Darren Hayes secara gamblang menunjukkan kekecewaan terhadap mantan rekannya itu yang telah meninggalkan grup begitu saja, semua baginya terlalu berantakan untuk selesai.Â
Seperti seorang kekasih yang sudah sakit hati ketika dikecewakan pasangannya, bak Taylor Swift, Darren Hayes pun berkali-kali mengatakan kepada jurnalis ataupun para fans-nya yang masih setia, bahwa we are never ever getting back together, tidak akan pernah ada reuni Savage Garden atau sekedar pertemuan antara dia dengan Daniel Jones. Dan sejak perpisahan yang menyakitkan itu, mereka memang tidak pernah lagi berkomunikasi.Â
Darren Hayes, si pribadi penyayang namun merasa terbuang
Setelah merelakan perjalanan bermusik Savage Garden yang porak-poranda, perkawinannya yang kandas, pergolakan batin yang membuatnya semakin depresi hingga pernah ingin mencabut nyawanya sendiri, Darren Hayes akhirnya memberanikan diri membuat pengakuan kepada teman-teman terdekat dan juga induk label rekamannya, Sony tentang orientasi seksualnya. Ia tahu itu tidaklah mudah namun ia siap dengan segala resikonya. Di satu sisi ia merasa lega telah jujur kepada dunia, namun di sisi lain ia merasa banyak diberi batasan dalam meniti karir solonya yang notabene adalah sebuah konsekuensi dari pengakuannya itu.Â
Meski dalam kondisi terpuruk, insecure, stres dikelilingi anxiety yang nampaknya takkan mau pergi, Darren Hayes tetap berusaha menjaga karirnya. Pada 18 Maret 2002 ia mengeluarkan album solo perdananya, Spin, masih ber-genre pop. Single jagoannya berjudul Insatiable sayangnya hanya mampu menduduki peringkat ke-77 di Billboard Hot 100 namun bertengger di urutan ke-8 di Inggris (UK Singles Chart).Â
Lagu yang bercerita tentang perasaan cinta seseorang kepada pasangannya yang tidak pernah bisa terpuaskan, ingin selalu mencintai lagi dan lagi, ditulis Darren Hayes dengan lirik-lirik puitis, indah penuh gairah, dibenamkan ke dalam alunan musik yang anggun dan dinyanyikan dengan kualitas vokal termasuk kemampuan falsetto-nya yang sangat luar biasa yang menurut saya sangatttlah seksi.Â
Saya tidak tahu Darren Hayes makan apa ketika sedang menciptakan mahakarya ini, tapi yang pasti, Insatiable adalah lagu paling sensual yang pernah saya dengar. Penampilannya pun tidak sama seperti ketika bersama Savage Garden dulu. Ia mengembalikan warna rambut aslinya, pirang kecoklatan yang berpadu dengan sepasang mata biru lautnya dan kulitnya yang seputih porcelaine.
Setelah album Spin, nama Darren Hayes mulai tenggelam namun ia terus berkarya dengan meluncurkan album solo keduanya pada 13 September 2004, The Tension and The Spark yang mengarah kepada genre musik electropop dengan single-nya Popular yang berhasil meraih tangga teratas Billboard Hot Dance Club Play pada Maret 2005.Â
Lagu Popular tersebut seakan menyentil perilaku orang-orang yang ngotot ingin menjadi popstar, terkenal dan bergumul dalam kehidupan glamor. Tahun 2007 ia mengucapkan selamat tinggal kepada Columbia Records, label yang menaunginya sejak bersama Savage Garden kemudian mengeluarkan album This Delicate Thing We've Made melalui label rekamannya sendiri, Powdered Sugar.Â
Di album ketiganya ini ia masih berada di jalur electropop yang merupakan musik favoritnya, dengan salah satu single-nya On the Verge of Something Wonderful yang menceritakan tentang sebuah keyakinan diri, selalu optimis terhadap apapun yang terjadi.Â
Meski tidak setenar ketika ia masih bersama Savage Garden dulu, tiket konsernya selalu ludes terjual. Ini merupakan suatu bukti bahwa Darren Hayes masih dicintai para penggemarnya.Â
Tidak hanya sibuk dalam berkarir solo, pria yang mengidolakan Madonna ini juga terlibat dalam ajang pencarian bakat Australian Idol Season 6 pada tahun 2008 sebagai salah satu juri tamu.Â