Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

BKT Eps 14: Dia Romantis

9 Mei 2021   08:09 Diperbarui: 9 Mei 2021   08:42 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini jam 8 lewat 15 DC tiba di kantor. Dewi Not mencegatnya di pintu masuk sambil menadahkan tangan. "Mana rekaman?" tanya Dewi.

" Mana bubur kacang ijo?" DC ikut mengulurkan tangan.

" Besok pagi kubawakan," balas Dewi Not.

" Besok pagi baru kuberikan rekaman." Balas DC sambil tersenyum nakal.

Dewi Not memperlihatkan wajah manyun. Mau tak mau DC menyerahkan hapenya. Wajah Dewi Not langsung ceria. Ia membawa hape  ke lantai 3. Kali ini DC tidak ikut. Hapenya yang satu lagi berbunyi. Panggilan dari Halisti. DC menyentuh ikon terima.

" Udah ada hasil, lum ?" tanya Halisti begitu tersambung.

" Belum. Ibumu mengatakan belum bisa bicara lancar dengan orang yang baru dikenalnya. Mungkin butuh 3 bulan pendekatan. Gimana kalau kamu cari pacar dulu agar aku gampang mendesaknya?" DC berusaha omongannya tidak terdengar meledek.

" Huh, maumu ! Katanya ahli membujuk, negosiator ulung, kok kali ini keok di garis start?" ledek Halisti.

" Belum keok, hanya sedang menyusun strategi. Oke deh, aku sedang sibuk. Kapan-kapan kuhubungi kalau sudah ada hasilnya," DC mengakhiri pembicaraan. Ia memilih fokus ke masalah Belani. Halisti atau Febriyanti masih bisa menunggu. Ia memasang beberapa saham untuk dijual, dan memasang beli beberapa saham yang dianggap murah.

Hari ini kembali Dewi Not memesan nasi bungkus dan makan di lantai atas. Tampaknya kasus Belani menyita perhatiannya. Jam 1 lewat 17 menit barulah Dewi Not turun dengan wajah lelah. Ia mengembalikan hape, menarik kursi dan duduk di samping DC.

" Menurutmu apa yang terjadi ?" DC yang mengajukan pertanyaan.

" Elia itu berkemungkinan anak Belani dan Adnan. Entah kenapa akhirnya meninggal dan keduanya cekcok berkepanjangan hingga akhirnya rumah tangga mereka bubar." Wajah Dewi Not muram saat mengatakan hal itu.

" Bubar," ulang DC dengan nada hambar." Kuartikan bubar itu hanya berpisah, bukan bercerai."

" Apa kamu tak pernah ke rumahnya ?" tanya Dewi Not.

DC menggeleng. " Sejak awal dia menilai aku sedang mengawasinya. Dari pembicaraan demi pembicaran, kunilai Belani ini orangnya pintar. Kalau aku terlalu cepat datang ke rumahnya, atau mengadakan penyelidikan dan ketahuan, dia akan menutup diri. Kurasa sejak awal dia menduga aku dikirim seseorang untuk mengawasinya."

Dewi Not diam, tidak mengeluarkan komentar. Agak lama baru bertanya, " Nanti sore ke sana lagi ?"

DC mengangguk.

" Pertemuan kalian selalu di atas jembatan?"

Sekali lagi DC mengangguk.

" Kenapa tidak kamu ajak ngobrol di restoran atau caf ?" tanya Dewi.

" Pertanyaan bagus. " DC memuji, tapi ekspresinya meremehkan." Dia pulang kerja jam 4. Kutebak butuh 30 menit untuk tiba di jembatan. Dia, kurasa, berjalan kaki dari Bigmarket ke jembatan. Sengaja ingin tiba jam 4.30 atau lewat sedikit di atas jembatan. Tahu kenapa ?"

Dewi Not menggeleng cepat.

" Tragedi yang menimpanya pasti terjadi di atas jam 4.30 dan terkait dengan jembatan itu."

Mata Dewi Not membesar. " Adnan terjatuh ke kanal, hilang dibawa arus kanal."

DC menggeleng. " Mereka bubar. Artinya Adnan masih hidup."

Alis Dewi Not saling bertaut." Ya, aku lupa. Mereka bubar, bukan cerai atau,---" Dewi Not kehilangan kata-kata. " Apa selama ini kamu tak pernah bertemu Adnan? " tanya Dewi Not.

" Kenapa Dewi terobsesi pada Adnan ?"

" Menurutku dia romantis. "

" Kalau Belani ?"

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun