Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT biasa

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Steven Adler: dari Guns N' Roses, Narkoba, hingga Buku

25 Juli 2019   17:37 Diperbarui: 25 Juli 2019   21:04 7248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GNR classic lineup, ki-ka : Gilby Clarke (gitaris GNR setelah Izzy Stradlin memutuskan keluar di tahun 1991), Matt Sorum (drummer yang menggantikan posisi Steven Adler setelah ia ditendang dari GNR tahun 1990), Duff McKagan, Slash dan Steven Adler setelah tampil dalam Rock N' Roll Hall of Fame 2012 (foto : nytimes.com/Michael Loccisano)

0 Advanced issues found▲

 

Saya tidak tahu apakah ini hanya sebuah sensasi atau memang benar-benar sebuah kegagalan eksekusi, nama Steven Adler pada 28 Juni 2019 lalu tiba-tiba mencuat dalam pemberitaan dunia hiburan khususnya musik gara-gara insiden tusuk-menusuk perut yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit. 

Tak lama, pihaknya menyatakan bahwa kejadian itu tidak disengaja dan bukan percobaan bunuh diri. Ketika saya baca update-nya di media online beberapa hari kemudian, ternyata pria berusia 54 tahun itu mengabarkan bahwa dirinya masih hidup dan dalam kondisi sehat, tanpa merinci kronologi dibalik perbuatannya itu yang sebetulnya ingin sekali saya ketahui. Entahlah jika ia memang memilih untuk menyembunyikan sesuatu.

Siapakah Steven Adler? Yang pasti bukan tetangga sebelah rumah saya. Steven Adler yang terlahir dengan nama Michael Coletti ini adalah drummer pertama Guns N' Roses (GNR), band beraliran hard rock yang musiknya mendapat pengaruh dari AC/DC, Queen hingga Aerosmith. 

Terbentuk pada tahun 1985 setelah ribet bongkar pasang personil, band yang akhirnya beranggotakan Axl Rose (vokal), Slash (lead guitar), Duff McKagan (bass), Izzy Stradlin (rhythm guitar) dan Steven Adler sendiri ini telah melahirkan sebuah album studio perdana dahsyat, Appetite for Destruction (1987) yang seketika menyedot perhatian dunia musik rock, terjual lebih dari 30 juta kopi di seluruh dunia dan disebut-sebut sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa. 

Lagu-lagu pada album tersebut melegenda, timeless, memberikan appetite tersendiri buat kuping para rock n' rollers, sebut saja Welcome To the Jungle yang merupakan ekspresi kelima anak muda ini tentang ganas dan carut-marutnya kehidupan yang mereka jalani, Paradise City yang bercerita tentang kampung asal mereka yakni Los Angeles, Amerika Serikat atau lagu sayang-sayangan Sweet Child O Mine yang liriknya manis-manis gulali gula jawa ditulis sang frontman Axl Rose terinspirasi kekasih tercintanya saat itu, Erin Everly, puteri dari Don Everly, salah satu personil duo Everly Brothers. 

Album ini pun memenangkan kategori Favorite Heavy Metal/Hard Rock Album pada American Music Awards (AMA) tahun 1990 mengalahkan senior mereka Mötley Crüe dengan album Dr. Feelgood (1989) dan Skid Row dengan album self-titled, Skid Row (1989). 

Sebuah harga yang harus dibayar mahal
Menjadi seorang rockstar adalah cita-cita Adler sejak berumur 11 tahun. Bersamaan dengan itu ia mulai kecanduan ganja dan semakin mantap menggunakan heroin ketika beranjak dewasa, hasil dari pergaulan. 

Bersahabat dengan Saul Hudson (Slash) sejak di bangku SMP, ia selalu memperluas jaringan pertemanan terutama dengan para musisi hingga akhirnya bertemu dan nge-jam bareng Hollywood Rose, band besutan Axl Rose dan Izzy Stradlin. 

Setelah GNR terbentuk dan mulai merangkaki puncak dunia, Adler mulai habis-habisan menggauli heroin, kokain hingga Speedball (campuran heroin dan kokain) dalam dosis tinggi. Ramuan Speedball inilah yang kerap membawanya ke ujung kematian, overdosis. 

Selalu teler akibat duo bubuk-bubuknya itu, Adler dianggap tidak bisa menjalankan aktivitas manggung dan proses rekaman (ketika itu untuk album kedua Use Your Illusion) dengan semestinya. Setelah diberi beberapa ultimatum dari GNR yang ia remehkan, maka pemecatan pun menjadi jalan terakhir. 

Pada 11 Juli 1990 karirnya bersama band yang dibanggakannya itu resmi tamat. Ia hanya diberi ongkos selamat tinggal sebesar 2.000 dolar. Royalti dan segala kredit untuk kontribusinya semasa di GNR dibabat habis yang mengakibatkan ia mengalami masalah keuangan setelahnya. Menyadari GNR menendangnya seenak jidat, pada tahun 1991 ia maju ke pengadilan menuntut mantan band-nya sendiri. 

Kasusnya selesai pada tahun 1993 di mana ia menang dan mendapatkan ganti rugi sebanyak 2,5 juta dolar dan akan seterusnya menerima royalti sebesar 15 persen dari kontribusinya bersama GNR.

Posisi Adler segera digantikan oleh Matt Sorum, penabuh drum dari band yang ketika itu beraliran gothic rock, The Cult. Sebetulnya sungguh disayangkan tragedi pemecatan ini karena lagu-lagu untuk album GNR berikutnya seperti Don't Cry, Back Off Bitch, You Could Be Mine (yang nantinya menjadi OST Terminator 2 Judgment Day, 1991) sudah diisi dengan drum tracks milik Adler yang akhirnya harus ia relakan untuk diutak-atik oleh sang drummer pengganti. 

Namun setidaknya ia masih bisa tersenyum, meski kecut, mengingat lagu terakhir yang ia rekam bersama GNR adalah Civil War dan ditampilkan dalam album kedua mereka, Use Your Illusion II (1991). 

Ciri khas permainan drum Adler yang rock n' roll telah memberi warna tersendiri pada lagu-lagu GNR. Salah satu teknik bermainnya terdapat di sepanjang verse lagu Welcome To the Jungle di mana ia menampilkan teknik Hi-Hat (simbal) yang unik. Setelah ia dipecat, saya rasa usai sudah formasi perkasa band yang telah membuat dunia musik rock gonjang-ganjing. Sound GNR di album Use Your Illusion sudah berbeda, tidak terasa magical lagi tanpa swing dan groove dari sang drummer pertamanya. 

Potongan konser GNR tahun 1988 di bawah ini ketika menggeber tembang seksi Rocket Queen memperlihatkan gaya permainan drum Adler yang telah membuat saya mengalami Rockgasm akut, tidak bisa tidur semaleman meski sudah mandi kembang dan pakai Sari Puspa. 

Patah hati yang berkepanjangan setelah didepak GNR membuat Adler semakin tenggelam dalam pusaran narkoba. Ia telah mengalami 28 overdosis, tiga kali percobaan bunuh diri, masuk penjara karena kepemilikan heroin dan tuduhan kekerasan seksual yang ia sanggah karena merasa dijebak. Ia juga pernah mengalami koma (hampir dinyatakan koma seumur hidup) pada 19 April 1996, apalagi kalau bukan karena Mr. Brownstone (julukan yang diberikan GNR untuk narkoba yang juga menjadi salah satu judul lagu mereka). 

Tiga hari kemudian ia siuman namun pada saat itu juga ia harus menerima stroke pada bagian wajah sebelah kanan sebagai cobaan hidup berikutnya. Sungguh, ia masih termasuk beruntung karena stroke yang mendera tidak sampai mempengaruhi koordinasi gerakan tangan dan kakinya yang nyata-nyata ia butuhkan untuk bermain musik. 

Tidak kapok. Itulah nama tengah yang tepat buat Adler saat itu. Rehabilitasi berkali-kali, koma dan stroke tidak berhasil menghentikannya dari candu heroin. Di tahun 2007, adalah program televisi di channel VH1 bertajuk Celebrity Rehab with Dr. Drew yang akhirnya membulatkan keinginannya untuk sembuh dan di saat yang sama ia juga bertekad untuk pulih dari stroke. 

Tidak pernah mudah, ia harus belajar dari awal lagi seperti anak-anak TK yang baru sekolah mengeja kata-kata. Perlahan-lahan ia membaik meski hingga sekarang ketika berbicara kalimatnya kerap terdengar nggak jelas akibat stroke yang pernah dideritanya itu. 

0 Advanced issues found▲

 

Sang drummer di penghujung tahun 80-an, rocker muda dengan mimpi-mimpi yang layu sebelum benar-benar berkembang (foto: forums.stevehoffman.tv)
Sang drummer di penghujung tahun 80-an, rocker muda dengan mimpi-mimpi yang layu sebelum benar-benar berkembang (foto: forums.stevehoffman.tv)

Habis gelap terbitlah buku
Steven Adler adalah seorang survivor, GNR survivor, rock n' roll survivor di mana kebanyakan rekan-rekan sejawatnya hancur lebur dalam lingkaran seks, narkoba dan alkohol yang kemudian tewas karena overdosis, alcohol poisoning atau bahkan karena mengidap AIDS, Adler seakan mempunyai banyak nyawa untuk tetap hidup. 

Ia waktu itu dilabeli rockstar, pecandu, pecundang, dengan hidup yang sudah di ambang maut namun akhirnya sembuh dan mampu bermain musik kembali seperti sedia kala membuatnya termotivasi untuk menceritakan lika-liku perjalanan hidupnya ke dalam lembaran-lembaran buku yang ia persembahkan terutama untuk para penggemar setia GNR yang selalu mendukungnya dari awal karir hingga kini. 

Karyanya yang diberi judul "My Appetite for Destruction : Sex and Drugs and Guns N' Roses" dikerjakan tahun 2009 dibantu oleh seorang teman prianya Lawrence J. Spagnola, seorang pelaku perfilman, musisi sekaligus penulis dan diterbitkan pertama kali tahun 2010. 

Saya dan buku Sang Rockstar kesayangan (Derby Asmaningrum)
Saya dan buku Sang Rockstar kesayangan (Derby Asmaningrum)

Pengalaman hidupnya yang tumpah ruah setebal hampir 300 halaman itu berisi tentang kehidupan masa kecil, awal ketertarikannya dengan musik rock, karir bersama GNR termasuk kerumitan hubungan antar sesama personilnya. Ia pun membeberkan kisah cinta dan pernikahannya di tahun 1989 yang bubar jalan begitu saja, flirting, seks bebas, pelecehan seksual yang dialaminya ketika masih remaja dan tentu saja tentang pergulatannya dengan narkoba hingga bagaimana ia bangkit kembali untuk menemukan jalan pulang. 

Kisahnya yang liar sekaligus inspirasional ini ia tulis dengan antusiasme yang luar biasa beserta rangkaian kalimat-kalimatnya yang kadang serius kadang jenaka yang membuat saya ngakak-ngakak sendiri ketika membacanya. Semuanya ia ceritakan dengan terbuka, blak-blakan, apa adanya.

Salah satu yang menarik perhatian saya dalam buku ini adalah ketika Adler harus bekerja serabutan mati-matian siang malam dari menjadi pembuat adonan pizza, pengelap meja di restoran, pegawai mini market tengah malam hingga bekerja di pom bensin di mana saat itu ia masih berusia belasan tahun dan tidak berkeinginan melanjutkan sekolah. Pekerjaan apa saja dilakoninya untuk mengumpulkan uang demi membeli drumset profesional yang ia idam-idamkan yang kemudian berhasil menjadi miliknya. 

Buku ini juga telah menjawab rasa penasaran saya tentang awal mula Adler belajar drum yang ternyata otodidak. Tiap malam, ia selalu menyelinap ke dalam gedung pertunjukan di mana band-band terkenal saat itu tengah manggung. Ia menemukan sebuah ruangan yang sangat sempit namun bisa membuatnya bebas mengintip dari atas melalui salah satu dindingnya yang sudah retak sehingga ia bisa melihat langsung ke bawah, ke arah drum. 

Dari situlah ia memperhatikan dan merekam dalam otaknya segala gerak-gerik dan teknik bermain para drummer yang selanjutnya ia pelajari mati-matian hingga ia menemukan gaya permainannya sendiri sejalan dengan awal karirnya bersama GNR.

Di akhir autobiografinya, rocker yang sejak SMP juga bersahabat dengan Michael Peter Balzary alias Flea, pemain bas dari band Red Hot Chilli Peppers ini berharap para pembacanya terutama pencinta rock n' roll, bisa melihat seperti apa kehidupan seorang pecandu dan bagaimana heroin telah 'memanjakan' sekaligus meluluhlantakkan hidupnya sehingga mereka semua akan berpikir dua kali untuk tidak menjadi seorang junkie seperti dirinya.

0 Advanced issues found▲

 

Rincian perjalanan hidup sang drummer yang tertuang pada lembar demi lembar buku karyanya (foto: Derby Asmaningrum)
Rincian perjalanan hidup sang drummer yang tertuang pada lembar demi lembar buku karyanya (foto: Derby Asmaningrum)

Rock and Roll Hall of Fame
Setelah buku, Dewi Fortuna nampaknya masih terus mengikuti musisi yang mempersunting seorang mujer latina Argentina (mujer=wanita) bernama Carolina Ferreira tahun 2002 ini.

Pada 14 April 2012, personil GNR formasi lama (classic lineup) yang terdiri dari Axl Rose, Slash, Duff McKagan, Matt Sorum, Dizzy Reed (keyboard) dan Steven Adler dilantik menjadi penghuni Rock and Roll Hall of Fame untuk kategori Performer namun sayang Axl Rose, Izzy Stradlin dan Dizzy Reed memutuskan untuk absen. 

Hall of Fame sendiri merupakan sebuah museum bertempat di kota kelahiran Adler, Cleveland, Ohio, Amerika Serikat yang didedikasikan untuk merekam sejarah para artis, produser, dan orang-orang yang sangat terkenal dan memiliki pengaruh yang sangat besar di industri musik, terutama rock and roll.

Artis-artis yang dilantik harus memiliki pengaruh yang cukup besar dan telah berkarir sedikitnya 25 tahun sejak merekam album pertama.

Selain menunjukkan keunggulan dan bakat musik yang tidak diragukan lagi, orang yang dilantik akan memiliki dampak signifikan pada evolusi dan pelestarian musik rock and roll itu sendiri. 

Bagi Adler, penganugerahan Rock and Roll Hall of Fame ini adalah sebuah mimpi yang menjadi nyata, sebuah momen terbaik sepanjang karir dan hidupnya. Pria kelahiran 22 Januari 1965 itu merasa lega bahwa dirinya akhirnya 'diakui' dan dicatat sejarah sebagai bagian dari salah satu band rock berbahaya di dunia. Dulu, suatu ketika... 

Momen Rock and Roll Hall of Fame ini juga dianggapnya sebagai saat yang pas untuk menutup chapter GNR di hidupnya. Ia memang mencintai GNR dan selalu ingin menjadi bagian dari band yang semua personilnya ia sudah anggap sebagai kakak-kakaknya sendiri.

Namun masa-masa itu baginya telah selesai. Kini ia siap memulai lembaran hidupnya yang baru. Impiannya tidak muluk-muluk, ia hanya ingin bermusik, menerbangkan kembali hasrat rock n' roll-nya, kali ini bersama Adler's Appetite, band hard rock yang ia bentuk di tahun 2003 silam namun sempat terbengkalai karena kisah-kasihnya dengan heroin.

GNR classic lineup, ki-ka : Gilby Clarke (gitaris GNR setelah Izzy Stradlin memutuskan keluar di tahun 1991), Matt Sorum (drummer yang menggantikan posisi Steven Adler setelah ia ditendang dari GNR tahun 1990), Duff McKagan, Slash dan Steven Adler setelah tampil dalam Rock N' Roll Hall of Fame 2012 (foto : nytimes.com/Michael Loccisano)
GNR classic lineup, ki-ka : Gilby Clarke (gitaris GNR setelah Izzy Stradlin memutuskan keluar di tahun 1991), Matt Sorum (drummer yang menggantikan posisi Steven Adler setelah ia ditendang dari GNR tahun 1990), Duff McKagan, Slash dan Steven Adler setelah tampil dalam Rock N' Roll Hall of Fame 2012 (foto : nytimes.com/Michael Loccisano)
Saya sudah mendengarkan lagu-lagu GNR yang ada di album Appetite for Destruction seperti Nightrain, Rocket Queen, Paradise City, Patience (GNR Lies, EP 1988), Don't Cry atau si tersohor November Rain (Use Your Illusion I, 1991) sejak duduk di bangku SMP di mana teman-teman seumuran saya kala itu dimabukkan oleh Basketcase milik Greenday dan dikejar-kejar Zombie-nya The Cranberries.

Buat saya GNR adalah Axl Rose, Izzy Stradlin, Duff McKagan, Slash dan Steven Adler. TITIK. Tanpa Steven Adler, GNR kehilangan separuh nafas rock n' roll-nya.

Adler adalah sosok drummer yang selalu bermusik dari hati, senantiasa menjadi personil yang paling gembira ketika memainkan instrumennya karena baginya, berada di atas pentas haruslah dinikmati dengan ceria, tidak cemberut atau seperti orang yang tengah mengalami konstipasi. Membuktikan kecintaannya akan musik, album Appetite for Destruction adalah wujud dedikasi Adler untuk rock n' roll. 

Matt Sorum apalagi Frank Ferrer (drummer GNR sekarang) atau mungkin jika nanti Axl Rose akan menggantinya lagi dengan Doraemon atau Nobita, tidak akan ada yang bisa menyamai cara seorang Steven Adler menjinakkan snare drum, bas drum, jejeran tom, dentingan cowbell dan aneka macam simbalnya.

Memang sih tiap drummer punya ciri masing-masing, tapi ini GNR, band dengan darah dan denyut rock n' roll dan Adler tercipta untuknya! Dialah the best GNR drummer! Stevie punya SEMUANYA, soul, groove, swing, beat, dan tentu saja, pe-so-na.

Jadi, pas banget kalau lagu berikut ini saya nyanyikan (meski dengan suara sember) untuk sang drummer pirang yang selalu riang, legendaris dan super manis,

Ooh uooh sweet child o mine
Oh oh uh uuhh sweet love of miiiinee....

Long Live Rock N' Roll..!!

Sweet Child O Mine
Lirik : Axl Rose (vokal), Izzy Stradlin (rhythm guitar), Slash (lead guitar) 
Album : Appetite for Destruction (1987)
Label : Geffen 

*****

Derby Asmaningrum
Prancis, 25 Juli 2019

Referensi :
Steven Adler & Lawrence J. Spagnola. 2011. My Appetite for Destruction: Sex & Drugs & Guns N' Roses. London: HarpersCollins Publishers
ultimateclassicrock.com 
rollingstone.com 
rockhall.com 
wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun