Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketika Saya Akhirnya Terpapar Covid-19 di Prancis

24 Desember 2020   02:55 Diperbarui: 17 Desember 2022   23:43 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan penolong saya ketika digempur virus corona (foto: Derby Asmaningrum)

Sejak saya menetap di negaranya Pak Presiden Emmanuel Macron dari akhir tahun 2011, baru kali ini saya merasa ambruk setumbang-tumbangnya. Gonjang-ganjing Covid-19 sejak Desember 2019, mulai merebak di Prancis seputaran Januari-Februari 2020, lockdown jilid satu dan jilid dua yang baru berakhir 15 Desember lalu, akhirnya sang virus sampai juga ke tubuh saya. 

Sungguh tidak menyangka karena selama ini saya semaksimal mungkin mematuhi protokol kesehatan jika sedang berada di luar rumah. Bolak-balik setiap hari mengantar anak-anak ke sekolah yang cuma beberapa langkah dari tempat tinggal, ke supermarket, ke pusat perbelanjaan bercampur dengan hingar-bingar kerumunan aneka macam rakyat, masker tak pernah terlepas, selalu saya jaga jarak dan untungnya tetap baik-baik saja. 

Namun ada satu hari di mana saya harus menampakkan batang hidung di bandara internasional Paris Roissy Charles de Gaulle untuk sebuah urusan dan sepertinya kalau dipikir-pikir memang dari sanalah si virus menyambangi tapi entah, namanya juga virus, gak keliatan, jadi meski saya ekstra hati-hati jika memang sudah dipersilakan waktu dan tempatnya, saya tidak bisa menghindar lagi.

Tengah Oktober kemarin selama beberapa hari saya merasakan rasa letih yang sangat hebat. Sensasi capek yang menekan tubuh dengan kuatnya. 

Saya pikir itu hanyalah akumulasi lelah yang biasa mengiringi hari-hari mengurus rumah tangga sembari bekerja dari rumah. Rasa capek itu tidak saya hiraukan hingga keesokan harinya setelah memasak, seketika saya batuk-batuk kering. 

Saya pikir saya mau flu karena waktu itu cuaca sudah dingin sekitar sepuluh derajat (sekarang antara dua hingga lima derajat dengan sunrise pukul setengah sembilan pagi, sunset jam lima sore). 

Setelah batuk-batuk mendadak dan memang gairah batuknya beda dengan batuk biasa, badan saya langsung menggigil hebat. Saya yang hanya memakai sweater tipis dan biasanya bisa merasakan hangatnya heater, kali ini bagaikan baru mendarat di Siberia yang bersuhu minus 40 derajat tanpa sehelai benang di badan. Saya ganti sweater dengan pull-over tebal dilapisi lagi dengan selimut dan harus bergulat dengan rasa gigil tadi kurang lebih 30 menit. 

Setelah itu kondisi badan kembali normal dan saya bisa melanjutkan aktivitas seperti biasa. Batuk-batuk yang muncul tadi tiba-tiba hilang begitu saja namun diganti dengan datangnya nyeri-nyeri ringan pada pinggul, kedua paha dan betis. 

Dari sini saya sebetulnya sudah curiga ini mungkin colekan Covid-19, tapi saya berusaha menghibur diri mungkin saja nyeri-nyeri itu gejala datang bulan karena memang sudah masuk waktu dan biasanya seminggu sebelum haid salah satu gejala pada saya adalah nyeri di bagian paha hingga betis.

Malam hari saya masih bisa tidur enak namun keesokannya kondisi tubuh sungguh berbeda. Ketika bangun tidur kepala terasa berat, pusing, super mual, perut terasa dibor diaduk-aduk, rasa lelah yang semakin ekstrim, kedua betis pegel-pegel, nyeri, ngilu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun