Jika saya ingin ke Korea hanya sebagai tempat pelarian karena jenu dengan rutinitas serta ingin mencoba hal baru dan pastinya karena hanya Korea yang mau menerima pekerja migran tanpa banyak syarat fisik (boleh berkacamata dan tidak memiliki batasan tinggi badan).Â
Berbeda dengan beberapa teman saya yang lainnya yaitu memiliki alasan klise tapi memang benar yaitu desakan ekonomi dan mungkin karena inilah kenapa saya tidak lulus tes EPS TOPIK (Employment Permit System - Test of Proficiency in Korean)/EPS-TOPIK (ujian kemapuan Bahasa Korea yang diperuntukkan bagi calon tenaga kerja asing yang ingin bekerja di Korea Selatan).
Allah tahu mana yang kuat dan lebih butuh. Pur dan beberapa teman lainnya lulus tapi setelah lulus tidak serta merta langsung berangkat tetapi harus mengikuti tes kesehatan dan jika lulus tahap ini harus menunggu lagi.
Setelah menunggu kurang lebih 2 tahun akhirnya awal tahun 2020 ini Pur bisa berangkat melalui sektor perikanan dan kali ini adalah pertama kalinya dirinya menghabiskan Ramadan dan Idul Fitri berjauhan dengan keluarga bahkan terpisah jarak ribuan mil.Â
Pur awalnya diterima kerja sebagai anak buah kapal (ABK) kurang lebih selama sebulan karena tidak sanggup akhirnya Pur memilih berhenti (penderitaan Pur hampir sama dengan ABK yang meninggal di kapal ikan Cina dan mayatnya di buang ke laut Korea yang kisahnya terkuak karena direkam temannya).
Sekarang Pur bekerja di restoran makanan laut, di restoran Pur sebagai pembersih bahan baku  yaitu tripang. Sebagai seorang Muslim yang saat ini tinggal di Gunsan, Provinsi Jeollabuk-do. Korea. Secara mengejutkan Pur mengaku tidak merasa sulit berpuasa di Korea tapi bukan berarti bisa full berpuasa.Â
Padahal, waktu berpuasa di Korea selatan lebih lama daripada di Indonesia, yaitu selama sekitar 16 jam 30 menit. Jam kerja di restoran juga tidak menentu kadang dalam sehari bisa lebih dari 8 jam, terkadang hanya 2 jam saja dan kadang tidak kerja sama sekali tergantung banyaknya bahan baku yang datang dari nelayan..
Menghabiskan bulan ramadhan sambil bekerja di luar negeri, khususnya di Korea Selatan merupakan pengalaman yang menantang sekaligus hal baru. Suasana berbeda yang diciptakan oleh kehadiran sesama Muslim menjadi kegembiraan tersendiri dan membangkitkan semangat.
Meskipun Pur tinggal cukup jauh dari Masjid Pusat Seoul, dia senang karena ada masjid juga di Gunsan.Â
Meskipun jaraknya lebih jauh dibandingkan dengan jarak rumahnya ke mesjid di Indonesia, dia merasa senang setiap kali mengunjungi masjid karena dia dapat menemukan banyak makanan halal, bertemu teman, dan berbuka bersama.
Minggu tgl 24 mei Pur dan beberapa Muslim lainnya melaksanakan sholat Idul Fitri di Masjid Anas Bin Malik di Gunsan di pagi hari, sebelum sholat Ied dimulai semua yang akan sholat diharuskan mengisi lembaran absen di luar mesjid.