Kami diharuskan memakai seragam SQ yang telah disediakan kemudian diminta berjalan mondar-mandir untuk dilihat pantas tidaknya berada di dalam balutan seragam mereka.
Pada hari itu juga, pihak SQ langsung mengumumkan hasil seleksi. Saya akhirnya dipercaya menjadi salah satu awak kabin maskapai yang berdiri pada 1 Mei 1947 dengan nama awal Malayan Airways tersebut. Kala itu, dari ratusan pelamar, SQ hanya memilih 13 orang, termasuk saya.
Setelah menandatangani kontrak untuk 5 tahun kerja, sekitar sebulan kemudian (atau dua bulan, saya lupa) saya dan 12 orang lainnya berangkat ke Singapura untuk menjalani medical check-up. Setelah hasil medical check-up tidak menunjukkan kelainan dan work permit sudah digenggaman, kami diharuskan mencari akomodasi sendiri karena SQ tidak memberi fasilitas tempat tinggal atau mess untuk para awak kabin dan pilotnya.
Buat saya ini lebih baik karena saya bisa hidup berbaur dengan orang lokal Singapura. Akhirnya saya mendapat tempat tinggal di kawasan Pasir Ris, tak jauh dari Bandara Changi bersama 2 mojang Bandung yang canthik-canthik yang hingga kini kami masih saling bertegur sapa meski hanya lewat aplikasi WA.
Training
Sebelum mendapat gelar pramugari, saya dan teman-teman seperjuangan harus ngos-ngosan mengikuti training yang super intensif, berlangsung Senin hingga Jumat dari pukul 9 pagi hingga jam 5 sore di Singapore Airlines Training Centre (STC) di area Changi.
Kami dijejali materi-materi padat berisikan tata cara servis onboard yang sesuai dengan standar maskapai serta latihan evakuasi penyelamatan yang tidak bisa dilakukan dengan cengengesan dan berujung pada ujian akhir yang bisa membuat hati gelisah tak karuan di malam hari.Â
Training ini berlangsung selama 4 bulan guna memperoleh izin terbang yang berbentuk selembar kartu kecil persegi panjang di mana tertera jenis-jenis pesawat yang berhak kita operasikan serta expiry date izin terbang tersebut dan harus selalu dibawa ketika terbang sama seperti SIM yang harus dibawa ketika kita berkendara.
Training 2 bulan pertama adalah teori. Fase ini mengharuskan saya berkutat dengan manual-manual pesawat yang super gede dan mega tebel. Selain itu SQ mempersiapkan para calon awak kabinnya agar selalu cool, calm and confident dengan menyodorkan materi mengenai Stress Management, Communication Skills, penguasaan F&B Products (Food and Beverages) mulai dari pengetahuan jenis-jenis keju, beragam masakan, macam-macam teh hingga belajar meracik minuman bak seorang bartender, wine tasting (icip-icip minuman anggur) sampai tata cara urut-urutan servis (service flow) termasuk meal service (penyajian makanan dan minuman) sesuai dengan lamanya waktu penerbangan. Jadi meski cuma dorong-dorong gerobak tetap ada aturan baku dan ujiannya.Â
Kami juga dibekali dengan pengetahuan tentang merias wajah dan tata rambut melalui Grooming Class. Bukan asal belajar dandan, tapi dandan yang sesuai dengan kriteria make-up Singapore Airlines dengan menghadirkan seorang make-up artist dari sebuah merk kosmetik internasional ternama.