Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketika Saya Akhirnya Terpapar Covid-19 di Prancis

24 Desember 2020   02:55 Diperbarui: 17 Desember 2022   23:43 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan penolong saya ketika digempur virus corona (foto: Derby Asmaningrum)

Saya akhirnya mengambil janji temu pada 27 Oktober. Perjalanan menuju Paris ditempuh sekitar satu jam karena sedikit macet dan setelah memarkir mobil, saya masih harus jalan kaki lagi meski tidak begitu jauh namun dengan badan yang begitu lemas, saya mencoba fokus dan menguatkan langkah demi langkah sembari berkhayal andaikan ada ojek atau becak. 

Hasil tes saya terima setelah 48 jam lewat email. Selama rentang waktu tersebut saya merasakan keadaan saya sedikit membaik namun akhirnya hasil tes mengatakan bahwa saya positif Covid-19. 

Pada keterangan hasil tes tersebut, jika positif maka harus segera menghubungi dokter, melakukan isolasi mandiri di rumah secepatnya, memakai masker, jaga jarak dengan anggota keluarga serta turut memberi informasi kepada staf asuransi kesehatan yang akan menelepon menanyakan siapa saja yang pernah melakukan kontak dengan kita agar mereka dapat segera diperiksa. Saya tidak begitu kaget dengan hasil tes karena memang gejala-gejalanya sudah berbicara. Jadi saat itu hanya ada pasrah di dada... 

Hasil tes PCR saya (foto: Derby Asmaningrum) 
Hasil tes PCR saya (foto: Derby Asmaningrum) 

Sehari kemudian saya melaporkan hasil tes kepada dokter umum melalui konsultasi online. Sama seperti keterangan pada hasil tes, dokter juga menyuruh untuk isolasi di rumah setidaknya dua minggu, pakai masker dan jika tiba-tiba demam dan sesak nafas, harus cepat-cepat ke rumah sakit atau panggil SAMU. Ia juga membuat surat pengantar untuk saya melakukan scan paru-paru. 

Saat itu keadaan saya sudah mendingan tidak merasa sakit di bagian manapun. Saya pikir saya akan cepat pulih. Namun saya salah. Sekitar tiga hari kemudian tanpa ampun serangan corona datang lagi. 

Kedua paha hingga betis kembali diserang nyeri yang lebih ekstrim tak tertahankan. Rasanya sungguh ngilu, sakit bagaikan tengah digerogoti beribu-ribu semut bergigi drakula. 

Tidur malam saya tidak lelap, ada kalanya kedua betis saya terasa lembek bahkan hilang saking ngilunya. Saya pun kembali mual-mual hebat, pusing, sakit kepala, mata kadangkala berair dan perih, selalu merasa ngantuk, kedua kelopak mata seakan tengah ditindih beban berat. 

Puncaknya, saya harus kehilangan rasa untuk mengecap makanan, penciuman saya game over disertai kelelahan, rasa lemas yang begitu sensasionalll. Namun dari semua itu, anehnya, nafsu makan saya malah muncul lagi bahkan bertambah.

Positif corona, saya akhirnya isolasi di kamar, keluar seperlunya. Anak-anak juga saya wajibkan memakai masker dan sebisa mungkin tidak mendekati saya. 

Untuk urusan makan, saya masih harus memasak. Sebetulnya bisa saja memesan makanan namun untuk anak-anak saya tidak mau jadi saya paksakan tubuh untuk bangun menyiapkan semuanya di dapur dan herannya, setiap akan memasak dan mengurus mereka, saya merasa diberi kekuatan. Tiba-tiba saja lemas dan mual-mual berkurang, saya bisa menyelesaikan pekerjaan di dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun