Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketika Saya Akhirnya Terpapar Covid-19 di Prancis

24 Desember 2020   02:55 Diperbarui: 17 Desember 2022   23:43 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hasil tes positif Covid-19 (liberation.fr/Dado Ruvic/Reuters) 

Kita bisa saja langsung pergi ke bagian Urgence (IGD) di rumah sakit dengan kendaraan sendiri jika memang tidak begitu darurat namun di sana antrinya lama, terkadang dari subuh hingga makan siang kita masih harus menunggu giliran untuk diperiksa tapi di masa corona ini individu yang memiliki gejala Covid-19 sudah dilarang keras untuk datang ke IGD. 

Kendaraan SAMU kota Paris (lexpress.fr/Matthieu Alexandre/AFP) 
Kendaraan SAMU kota Paris (lexpress.fr/Matthieu Alexandre/AFP) 

Saya akhirnya berubah pikiran tidak jadi memanggil pompiers dan memutuskan untuk mencari dokter umum terdekat yang memiliki slot hari itu juga. Di Prancis terkadang mencari dokter praktek (di rumah sakit, klinik atau domisili) susah-susah gampang karena sebagian besar harus melalui rendez-vous (janji temu). 

Dengan mewabahnya pandemi corona sebetulnya bisa saja melakukan konsultasi online yang juga dengan janji temu namun saat itu saya lebih sreg datang langsung. 

Setelah menelpon beberapa dokter, akhirnya ada slot pada jam enam sore tapi saya batalkan karena sudah terlalu lemas untuk berdiri. Saya kembali ingin memanggil pompier namun setelah mengalami plin-planisasi akhirnya pilihan jatuh pada SOS Médecin (médecin=dokter) yaitu layanan medis darurat dengan mendatangkan seorang dokter langsung ke rumah. 

Kepada sang dokter saya jelaskan semua yang saya alami dan rasakan. Setelah memeriksa tubuh dan tensi yang untungnya normal, dokter muda pria berwajah asia tenggara itu bilang bahwa saya memiliki gejala Covid-19 dan langsung menyuruh saya melakukan tes PCR. Ia pun membuat surat rujukan untuk saya melakukan tes PCR di laboratorium atau rumah sakit mana saja.

Malam harinya saya tidak bisa tidur. Saat itu temperatur tubuh menclok di angka 38 derajat, kepala pusing tanpa ampun, mual dan nyeri-nyeri tak berkesudahan. Lewat tengah malam saya akhirnya muntah akibat rasa mual dan perut yang terasa diobrak-abrik. 

Setelah muntah, saya merasa jauh lebih enakan. Suhu badan saya kembali normal, pusing tiba-tiba hilang, nyeri-nyeri langsung ciao, hanya lemas yang masih menggelayut. Perut saya pun sudah kembali jinak. Saya mencoba makan sereal dengan susu meski hanya sedikit. Malam itu, saya akhirnya bisa tidur semi nyaman.

Mencari laboratorium untuk tes PCR adalah langkah selanjutnya. Sayangnya di kota saya tinggal, Roissy-en-Brie yang juga merupakan kampung halamannya pesepakbola nasional Prancis dan midfielder Manchester United Paul Pogba, setelah lockdown jilid satu Maret kemarin, waktu itu sudah tidak lagi menerima publik untuk tes PCR jadi saya harus mencari laboratorium di kota sebelah namun akhirnya saya memutuskan untuk tes di Paris. 

Meski berjarak sekitar 30 KM dari domisili tapi di sana laboratorium dan klinik untuk tes PCR menjamur karena memang sarang corona ada di ibukota. 

Beberapa tempat ada yang harus menggunakan janji temu dengan jadwal dari pagi hingga jam dua siang, ada juga yang bisa datang langsung namun biasanya tempat ini akan diserbu sehingga antriannya mengular. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun