Saat ia mandi di muara Sungai itu, turunlah hujan gerimis dan mundam (baskom kuningan) yang berisi langiran air jeruk dan pandan terjatuh ke Sungai. Sejak saat itu, Sungai itu dinamai dengan Sungai Ujan Mas. Hingga kini, nama Ujan Mas melekat sebagai nama desa dan kecamatan yang terletak di Kabupaten Muara Enim ini. Tidak hanya di Kabupaten Muara Enim, berdasarkan penuturan dari Lembaga Adat Kecamatan Ujan Mas, adik Puyang Bangbenguk juga pergi merantau ke suatu desa di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang kini des aitu dinama juga dengan nama Desa Ujan Mas. Sehingga orang -- orang lebih akrab mengenalnya dengan Ujan Mas Ogan dan Ujan Mas Enim.

Desa Ujan Mas menjadi salah satu desa yang berkembang sangat pesat. Saat ini, nama Ujan Mas digunakan untuk tiga desa yakni Ujan Mas Lama, Ujan Mas Ulu dan Ujan Mas Baru. Ujan Mas menjadi desa dan kecamatan yang diperhitungkan di Kabupaten Muara Enim. Kondisi geografisnya yang beragam terdiri dari perkebunan karet, sawit, sawah padi, Perkebunan duku, durian dan ragam tumbuhan lainnya memperkaya alam Ujan Mas. Ujan Mas juga kaya akan budaya dan adat istiadat. Salah satunya saat hendak melakukan penanaman padi dan pemanenan padi. Warga harus membuat tumpuk atau numpuk. Tumpuk adalah tradisi khas dengan menyajikan ketan, apam (serabi), telur rebus sebagai wujud Syukur dalam proses penanaman dan pemanenan padi. Nantinya, tumpuk akan dimakan bersama -- sama.

Masjid Al-Baniah (Kubah Pelangi) Kecamatan Ujan Mas. Dokumentasi: Hariri Gani
Masjid Al-Baniah (Kubah Pelangi) Kecamatan Ujan Mas. Dokumentasi: Hariri Gani

Dari aspek kuliner, desa Ujan Mas juga memiliki makanan khas yakni himpi atau sale pisang, jehuk (asam kepayang) dan gelutak (fermentasi buah kemang). Ketiga makanan menjadi ciri khas desa -- desa di Kecamatan Ujan Mas yang tidak dimiliki oleh desa lainnya. Kekayaaan alam, kekayaan budaya dan adat istiadat, kekayaan sosial dan lainnya senantiasa dijaga dan dilestarikan oleh Masyarakat Ujan Mas sebagai identitas daerah.

Dengan semboyan 'Adat Dipangku, Syariat Dijalankan', Masyarakat Ujan Mas bersama Lembaga Adat dan Pemerintah Desa senantiasa menjalankan ajaran -- ajaran peninggalan puyang dengan tetap berpedoman pada ajaran agama islam yang membawa berkah bagi semuanya. Masyarakat patuh dan taat pada aturan -- aturan yang ditetapkan hingga pada masa modern yang dirasakan saat ini.

Ujan Mas memiliki Sejarah emas yang tidak hanya memberikan wawasan dan sumbangsih pengetahuan bagi masyarakatnya, lebih dari itu sejarah ini senantiasa bermanfaat bagi para pembelajar dan orang -- orang yang ingin mengetahui lebih dalam  mengenai suatu peradaban, suku, proses terbentuknya kebudayaan dan banyak hal lainnya. Akhirnya, Sejarah akan selalu meninggalkan pembelajaran dan pesan penting bagi generasi kini untuk membangun masa mendatang yang lebih cemerlang.

Penulis : Derry PR (Tinta Makna)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun