Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu-ibu biasa

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Geliat Pesta Diskon Musim Panas di Prancis dalam Balutan Pandemi

23 Juli 2020   03:09 Diperbarui: 23 Juli 2020   18:33 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hand sanitizer menjadi superstar di pintu masuk pusat-pusat perbelanjaan di era pandemi (foto: Derby Asmaningrum) 

Pasalnya tanggal-tanggal segitu kebanyakan orang sudah ngacir holiday dan gak butuh lagi belanja-belanja membeli produk musim panas bangsa sendal atau aneka summer dress warna-warni corak kembang-kembang dan begitu mereka kembali, barang-barang untuk musim gugur-lah yang mereka cari.

Masalah stok di toko pun turut bikin puyeng. Toko-toko yang tutup di masa lockdown membuat dagangan koleksi musim semi dan musim panas yang harusnya terjual selama masa lockdown itu masih numpuk sedangkan tengah Agustus nanti mereka sudah harus menerima koleksi terbaru untuk musim gugur dan musim dingin.

Para pedagang akhirnya mengajukan dua solusi, sale diperpanjang menjadi enam minggu atau sekalian aja pindah tayang setelah liburan musim panas. Namun, Pak Menteri tetap pada keputusannya. 

Semenjak pandemi hadir, perekonomian Prancis langsung terjun bebas. Pelaku dunia usaha harus tabah menatap bisnis mereka perlahan meregang nyawa.

Laporan INSEE (l'Institut Nationale de la Statistique et des Études Économiques atau Institut Nasional untuk Statistik dan Pembelajaran Ekonomi Prancis) yang dikeluarkan Jumat (10/7) menyatakan bahwa volume penjualan dalam perdagangan non-makanan memang merosot sebanyak 45 persen selama kurun waktu April 2019 hingga April 2020.

Hingga saat ini beberapa merk terkenal Prancis yang sudah berdiri puluhan tahun terpaksa gulung tikar akibat tergulung-gulung badai corona. 

Salah satu pusat perbelanjaan di pinggir kota Paris yang kerap saya kunjungi (foto: Derby Asmaningrum) 
Salah satu pusat perbelanjaan di pinggir kota Paris yang kerap saya kunjungi (foto: Derby Asmaningrum) 

Pusat-pusat perbelanjaan di Prancis yang ditutup dari 15 Maret mulai dibuka bertahap sejak 2 Juni. Ada beberapa brand yang langsung memberi potongan harga khusus untuk member sebagai tanda welcome back dan pelepas rindu di dada sekitar tiga bulan nggak ketemu.

Protokol kesehatan pun diperketat dengan membatasi jumlah pengunjung di tiap toko agar bisa jaga jarak aman.

Toko-toko yang sering saya datangi biasanya memberi limit 14 hingga 19 orang. Hampir semua akses kamar pas ditutup, di depan tiap toko terdapat garis antrian berwarna merah di lantai bertuliskan jaga jarak satu meter dan jalur masuk-keluar yang dibedakan lengkap dengan tanda panah.

Hand sanitizer juga tak kalah tenar disediakan di tiap pintu masuk mall dan pintu masuk butik termasuk penempatan seorang security untuk memastikan pengunjung toko bermasker. Karena saya (kadang-kadang) patuh pada aturan, maka saya pun memakai masker tapi daripada mengenakan masker Covid-19 Edition, lebih baik masker bengkoang atau masker pepaya... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun