Mohon tunggu...
Dere Linggau
Dere Linggau Mohon Tunggu... Freelancer - Kita bersaudara, jika bukan saudara seiman, kita saudara setanah air, Jika tidak setidaknya kita mempunyai hobi yang sama

Takdir bukan hukuman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Journey (3)

20 Juli 2019   19:44 Diperbarui: 20 Juli 2019   19:56 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ambil waktu untuk mu sejenak dan nikmati (https://www.pinterest.com/dzizi90)

Bab 3

Tepat 35 hari dari hari pertama diterima kerja akhirnya aku mendapatkan gaji pertama dan terakhir.

Resign... Yes, I'm out...

Aku bukan yang pertama mengajukan surat berhenti semua teman yang masih bertahan dalam tim opening yang awalnya 50 orang kini hanya tinggal 15 orang sisanya adalah karyawan baru. 

Aku hanya berpikir kenapa aku harus hidup dalam tekanan yang tidak aku sukai dan menghabiskan waktu di dapur orang lain. Pergi dalam keadaan wangi dan pulang dengan bau bawang dan daging busuk melekat di baju.

Setiap ada komplain dari customer entah makanan yang terlalu lama keluar, tata letak bawang tidak sesuai foto di buku menu, kimchi yang pedas, atau lainnya maka satu komplain sama dengan 1 potong gaji untuk tiap karyawan. 

Sekali lagi aku selalu mengambil keputusan tanpa persiapan apapun aku memang seperti itu karena aku percaya rezeki ada yang mengatur buat putuskan saja dulu dan jalan keluar akan mengikuti. 

Karena kita tidak bisa melihat masa depan jadi kenapa harus di tebak-tebak biarkan semuanya menjadi kejutan dan suatu hari kita akan menyadari bahwa memang semua sudah ada yang mengatur.

5 jam setelah resign perasaan takut mulai berseliweran di kepala ku (karena kita tidak selalu bisa optimis dan optimis memiliki lawan yaitu pesimis hal ini wajar karena kita hanya manusia biasa) pikiranku berkata bagiamana aku hidup dengan gaji yang tidak seberapa ini sambil mengkalkulasi biaya hidup seorang diri jauh dari keluarga, tidak ada teman (punya satu yang kemarin tapi lupakan dan anggap bukan siapa-siapa; baca bab 1), biaya kos, makan dan ongkos ke sana ke mari mencari pekerjaan baru dan nol di rekening pun berkurang banyak jika pun mendapat pekerjaan apakah aku dapat bertahan sampai gajian berikutnya?

***

Dan Tuhan seperti mendengar kegundahan ini. Saat lagi duduk sendiri di sebuah kedai di temani secangkir teh susu dekat jendela sambil searching di internet mencari info pekerjaan seperti sebuah adegan FTV di televisi tiba-tiba angin berhembus dan menerbangkan amplop coklat yang berisi surat lamaran dan seseorang perempuan yang memang sedari tadi berdiri tak jauh dari ku langsung menangkapnya dan menyerahkannya padaku. 

"Lagi nyari pekerjaan ya mba?" Tanyanya ramah

Aku tersenyum dan mengangguk kemudian berterima kasih padanya karena telah mengembalikan amplop itu 

"Kenalin saya Ida saya yang jaga kedai ini" serunya. 

"Jika mau masukin aja lamarannya karena kami lagi butuh orang" Lanjutnya lagi

Maayaa Allah jerit ku dalam hati sambil tersenyum lebar mendengar tawaran darinya.

Tanpa persyaratan khusus apapun aku diterima kerja dan jam kerjanya pun fleksibel aku bisa libur kapan pun dan bisa makan ayam goreng sebanyak aku mau.

Benar apa yang aku percaya selama jalan keluar akan ada jika kita percaya semua ada yang mengatur. Aku pun merasa bahwa aku tidak benar-benar sendiri di sini.

Di tempat yang baru ini menjual makanan yang lebih simpel yaitu olahan ayam, cumi dan telur yang disajikan dengan nasi dalam bowl dikenal dengan rice bowl untuk pelengkapnya ada salting egg, sambalado, sambal matah, dan sambal Pete ijo. 

Di sini aku mendapat ilmu dan resep masakan baru yang akan ku masukan dalam refrensi catatan ku dan dari semua itu aku mendapatkan formula bagaimana membuat masakan enak tanpa micin / msg (Alhamdulillah aku lebih beruntung dari plankton musuh tuan Crab... Hahaha)

Me time (www.pinterest.es/pin)
Me time (www.pinterest.es/pin)
Pekerjaan yang santai, owner yang baik dan tempat yang nyaman wah ini adalah sebuah kemewahan bagi ku di waktu senggang di saat tidak ada pelanggan aku bisa membaca buku yang belum aku tamatkan sambil ditemani es teh dan sambil melihat orang yang lalu lalang melalui bingkai jendela. 

Namun semua ini tidak berlangsung lama karena mulai banyak pesaing-pesaing yang meniru sehingga pemasukan menurun drastis membuat sang owner yang dulunya sempat ikut kompetisi di master chef yang diadakan televisi ini mengambil keputusan untuk menutup kedai ini.

Aku kembali ke kosan dengan bingung dan sehabis magrib seperti biasa aku selalu datang ke mesjid dekat kosan untuk ikut kajian... Meskipun aku masih belum alim-alin banget namun aku juga bukan tipe yang preman-preman banget, posisi ku masih di tengah-tengah ku akui itu. 

Aku ke mana-kemana masih memakai celana panjang meski pun bukan jens ketat dan itu celana kain longgar tapi celana tetaplah celana, terkadang aku pun masih lupa memakai kaos kaki, masih menonton drama Korea tetapi untuk ini aku sudah memilih hanya menonton genre yang mengangkat kisah sosial dan keluarga dan petualangan tidak ada lagi adegan ciuman ataupun lainnya, tidak mendengarkan musik meski bukan semuanya hanya aku belum move on saja dari band SO7 (entah kenapa belum bisa) kata orang perubahan itu proses dan mungkin aku pun sekarang lagi berproses aku berusaha agar melembutkan hati. 

Dulu saat masih di kota kelahiran adik ku sering mengajak pergi liqo (seperti kajian juga yang berbeda hanya ini diadakan perkelompok hanya sesama akhwat saja tempatnya pun sering di rumah anggota kelompok liqo secara bergantian maksudnya biar saling mengetahui rumah masing-masing dan bisa silahturahmi kapan pun yang menjadi narasumbernya pun seorang ustadzah/ murobi yang sudah senior yang sebelumnya sudah mengikuti dauroh dan kadang para anggota juga di tuntut harus bisa menjadi moderator menyampaikan ilmu yang sudah dikuasainya maksudnya agar nanti anggota liqo yang dirasa sudah pantas bisa dilepas untuk berdakwah.

Untuk angkatan di bawahnya seperti siklus sedangkan kajian di sini adalah narasumbernya langsung dari para ustad ulama yang sudah hafizunullah yang sudah berilmu merupakan tamatan dari timur tengah atau Lipia) tapi selalu aku tolak karena pekerjaan rumah dan sejuta alasan lainnya sedangkan di sini aku dengan sukarela mau datang sendiri ke mesjid mengikuti kajian mungkin karena aku berpikir daripada di kosan sendirian gak ada teman bingung mau ngapain yah mending ikut kajian berkumpul dengan orang saleh, ilmu dapat dan perut kenyang (karena selalu di sediakan makanan walaupun seadanya tapi aku selalu bersyukur kepada para pengurus mesjid dan donatur yang rela menyumbang sebagian hartanya untuk memberi semangat dukungan kepada pencari ilmu di majelis ilmu).

Di kajian ini aku berteman dengan para emak-emak ... Hehehe kenyataannya memang seperti itu di sini hanya aku sendiri yang sudah berumur (jangan tanya umur ku berapa?) Tapi belum menikah sedangkan rata-rata umur mereka 22 tahun (terkadang aku secara pribadi sering bertanya kepada mereka kenapa cepat banget nikahnya? Kenapa gak lanjut kuliah dulu? Kenapa dan kenapa? 

Banyak pertanyaan di kepala ku tentang menikah muda? Dan jawaban mereka pun klise yaitu jawaban pada umumnya bukan maksud ku menyepelekan tapi aku merasa belum menemukan jawaban yang pas untuk pertanyaan ku dan aku selalu salut sama mereka yang berani mengambil keputusan untuk menikah muda, aku masih belum cukup memahami atau keraguan ini hanya gangguan dari setan saja atau entahlah aku masih merasa belum siap dan ini pun didukung keadaan karena memang sampai saat ini pun belum ada yang mengajakku menikah jika kau berkata mungkin aku yang kurang usaha... 

Hmm ku rasa tidak karena aku sudah beberapa kali mengajukan proposal dan selalu berakhir penolakan..aku menganalisis apa yang salah dalam proposal ku? Semua yang ku tulis adalah kebenaran keadaan ku dan keluarga ku.. aku tidak menunggu untuk siap dan aku percaya seiring waktu jika aku menjalaninya dengan baik maka aku akan mendapatkan jawaban. 

Jika aku menunggu untuk siap maka akan ada penyesalan karena waktu terus berjalan, orangtuaku semakin tua dan sering sakit-sakitan dan wanita juga memiliki masa expired yaitu menopause) tapi aku selalu berprasangka baik  kepada Karena Dia lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya daripada hambanya itu sendiri meskipun keadaan memaksa dan aku harus kuat saat anak-anak teman ku mulai  bisa memanggil ku Tante

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun