Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Namaku Awai 250-252

19 Juli 2018   06:19 Diperbarui: 19 Juli 2018   08:11 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kamu disiksa ibumu, kan ? Kenapa tak bercerita padaku kalau ibumu kejam ?"

Awai kaget mendengarnya. Darimana Yolana tahu ia sering disiksa ibunya?

" Siapa yang cerita pada makcik ? Tiong It ? "" tebak Awai.

" Bukan. Seseorang, wanita." Jawab Yolana. " Aku tak punya anak, aku sangat berharap punya anak, tapi Tuhan tidak mengabulkan doaku. Aku ingin punya anak tabung, tapi membuatnya susah, ribet, lama, harus bolak-balik ke Dumai yang akan membuatku patah tulang punggung. Lalu kupikir, ada seorang anak baik, sering mengunjungiku, kenapa aku tak memintanya menjadi anakku ? "

Awai terdiam. Ia tahu Yolana sedang bicara tentang dirinya. Tapi ia tak bisa. Orang yang masih punya orangtua, ayah dan ibu lengkap, tak bisa sembarang diangkat anak oleh orang lain. Itu akan dinilai mengkhianati orang tua, atau orang-orang akan mengatakannnya lari dari orangtua miskin untuk mencari orangtua angkat yang kaya. Ia akan diejek anak gila harta orang lain.

" Maukah kamu menjadi anakku ? " tanya Yolana. Mengulurkan tangannya, mengelus pipi Awai dengan lembut.

" Ayahku sakit, butuh aku merawatnya, aku tak bisa meninggalkan papa." Kata Awai.

" Aku tahu itu tak mungkin. Kamu bukan orang yang bisa lari dari tanggung jawab, dan itulah yang menyebabkan aku memilihmu. Itu yang kusuka dari seorang Awai."

" Makasih makcik memaklumi keadaanku,"

" Tapi aku tak rela kamu dipukul ibumu, bahkan dibenamkan ke laut hingga hampir mati tenggelam." Yolana menangis, memeluk kepala Awai, membuat Awai serasa ingin ikut menangis.

" Siapa yang cerita pada makcik ?" tanya Awai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun