Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu-ibu biasa

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengenal Metro, Kereta Bawah Tanah, MRT-nya Kota Paris di Prancis

2 Februari 2020   04:22 Diperbarui: 16 Januari 2023   23:24 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Punya kartu Navigo dan Pocket Map, kota Paris ada di tangan anda untuk dijelajahi (foto: Derby Asmaningrum)

Salah satunya adalah dengan menyalurkan bakat terpendam lompat tinggi dengan cara meloncati mesin tapping kartu atau molos dari bawah palang mesin. 

Jika tidak kegep sama petugas keamanan RATP yang sedang patroli, berarti sedang mujur, namun jika ketangkap basah, maka dapet salam dari band Matta yang bilang: "O, O, kamu ketahuaannn" sekaligus denda 60 euro (sekitar 900 ribu rupiah).

Jika kita kedapatan tidak punya karcis ketika ada pemeriksaan di dalam gerbong, dendanya sebesar 50 euro (sekitar 750 ribu rupiah), jika kita ketahuan punya tiket tapi kita gak nge-tap, maka kantong harus dirogoh buat bayar 35 euro (sekitar 500 ribu rupiah). 

Denda 68 euro (sekitar 1 juta rupiah) dikeluarkan untuk oknum yang kepergok lagi merokok di area dalam stasiun (koridor, peron dan di dalam gerbong kereta) dan jangan sekali-sekali naikin kaki ke bangku kereta apalagi ribut-ribut berantem, mabok, mengganggu ketentraman publik di area stasiun karena anda bisa kena penalti lagi-lagi 60 euro (sekitar 900 ribu rupiah). 

Semua denda tersebut berlangsung di tempat alias bayar saat itu juga. Jika kebetulan nggak ada duit atau pura-pura gak ada duit, don't worry be happy karena akan diberi tenggang waktu hingga 60 hari dengan jumlah denda yang didobel tripel bisa mencapai 375 euro (sekitar 5,6 juta rupiah). Sakit hati, kan..?

Kiri: pintu keluar otomatis. Kanan: barisan mesin tapping kartu yang sering dilompati pengguna (foto: Derby Asmaningrum)
Kiri: pintu keluar otomatis. Kanan: barisan mesin tapping kartu yang sering dilompati pengguna (foto: Derby Asmaningrum)
Setelah melewati mesin tapping kartu, dalam perjalanan menuju peron yang terkadang jauh dan berliku naik turun tangga, mata dan perhatian khalayak akan sedikit teralihkan oleh berbagai bingkai iklan berukuran jumbo yang terpampang rapi di sepanjang dinding koridor stasiun mulai dari promosi produk, film, konser musik, pertunjukan teater, balet, hingga tempat-tempat wisata. 

Koridor stasiun métro di Paris ini memang agak unik dan menjadi karakter tersendiri karena terdiri dari banyak lorong yang bisa dibikin main petak umpet yang sebenarnya adalah akses naik menuju peron. 

Sebetulnya meski banyak lorong, fenomena kesasar di dalam stasiun métro minim terjadi sekalipun di stasiun interchange yang lorong-lorongnya berkembang biak teramat banyak. Hal itu berkat penunjuk arah yang memang sudah terpampang sangat jelas. 

Pemandangan khas koridor stasiun métro (foto: Derby Asmaningrum)
Pemandangan khas koridor stasiun métro (foto: Derby Asmaningrum)

Pengamen pun harus memiliki izin resmi

Di sudut-sudut koridor biasanya juga terlihat beberapa pengamen yang tengah beraksi didukung dengan segambreng instrumen yang bukan abal-abal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun