Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketika Saya Akhirnya Terpapar Covid-19 di Prancis

24 Desember 2020   02:55 Diperbarui: 17 Desember 2022   23:43 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil tes PCR saya (foto: Derby Asmaningrum) 

Setelah semua selesai, saya masuk ke kamar, tepar lagi karena rasa lemas kembali datang. Memang harus saya akui, hal yang paling membunuh saya selama terkena corona adalah rasa lemas, mual dan kelelahan yang luarr biasa dahsyatnya.

Enam November saya melakukan Thoracic Computed Tomography (CT) Scan yang berlokasi di tempat Layanan Pencitraan Medis (Service d'Imagerie Médicale) di kota sebelah. 

Lagi-lagi saya harus menahan lemas yang belum mau pergi. Paha hingga kaki masih terus ngilu. Setelah parkir mobil yang lumayan jauh, saya mesti berjalan lagi. 

Badan saya terasa ringan melayang, mual, pusing dengan dada yang mulai sedikit sesak ditambah harus bergelut dengan udara yang semakin dingin. Sesampainya di lokasi, di pintu masuk, terdapat hand sanitizer dan sebuah box berisi formulir dengan pertanyaan seputar ada tidaknya gejala Covid-19 yang dialami tiap-tiap pengunjung, harus diisi untuk diserahkan kepada resepsionis ketika melakukan daftar ulang. Penderitaan pun bertambah karena saya masih harus mengantri yang artinya berdiri lebih lama lagi.

Hasil CT Scan bagaikan mimpi buruk. Ternyata corona tidak mau melepaskan saya begitu saja. Saya sadar perjuangan masih panjang, belum saatnya melihat sinar di ujung jalan gelap. 

Dari gambar yang nampak dan keterangan dokter yang saya baca, terdapat ketidaknormalan pada paru-paru sebelah kiri. Pada foto, saya bisa melihat sedikit bercak-bercak putih yang sebetulnya adalah cairan dalam rongga paru, akrab disapa Ground-Glass Opacity (GGO). 

GGO ini memang sudah tak asing lagi muncul di paru-paru orang yang positif Covid-19. Hasil CT Scan tidak menemukan kejanggalan atau infeksi lain dalam paru-paru saya sehingga dokter menyimpulkan GGO yang nongol itu berasal dari Covid-19. Sampai sini saya mulai menyerah. Saya menerka-nerka apalagi setelah ini. Saya hanya berharap kondisi saya tidak memburuk hingga harus dirawat di rumah sakit. 

Keesokannya saya kembali berkonsultasi online dengan dokter umum. Sedikit kelegaan ketika ia mengatakan bahwa GGO tadi akan hilang dengan sendirinya dan kondisi saya sekarang tidaklah genting. 

Ia pun membuat surat pengantar untuk saya berkonsultasi dengan dokter spesialis paru-paru. Saya baru bisa berkonsultasi online dengan dokter paru-paru dua minggu kemudian karena hampir semua slot penuh. 

Setelah membaca hasil CT Scan dan melihat 'gelas-gelas kaca' yang bukan milik Nia Daniaty di paru-paru saya, sang dokter pun bilang kalau itu tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya namun jika tiba-tiba saya sesak nafas dan demam, saya harus segera ke rumah sakit. 

Ia juga meminta saya untuk melakukan CT Scan lagi kira-kira setelah 30 hari untuk memastikan kepergian GGO tadi. Jika masih ada, ia akan memberikan perawatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun