Tidak pernah mudah, ia harus belajar dari awal lagi seperti anak-anak TK yang baru sekolah mengeja kata-kata. Perlahan-lahan ia membaik meski hingga sekarang ketika berbicara kalimatnya kerap terdengar nggak jelas akibat stroke yang pernah dideritanya itu.
0 Advanced issues found▲
Habis gelap terbitlah buku
Steven Adler adalah seorang survivor, GNR survivor, rock n' roll survivor di mana kebanyakan rekan-rekan sejawatnya hancur lebur dalam lingkaran seks, narkoba dan alkohol yang kemudian tewas karena overdosis, alcohol poisoning atau bahkan karena mengidap AIDS, Adler seakan mempunyai banyak nyawa untuk tetap hidup.
Ia waktu itu dilabeli rockstar, pecandu, pecundang, dengan hidup yang sudah di ambang maut namun akhirnya sembuh dan mampu bermain musik kembali seperti sedia kala membuatnya termotivasi untuk menceritakan lika-liku perjalanan hidupnya ke dalam lembaran-lembaran buku yang ia persembahkan terutama untuk para penggemar setia GNR yang selalu mendukungnya dari awal karir hingga kini.
Karyanya yang diberi judul "My Appetite for Destruction : Sex and Drugs and Guns N' Roses" dikerjakan tahun 2009 dibantu oleh seorang teman prianya Lawrence J. Spagnola, seorang pelaku perfilman, musisi sekaligus penulis dan diterbitkan pertama kali tahun 2010.
Pengalaman hidupnya yang tumpah ruah setebal hampir 300 halaman itu berisi tentang kehidupan masa kecil, awal ketertarikannya dengan musik rock, karir bersama GNR termasuk kerumitan hubungan antar sesama personilnya. Ia pun membeberkan kisah cinta dan pernikahannya di tahun 1989 yang bubar jalan begitu saja, flirting, seks bebas, pelecehan seksual yang dialaminya ketika masih remaja dan tentu saja tentang pergulatannya dengan narkoba hingga bagaimana ia bangkit kembali untuk menemukan jalan pulang.
Kisahnya yang liar sekaligus inspirasional ini ia tulis dengan antusiasme yang luar biasa beserta rangkaian kalimat-kalimatnya yang kadang serius kadang jenaka yang membuat saya ngakak-ngakak sendiri ketika membacanya. Semuanya ia ceritakan dengan terbuka, blak-blakan, apa adanya.
Salah satu yang menarik perhatian saya dalam buku ini adalah ketika Adler harus bekerja serabutan mati-matian siang malam dari menjadi pembuat adonan pizza, pengelap meja di restoran, pegawai mini market tengah malam hingga bekerja di pom bensin di mana saat itu ia masih berusia belasan tahun dan tidak berkeinginan melanjutkan sekolah. Pekerjaan apa saja dilakoninya untuk mengumpulkan uang demi membeli drumset profesional yang ia idam-idamkan yang kemudian berhasil menjadi miliknya.