Mohon tunggu...
Dere Linggau
Dere Linggau Mohon Tunggu... Freelancer - Kita bersaudara, jika bukan saudara seiman, kita saudara setanah air, Jika tidak setidaknya kita mempunyai hobi yang sama

Takdir bukan hukuman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Journey (6) dan (7)

22 Juli 2019   20:09 Diperbarui: 30 Juli 2019   19:47 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab 6

Menjadi anak rantau di umur (yang) dewasa banyak kelebihan dan kekurangannya. Terkadang aku merasa terlambat memulai kenapa baru sekarang? Sedangkan mereka sudah merantau selepas tamat SMA seperti teman ku dulu dia kuliah di rantau dan kembali pulang setelah mendapat gelar sarjana dan di kota kami dia lulus tes PNS dan mengabdi menjadi guru dan sekarang sedang menikmati fase kehidupan menjadi seorang ibu dari dua anak sekaligus wanita karir yang tiap bulan bisa menabung untuk membeli rumah (ini salah satu kisah sukses dan kisah buruknya adalah banyak juga perantauan muda yang sebenarnya belum siap mandiri dan jauh dari pengawasan orangtua malah membuat malu keluarga dengan free sex dan akhirnya hamil di luar nikah). Sedangkan aku (baru sekarang memulai semuanya) kemana-kemana masih naik ojek online, berpanas-panas ria naik ke gunung dan tersesat di hutan, keadaan ekonomi masih pas-pasan bahkan mengandalkan hutang. Namun dibalik semua itu aku bersyukur bisa lebih memaknai hidup melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda bahwa jangan mengukur sepatu orang lain dengan ukuran kaki kita.

Bab 7

Menjadi wanita dewasa yang jomblo itu tidak mudah kawan jangan coba untuk di tiru atau di impikan karena kamu tak akan kuat serahkan saja pada ahlinya.. hehehe

Dan aku yakin pria dewasa yang jomblo pun sama, tidak ada yang mudah. Apalagi di kota-kota besar yang pergaulannya (sedikit) bebas setiap hari selalu saja ada godaan yang datang. Percaya atau tidak terserah kalian bahwa aku sering menolak ajakan teman ku untuk melakukan ML (bukan.. bukan aku ingin di puji karena ingin pamer bahwa aku kuat iman) hanya ingin berbagi pengalaman dan jika kamu pernah dengar film lama berjudul "Susahnya jadi Perawan" maka aku sependapat dengan film tersebut (di bab sebelumnya aku sudah bilang bahwa aku masih di posisi tengah-tengah, aku juga masih welcome dengan pertemanan lawan jenis) terkadang suatu malam aku menangis di bawah pancuran shower bertanya kenapa aku masih jomblo dan belum merasakan surga dunia?

"Kau tidak romantis" ujar teman ku dari Pakistan suatu hari setelah aku menolaknya yang sekian kalinya

"Aku sangat romantis bro bukankah aku selalu membuatkan mu sarapan itu bentuk perhatian ku untuk mu" jawab ku

"Kau bukan perempuan kau itu laki-laki mangkanya kau tidak tertarik pada ku" ucapnya

"Jangan terlalu kaku... Jika kau tidak tahu caranya aku akan mengajari mu" bujuknya lagi

"No.... Kita tidak halal jika kau ingin melakukannya pada ku kau harus menikahi ku" ucap ku tegas

"Kita tidak harus menikah sayang kita hanya harus bersenang-senang menikmati hidup" ucapnya pelan dan raut wajahnya seperti anak-anak tanpa dosa

"Stop jangan memancing ku" balas ku

"Bukan kau muslim kau sangat tahu kita tidak boleh melakukan itu" Lanjut ku lagi

"Ayolah aku sudah tidak tahan ... I'm hot baby" bujuknya lagi dengan wajah memelas

"1 hal yang ingin ku buat bangga untuk diri ku adalah aku bisa mempersembahkan kesucian diri ku untuk suami ku" Tegas ku

......

Lain orang lain cerita tapi masih dengan maksud yang sama

Seorang teman yang dari India pun sama..

'Kapan pertama kali kau melakukannya?" Tanya ku suatu hari

"Saat umur ku 21 tahun" jawabnya santai

"Are u gila?" Seru ku dengan suara hampir menjerit, saat itu juga aku langsung teringat dengan adik bungsu ku yang saat ini berumur 22 tahun

"Come on jangan menjadi orang kaku, aku sedikit terlambat melakukannya temanku bahkan melakukannya di umur 19tahun" Serunya santai tapi terlihat di wajahnya sedikit penyesalan. Menyesal karena terlalu lama menjadi perjaka

"Bukankah sex bisa membuat ketagihan... Maksud ku jika kau sudah pernah melakukannya bukankah itu akan membuat mu ingin melakukannya lagi dan lagi dan kau tidak akan dapat menahannya!" Cerocos ku

"Yah betul aku kadang mengatasinya dengan onani sambil menonton." Jawabnya

"Sudah berapa kali kau melakukannya?" Tanya ku lagi

"Dulu aku cukup sering melakukannya dengan pacar ku, kami melakukannya satu kali dalam satu bulan waktu kuliah"

"Sekarang dimana pacar mu?"

"Kami putus setelah wisuda dan kami juga sering bertengkar tentang hal itu." Serunya sambil menyeruput kopi hitam yang sedari tadi ia abaikan

"Tentang apa?" Tanya ku penasaran

"Sex" jawabnya singkat

"Why?" Tanya ku

"Dia membutuhkan waktu yang singkat hanya 5 menit sedangkan aku butuh waktu lama untuk pemanasan" Jawabnya pelan hampir tak terdengar karena dia memberitahu rahasianya

Ada hening beberapa detik diantar kami

"Oya ini untuk mu!" Ucapnya memecah hening

"Apa ini?" Tanya ku penasaran meraih totebag yang dia sodorkan lalu mengeluarkannya

Mata ku melotot seperti mau keluar

"Kau gila!!!" Seru ku dengan suara keras sehingga membuat kami jadi tontonan beberapa orang di sebuah cafe

Dia hanya tersenyum, aku dengan cepat memasukan lingerie seksi yang berwarna pink nude dan transparan itu kembali ke asalnya

"Bukankah itu manis dan kau akan terlihat hot saat memakainya!" Serunya dengan senyum nakal

"Di mana kau membelinya? Apa kau tidak malu saat memasuki toko pakaian dalam wanita?" Cerca ku

"Aku membelinya online ku harap itu pas dengan mu dan aku ingin melihat mu memakainya malam ini." Ucapnya dengan lembut sambil memegang tangan ku namun ku tampik

"Kau tahu aku dan aku tak akan memakainya bawa pulang sana" dan cari wanita lain saja" seru ku dengan suara malas dan beranjak meninggalkannya

.........

Itu percakapan ku dengan teman bule-bule yang berusaha menggoda ku. Mereka belum ada niat untuk serius dalam hubungan seperti menikah bagi mereka menikah adalah langkah terakhir dalam hidup saat usia mereka sudah tak muda lagi. 

Bersambung ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun