Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu-ibu biasa

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Andy Liany: Sang Legenda Rock N' Roll dengan Akhir Kisah Tragis

18 April 2020   01:30 Diperbarui: 21 Februari 2023   02:41 57427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andy Liany, musisi rock yang meroket di era 90-an. Foto: dokumentasi pribadi Al Hafez Saleh Rachim (Oj Rock)

Terima kasih kepada adik kandung alm. Andy Liany: Al Hafez Saleh Rachim (Oj Rock) yang telah bersedia menjadi narasumber. 

***

Pada tahun 80-an hingga tengah tahun 90-an dunia musik Indonesia dihajar oleh banyak band beraliran rock dengan tampilan para musisinya yang berambut gondrong. 

Jaman itu, kalo nggak gondrong gak kereenn (selera, boleh dooong!). Salah satu talenta yang ikut meramaikan belantika musik cadas saat itu adalah Andy Liany yang selamanya akan selalu menjadi musisi, rockstar tanah air kebanggaan saya. 

Tentu saja saya tidak salah karena selain keren, sang idola memanglah seniman berbakat, pekerja keras, berprestasi namun tak disangka, perjalanan karirnya berujung tragis meninggalkan masterpiece sebuah power ballad berjudul Sanggupkah (1993) yang akhirnya menakhtakan namanya menjadi legenda rock n' roll Indonesia.

Tak pernah ciut nyali
Penuh mimpi dan ambisi, pengembaraan bermusik Andy Liany dimulai sejak bertemu Parlin Burman alias Pay (eks gitaris Slank, sekarang gitaris BIP).

Dirasakan memiliki kesamaan visi, akhirnya mereka membentuk Chivas Band yang juga beranggotakan Indra Qadarsih (eks keyboardis Slank, kini pemain keyboard BIP). 

Sepak terjang Chivas Band segera dibuktikan dengan memenangkan Djarum Fiesta Music Contest di Jakarta tahun 1988 setelah menyingkirkan lawan-lawannya yang tidak sembarangan. Andy pun menyabet gelar vokalis terbaik yang membuat dirinya perlahan mulai dilirik.

Pemuda asal Tanjungpinang, Provinsi Kep. Riau itu selanjutnya bergabung dengan band cadas Z Liar di mana dua lagu mereka berjudul Bumi Bergoncang dan Fitnah nangkring di album kompilasi Indonesian Rock and Metal 1 (1990).

Andy yang memang bergaul dengan anak-anak Gang Potlot dan kerap dipanggil Brother Jack ini sempat menyumbangkan lengkingan suaranya di lagu Suit-Suit... He-He (Gadis Sexy) dari album perdana Slank yang berjudul sama, dirilis 1990. 

Pantang menyerah mencari jati diri sebagai seorang musisi, Andy kembali bersatu dengan Pay, kali ini di bawah nama Fargat 727 yang beranggotakan Once (yang nantinya menjadi vokalis Dewa 19 menggantikan Ari Lasso) dan Ronald Fristianto (calon drummer Gigi).

Mereka merilis album mini Seribu Angan (1991) yang hanya berisi empat lagu di antaranya Jumpa Ceria dan Langkah Menuju Harapan yang menampilkan vokal Andy.

Juga di tahun 1991 di saat usianya menginjak 27 tahun, Andy yang ngefans sama Janis Joplin, Yess dan AC/DC menelurkan sebuah single slow rock berjudul Satu Cita ciptaan penulis lagu Iief AR.

Single ini dimasukkan ke dalam album kompilasi bertajuk Satu Cita yang juga menampilkan Sophia Latjuba, band Emerald dan musisi lainnya. Berkat single-nya itu, nama Andy Liany mulai dikenal luas. Ia pun berangkat tur ke beberapa kota. 


Menclok sana-sini lewat album mini dan kompilasi membawa Andy bertemu dengan bos Win Records, Erwin Indrawan yang mempercayakan dirinya membuat album solo, sebuah peluang yang tak ia sia-siakan yang akhirnya mengubah hidupnya. 

"Misteri" dan Bon Scott Indonesia 
Pada tahun 1993, Andy Liany merilis album solo perdananya bertajuk Misteri dengan lagu jagoan Sanggupkah yang hingga kini masih terngiang-ngiang dan dinyanyikan para penggemarnya. 

Video clip-nya pun menghadirkan sosok model jelita, Yana Zein (1969-2017). Sanggupkah yang ternyata sanggup ini langsung meledak meroketkan nama Andy Liany dengan kecepatan tinggi menjadikannya idola baru anak muda jaman itu terutama kaum rock n' roll.

Kerja keras Andy akhirnya terbayar, jalan karirnya semakin terbuka lebar, albumnya laris sungguh manis, rangkaian tur keliling Indonesia pun mulai antri berbaris.

Rakus memang, pada tahun yang sama, sang rockstar tanpa ampun diganjar tiga penghargaan di ajang BASF Awards 1993 (kini Anugerah Musik Indonesia atau AMI Awards) untuk kategori Musisi Pendatang Baru, Vocalist Rock Alternative Indonesia dan The Best Selling Album, lagu Sanggupkah.

Andy pun menciptakan rekor dengan meraup penghargaan untuk tiga kategori sekaligus, sesuatu yang belum pernah diraih oleh musisi lain. 

Atas keberhasilannya itu ia menerima trofi dari emas murni, bonus rumah, mobil serta trip BASF ke Amerika Serikat dan ke BASF Toronto, Kanada di mana nama Andy sebagai musisi dari Indonesia ditorehkan dengan tinta emas oleh produsen pita kaset tersebut atas prestasi yang telah dicapainya.

Di sekitar tahun ini pula Andy pernah menjadi guest star vocalist band Elpamas menggantikan Ecky Lamoh. 

Album Misteri (kanan) yang bersampul ikonik (foto: tribunnews.com)
Album Misteri (kanan) yang bersampul ikonik (foto: tribunnews.com)

Pada tahun 1994 Andy melahirkan album keduanya berjudul Antara Kita Vol.2 masih dengan tembang andalan berbau slow rock, Antara Kita. 

Jika lagu-lagu di album Misteri bercerita tentang perjalanan hidupnya yang keras maka pada album Antara Kita sang rockstar sedikit membuka tabir asmaranya dengan sang kekasih. 

Album keduanya ini lagi-lagi mendulang sukses di pasaran. Namun manis yang dirasanya itu menjadi sedikit pahit ketika Andy harus dihadapkan pada kenyataan yang membuatnya bersimbah air mata tatkala mengetahui album keduanya yang bersampul hitam putih dan didesain oleh Dimas Djayadiningrat itu dibajak habis-habisan seakan mengolok-olok kerja kerasnya. 

Lagu-lagu Andy Liany seakan ditakdirkan serasi dengan kuping saya. Tembang metalnya sukses bikin saya sembuh dari pusing, alunan ballad-nya nggak cengeng walau tetap membuat hati tersayat-sayat. 

Andy juga berpendapat bahwa sebuah lagu itu haruslah lugas, lugu, polos, tegas. Percuma saja jika melodinya keren jungkir balik namun tidak bisa dimengerti dan dipelajari.

Dalam penggarapan album-albumnya, selain dibantu oleh sang maestro jenius Pay sebagai penata musik, Andy yang lihai menulis lirik ini juga bekerjasama dengan banyak musisi hebat seperti awak band Gigi (Ronald, Thomas, Baron), Totok Tewel (Elpamas), gitaris Ezra Simanjuntak, Indra Qadarsih hingga Oppie Andaresta sebagai backing vocal.

Jika dibandingkan, menurut saya pribadi yang bukan seorang pengamat musik apalagi pemusik, lagu-lagu di album kedua Andy seperti Pelangi atau Sakau terdengar lebih jinak daripada lagu-lagu pada album pertamanya. 

Saya tetap mengagung-agungkan Misteri sebagai album terbaik sang rockstar pujaan. Tembang-tembangnya terasa lebih lepas, lebih ngamuk, lebih gahar, lebih... seksi.

Baiknya jangan hanya mendengar suara Andy pada lagu Sanggupkah atau Antara Kita saja yang memang 'easy listening', tapi resapi juga lagu lainnya yang menampakkan karakter suara Andy yang super istimewa. 

Contohnya pada lagu favorit saya Bukan Itu atau yang rusuh menggila bertitel Brother Jack di album Misteri yang menampilkan suara teriak-teriak serak sang rockstar yang bikin saya melotot dan berotot alias kembali semangat.

Gara-gara suara khas jerit-serak itu Andy Liany akhirnya dijuluki Bon Scott-nya Indonesia. Bon Scott (1946-1980) adalah vokalis band rock n' roll legendaris AC/DC. Tapi menurut saya, Andy juga pantas disebut sebagai Janis Joplin-nya Indonesia versi cowok.

Sang Rockstar di masa jaya/Dok.pribadi Al Hafez Saleh Rachim (Oj Rock)
Sang Rockstar di masa jaya/Dok.pribadi Al Hafez Saleh Rachim (Oj Rock)

Di sisi lain, meski digempur keberhasilan dan popularitas, ternyata tidak membuat sang rockstar terjangkit star syndrome. Ia terus bekerja keras, tak lupa daratan, berteman dengan semua kalangan, tetap rendah hati, senantiasa sederhana, masih suka naek angkot, kalaupun harus naik mobil, Andy lebih memilih nyetir sendiri. 

Dibantu adik-adiknya, ia masih menyempatkan waktu membaca surat-surat penggemar yang tiap hari datang sekarung. Jika banyak musisi yang setelah terkenal malah menjadi pecandu akut narkoba dan alkohol, Andy Liany justru kebalikannya.

Di kala menuai sukses, ia memutuskan untuk bersih, melepaskan belenggu alkohol. Album ketiganya pun tengah ia godok dengan semangat tinggi ketika tiba-tiba takdir harus memaksanya pergi.

Ayam, beras dan selamat tinggal
Malam tanggal 24 Juli 1995 di tempat tinggalnya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Andy berniat menjamu para sahabat musisi dan teman-temannya yang baru datang dari Tanjungpinang. 

Ia pun berencana membeli ayam kampung dan beras lalu mempersiapkan hidangan yang akan dimasaknya sendiri. Sang rockstar selain gagah di panggung, ia juga piawai dalam masak-memasak dan dulu kerap membantu mamanya yang membuka usaha katering di Tanjungpinang.

Namun apa daya rencana yang telah dibuat untuk menyenangkan para sahabat akhirnya berujung tragedi. Kendaraan yang ditumpangi Andy bersama beberapa kawannya mengalami kecelakaan di Karawang setelah berusaha menghindari truk trailer. 

Mobil yang saat itu berkecepatan tinggi akhirnya tidak terkontrol lalu menabrak pohon dan membuat tubuh Andy yang duduk di kursi depan sebelah kiri terjepit di dalamnya. 

Setelah pertolongan datang ia segera dilarikan ke RS Adiyasa Karawang. Dinihari, 25 Juli, di hadapan adik lelaki dan para personil Gigi yang waktu itu datang, dokter menyatakan nyawa sang rockstar tidak tertolong lagi. Andy Liany si pengusung Misteri itu akhirnya berpulang, enam hari setelah ulang tahunnya yang ke-31.

Jenazah Andy kemudian dibawa ke rumah pamannya di Cireundeu, Tangerang Selatan untuk disemayamkan kemudian diterbangkan sore itu juga ke Tanjungpinang dengan pesawat Garuda Indonesia yang dicharter oleh Win Records.

Keesokan harinya, 26 Juli, setelah disemayamkan di rumahnya di Jalan Sumatera, jenazah Andy Liany diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir disaksikan para penggemarnya yang tumpah ruah memadati ruas-ruas jalan. Sang rockstar penuh mimpi itu akhirnya dimakamkan di TPU Taman Bahagia, Bukit Cermin, Tanjungpinang tak jauh dari pusara sang ayah. 

Makam Andy Liany di Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (batamnews.co.id/Yogi Eka Sahputra)
Makam Andy Liany di Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (batamnews.co.id/Yogi Eka Sahputra)

Album ketiga Andy yang masih dalam pengerjaan di saat ia tewas akhirnya diberi judul Cendera Mata. Album ini memuat dua lagu baru Andy berjudul Ingin Rasanya dan Aku Vs Kamu. 

Selebihnya, lagu-lagu yang ada di album Misteri (1993) dan Antara Kita (1994) dimasukkan ke dalam album ini termasuk Jumpa Ceria dan Langkah Menuju Harapan yang ada di album band terdahulunya Fargat 727. Cendera Mata dirilis juga di tahun yang sama (1995) sebagai sebuah kenang-kenangan terakhir sang rockstar untuk para pemujanya. 

Andy yang terkadang misterius namun tiba-tiba bisa heboh riang gembira itu memang menyimpan banyak rahasia selama hidupnya termasuk kisah cintanya. 

Setelah ia tiada barulah terungkap bahwa ia pernah menjalin hubungan istimewa dengan seorang aktris ternama dan juga dengan seorang model yang tengah populer.

Sebelum kematiannya, ia bahkan sudah mantap akan menikahi perempuan Indonesia pilihannya yang saat itu tengah menempuh pendidikan di Eropa.

Ketika Andy Liany tewas, saya masih SMP. Terus terang saya lebih intim lagi menyelami karya-karyanya justru setelah kematiannya.

Kebetulan paman saya waktu itu punya koleksi kaset sang idola yang akhirnya saya pinjam untuk selamanya alias nggak dikembalikan. Dari situ saya pun bercita-cita ingin mempunyai pacar seperti Andy Liany, harus berambut panjang dan seorang rocker. Hehe...

Dari dokter jadi rocker
Lahir di Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau dengan nama July Hendri pada 19 Juli 1964, Andy kecil sudah menunjukkan kesenangannya bernyanyi.

Ia nyata-nyata mewarisi darah seni sang ayah alm Saleh Rachim yang pernah tergabung dalam grup Usman Rachim Bersaudara di tahun 50-an dan populer di Belitung, tempat ayahnya berasal. 

Andy si pendiam juga rakus membaca, sering melewatkan masa kecilnya dengan memancing dan mandi di laut. Tak ketinggalan keisengannya yang doyan buang gas seenaknya.

Ketika SMP, anak kedua dari lima bersaudara ini memutuskan pindah ke Bandung untuk mencari perubahan hidup dan di sana ketertarikannya akan musik rock semakin menggelora.

Andy Liany (berdiri paling kiri) di tahun 1986 bersama keluarga pamannya di Bandung/Dok.pribadi Al Hafez Saleh Rachim (Oj Rock)
Andy Liany (berdiri paling kiri) di tahun 1986 bersama keluarga pamannya di Bandung/Dok.pribadi Al Hafez Saleh Rachim (Oj Rock)

Lulus SMA, Andy yang memang pintar ini diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan namun ia merasa kalau bermusik adalah panggilan jiwanya sehingga dirinya berniat berhenti kuliah.

Akhirnya ia mengirimkan sebuah surat kepada sang mama di Tanjungpinang yang isinya meminta restu karena ia ingin serius menggeluti dunia rock n' roll.

Kisah surat tersebut pun dijadikan lagu berjudul Boleh Ma? yang terdapat di album Misteri. Judulnya memang seperti judul lagu sendu tapi ternyata Andy mengemasnya dalam nuansa hard rock dan dinyanyikan dengan suara jerit-seraknya. Karena saya suka musik cadas, jadi buat saya lagu ini sungguh asyik berisik. Petikan liriknya seperti ini:

Walau tak jadi sarjana
bukan orang gila, berpangkat dan ditakuti
Tapi kutetap bahagia

karna semua itu berada dalam pelukanku
Boleh Ma? Ya? Ya? Ya?

Boleh Ma? Boleh kaaan..??

Setelah sang mama mengizinkan meski awalnya berat hati, saat itu tahun 1986, Andy segera hijrah ke Jakarta dengan uang seadanya, tanpa kendaraan, hanya membawa sekantong mimpi yang siap ia wujudkan.

Ia nekat menumpang truk sayur sambung menyambung hingga akhirnya tiba di ibukota dan tinggal di rumah pamannya di bilangan Cireundeu, Ciputat, Tangerang Selatan.

Jalan hidup seakan merestui, Andy dipertemukan dengan Aswin Ratumbuisang yang mengajarinya teknik bernyanyi di studio miliknya di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Ia digembleng habis-habisan selama dua tahun, range vokalnya terus berkembang. 

Pada masa-masa inilah Andy bertemu dengan Pay, Ronald, Indra Qadarsih, segera lepas landas memulai petualangan rock n' roll, kembali ke Tanjungpinang menemui sang mama setelah sukses menjadi musisi, hingga akhirnya ia harus menyerah di tangan maut yang menjemput.

Menuju layar lebar
25 Juli mendatang genap sudah 25 tahun sang rockstar ambisius itu tiada. Rencananya 14 Maret kemarin akan diadakan acara mengenang 25 tahun wafatnya Andy Liany di Tanjungpinang, Batam, Pekanbaru, Belitung, Bandung dan Jakarta. Namun terpaksa ditunda gara-gara wabah Corona.

Sang adik yang akrab disapa Oj yang juga mengikuti jejak sang kakak menjadi musisi akhirnya harus menunda event tersebut.

Senantiasa dirindukan penggemarnya. Foto: Dokumentasi pribadi Al Hafez Saleh Rachim (Oj Rock)
Senantiasa dirindukan penggemarnya. Foto: Dokumentasi pribadi Al Hafez Saleh Rachim (Oj Rock)

Saat ini biografi Andy Liany yang ditulis oleh salah seorang penggemarnya tengah dalam proses penyelesaian. Rencananya, setelah buku ini terbit, sang adik akan mulai mengerjakan film tentang perjalanan kakak tercintanya dari kehidupan masa kecil, perjuangan menjadi seorang rockstar hingga tragedi yang telah membuatnya pergi untuk selamanya.

Ide film yang akan diberi judul Andy Liany The Movie ini sudah muncul awal 2018 lalu namun baru akan direalisasikan setelah biografi Andy Liany diterbitkan.

Alur filmnya juga akan mengikuti apa yang tertulis di lembaran-lembaran biografi tersebut sehingga tidak akan ada kesimpangsiuran cerita tentang perjalanan hidup Sang Legenda seperti yang selama ini terjadi.

Tidak perlu menggandrungi musik rock n' roll untuk mengagumi sosok Andy Liany. Derap langkahnya menuju singgasana kesuksesan bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin menggapai cita-cita.

Kita semua memiliki mimpi dan alm Andy Liany telah membuktikan bahwa selalu ada jalan untuk meraihnya, dengan tekad, semangat dan kerja keras. 

Jalan masih panjang
Jangan ucap janji
Nikmatilah... cintamu hari ini
Sanggupkah aku
Hidup bersama denganmu
Mungkinkah aku
Hidup tanpa ada dirimu
Hanya waktu yang bisa jawab semua itu
Sampai kapan
Aku tak tahu

(Penggalan lagu Sanggupkah)

Kini merdulah kau mengalun dari panggungmu yang abadi, Brother Jack, Sang Rockstar Legendaris Indonesia. Terima kasih atas dedikasi dan perjuanganmu untuk dunia musik rock tanah air.

Nama dan karya-karyamu akan selamanya hidup, seindah wajah dan warna-warni impianmu. Terima kasih Andy Liany, semoga kau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.

Sanggupkah
Lirik/lagu: Pay, Andy Liany, Ganes, Rustam
Arranger: Pay
Album: Misteri (1993)
Label: Win Records

Terima kasih sekali lagi untuk Kak Oj. Semoga sukses selalu!

Derby Asmaningrum
Prancis, 16 April 2020
Long Live Rock N' Roll..!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun