Sepak terjang Nutri-Score sudah direstui WHO dan telah diadopsi oleh Swiss dan beberapa negara Uni Eropa seperti Spanyol, Luksemburg, Belanda, Belgia dan Jerman.Â
Tahun ini rencananya Komisi Uni Eropa akan menetapkan satu logo gizi yang wajib dipakai oleh negara-negaranya, sekarang masih digodok nggak tahu kapan keputusannya.Â
Sepertinya sih Nutri-Score akan menjadi kenangan karena kemungkinan besar bakal diciptakan sistem pelabelan baru mengingat tidak semua negara Uni Eropa sekarang setuju dengan terobosan made in France ini.Â
Penghitungan Nutri-Score diukur dari 100 gram atau 100 ml produk, keseimbangan antara unsur-unsur yang dianggap baik untuk kesehatan (buah, sayuran, polong-polongan, kacang, minyak colza, minyak kacang, minyak zaitun, serat, protein) dan unsur-unsur yang harus dibatasi yang dianggap tidak sehat yakni kalori, gula, garam dan asam lemak jenuh.Â
Setelah penghitungan, hasil yang diperoleh itulah yang akan digunakan untuk menentukan huruf dan warna. Para perusahaan yang ingin produknya diuji sehingga mendapat label Nutri-Score bisa mendaftar melalui situs Badan Kesehatan Nasional.Â
Label yang sudah didapat tadi kini wajib ditampilkan di tayangan iklan produk yang bersangkutan baik di televisi, radio, internet dan media cetak.Â
Sebagian besar masyarakat Prancis menerima dengan tangan terbuka, menganggap kehadiran Nutri-Score ini berguna.Â
Lalu bagaimana dengan produk tak berlabel? Warga yang melek gizi biasanya demanding dan penasaran jadi dengan senang hati mereka akan menggerakkan jari-jari untuk sekedar mengecek produk tak ber-Nutri-Score lewat aplikasi.Â
Bar code-nya cukup di-scan, langsung ketahuan skornya. Jadi bagi produsen, sudah tiada lagi tempat untuk bersembunyi.Â