" Elia itu berkemungkinan anak Belani dan Adnan. Entah kenapa akhirnya meninggal dan keduanya cekcok berkepanjangan hingga akhirnya rumah tangga mereka bubar." Wajah Dewi Not muram saat mengatakan hal itu.
" Bubar," ulang DC dengan nada hambar." Kuartikan bubar itu hanya berpisah, bukan bercerai."
" Apa kamu tak pernah ke rumahnya ?" tanya Dewi Not.
DC menggeleng. " Sejak awal dia menilai aku sedang mengawasinya. Dari pembicaraan demi pembicaran, kunilai Belani ini orangnya pintar. Kalau aku terlalu cepat datang ke rumahnya, atau mengadakan penyelidikan dan ketahuan, dia akan menutup diri. Kurasa sejak awal dia menduga aku dikirim seseorang untuk mengawasinya."
Dewi Not diam, tidak mengeluarkan komentar. Agak lama baru bertanya, " Nanti sore ke sana lagi ?"
DC mengangguk.
" Pertemuan kalian selalu di atas jembatan?"
Sekali lagi DC mengangguk.
" Kenapa tidak kamu ajak ngobrol di restoran atau caf ?" tanya Dewi.
" Pertanyaan bagus. " DC memuji, tapi ekspresinya meremehkan." Dia pulang kerja jam 4. Kutebak butuh 30 menit untuk tiba di jembatan. Dia, kurasa, berjalan kaki dari Bigmarket ke jembatan. Sengaja ingin tiba jam 4.30 atau lewat sedikit di atas jembatan. Tahu kenapa ?"
Dewi Not menggeleng cepat.