Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu-ibu biasa

Sedang tinggal di negeri orang. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Imbas Corona, Air France Pensiunkan Seluruh Pesawat Airbus A380

4 Juni 2020   04:50 Diperbarui: 18 Januari 2023   00:53 3093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aerobridge yang ditempelkan di pintu dek atas dan pintu dek bawah A380 (brusselsairport.be) 

Dari tahun ke tahun, selera pasar penerbangan memang semakin melirik pesawat dengan body yang lebih kecil, harga yang lebih murah dan hemat bahan bakar seperti Airbus A350. Satu unit A380 dibandrol seharga kira-kira 360 juta euro (sekitar 5,8 triliun rupiah). 

Sejak 2001 Airbus hanya berhasil menjual 317 unit dari 1400 unit yang ditargetkan dalam kurun waktu 20 tahun. Kini Airbus telah menyantap kerugian hingga 400 juta euro (sekitar 6 triliun rupiah), diawali maskapai Qantas (Australia) yang membatalkan 8 unit lalu diikuti Emirates yang mengurangi 39 pemesanan A380 untuk menggantinya dengan A350 dan A330. 

Pengalaman mengoperasikan A380
Ketika masih bekerja untuk Singapore Airlines (SQ), saya termasuk salah satu awak kabin edisi awal-awal yang di-training untuk A380 yaitu di tahun 2008. 

Trainingnya benar-benar memeras otak karena semakin besar pesawatnya semakin banyak pula bagian-bagian pesawat yang harus dipelajari dari inflight service hingga prosedur penyelamatan seperti evakuasi penumpang dalam keadaan darurat kurang dari 90 detik untuk pesawat segede itu lewat pintunya yang berjumlah 16 (10 di kabin bawah dan 6 di kabin atas).

Pesawat A380 milik Emirates dan Singapore Airlines (foto: planespotters.net/Mark H) 
Pesawat A380 milik Emirates dan Singapore Airlines (foto: planespotters.net/Mark H) 

Hal yang saya senangi dari Airbus A380 adalah suaranya yang tidak bising. Di dalam kabin terasa hening, kita bisa mengobrol dengan nyaman, suara tidak harus sampai naik beroktaf-oktaf nyaingin bunyi mesin yang menjerit-jerit, komunikasi dengan para penumpang pun lancar jaya. 

Bahkan ketika pesawat lift-off untuk take-off terkadang juga tidak terasa, dalam sekejap daratan sudah tertinggal jauh di bawah. Begitu pun dengan turbulence ringan yang seringkali tidak begitu tercicip goncangannya berkat body pesawat yang mega besar. 

Kelebihan lain, A380 memiliki overhead compartment (tempat penyimpanan barang di atas kursi penumpang) yang lebih besar ditambah leg room yang lebih luas bahkan di kelas Ekonomi. Sedangkan untuk kenyamanan kursi, hal itu saya kembalikan kepada bokong masing-masing penumpang untuk menilai. 

A380 milik SQ tidak mempunyai First Class melainkan Suite Class yang menawarkan privacy maksimal. Penampakannya berupa bilik-bilik individual dan berpintu. 

Armada ini juga sebetulnya ditujukan untuk penerbangan jarak jauh meski tidak menutup kemungkinan melayani rute pendek laris manis seperti Singapura (SIN)-Hong Kong (HKG) yang hanya 3 jam, dioperasikan oleh 23 awak kabin dan 2 cockpit crew. Untuk itu di dalam badan pesawat A380 terdapat crew bunk, sebuah ruang istirahat khusus kru. 

Ruang istirahat untuk awak kabin di dalam Airbus A380 Singapore Airlines (foto: Derby Asmaningrum) 
Ruang istirahat untuk awak kabin di dalam Airbus A380 Singapore Airlines (foto: Derby Asmaningrum) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun