Mohon tunggu...
depra rasio
depra rasio Mohon Tunggu... Administrasi - Staf di Sekolah Tinggi

Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

SeratusHariMenulisNovelFC_ Aku Ini Siapa? (7)

28 Maret 2016   13:41 Diperbarui: 28 Maret 2016   13:55 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

3. Sosok Ayah (Part 1)

 

Aku tidak tahu kemana pengemudi pick up ini membawa kami.

Yang jelas kami sudah keluar dari wilayah yang bernama Slompretan.

Asaku untuk mencari petunjuk masa lalu di Slompretan berakhir tragis,

kami tidak mendapatkan hasil ketika di Pasar Bong,

ditipu mentah-mentah oleh terminator madura,

bukan malah mendapatkan petunjuk tapi hampir saja kami ditangkap (Hufh...), 

untung kami bisa melarikan diri. Beruntung aku punya sahabat seperti Fajar. 

Kami memang sudah lama berteman, sejak SD bahkan. 

Fajar tidak hanya bertubuh lebih besar dari aku, dia juga bisa bela diri, 

dalam pelajaran olah raga Fajar selalu lebih unggul dari aku. 

Dia jago sepak bola, voli, basket juga bisa. 

Dalam ujian lari sprint 100 meter, Fajar selalu nomor satu se-sekolah. 

Hanya satu cabang olah raga yang dia selalu kalah denganku, 

yaitu catur (he..he..he :) gimana ga kalah, wong Fajar ga bisa main catur) 

karena bagi Fajar, catur bukan olah raga, sehingga dia tidak mau belajar catur. 

Aku berbeda dengan Fajar, dalam pelajaran olah raga termasuk 

yang biasa-biasa saja. Biasa sepak bola, biasa voli, biasa basket, 

biasa lari, biasa catur, dll (lho kok biasa semua??? biasa = bisa aszja). 

Tapi dalam pelajaran lain, pelajaran yang dianggap paling sulit 

dengan guru yang killer, seperti MATEMATIKA, KIMIA, FISIKA,.... AKULAH. 

(maksudnya?? ya akulah, masa’ ga ngerti sich?? Aku kan malu kalo 

menyombongkan diri, apalagi kalo bilang aku yang paling jago,

nomor satu, tidak ada bandingannya [???])

Tapi ada catatannya lho ya, keunggulanku itu antara aku dan Fajar saja. 

 

Hawa dingin malam mulai terasa. Di bak pick up warna hitam, 

dua anak muda duduk menyandarkan badannya di dalam bak pick up. 

Satu anak bertubuh besar, kulit coklat, berambut cepak, dia duduk santai, 

keringat yang keluar dari tubuhnya telah disekanya. 

Sementara satunya lagi anak bertubuh sedang, dengan warna kulit 

serupa temannya dan rambut lurus, nafasnya masih terengah-engah 

setelah lari beberapa kilometer tadi. Itulah Fajar dan aku, 

Fajar yang sudah terbiasa sprint masih bisa santai, 

sementara aku ....huh.... ini seperti ujian praktek lari di sekolah saja.

 

“Jar, motormu?”

Fajar yang tadinya duduk santai, tiba-tiba menggerakkan badannya maju 

dari bersandar di bak pick up, “O, iya, tadikan masih di Pasar Bong!, giman ini? 

Wah bisa gawat nih, Kalo hilang bagaimana? 

Aku harus ngomong ke bapak ibu gimana nanti?”

 

“Ya diomongkan apa adanya saja, wong memang kenyataannya seperti ini, 

kalau kita kembali ke sana sekarang kan ya ndak mungkin”

 

Fajar lalu mengambil smartphone-nya, “waduh, mati pisan! Pijam hape-mu Ris”

“Aku ga bawa Jar, ketinggalan, tadi terburu-buru ke rumahmu.”

Fajar kelihatan resah sekali, aku mencoba menenangkannya

“wis santai aja mas bro, insyallah motormu ga hilang”

 

Pick up yang kami tumpangi tiba-tiba berbelok masuk ke jalan kecil, 

suasana samar-samar gelap, kami tidak tahu di jalan manakah ini. 

Tidak lama pick up berhenti di depan sebuah pos kamling. 

Ini seperti wilayah sebuah perkampungan. Berderet-deret rumah berjejer, 

tetapi penerangan di jalan tidak begitu terang, beberapa lampu jalannya mati, 

suasana juga sepi. Hanya sedikit rumah yang menampakkan cahaya dan 

aktivitas orang-orang di dalamnya. Terdengar suara pintu depan pick up dibuka, 

Pak Sopir misterius penyelamat kami turun dan menutup pintu. 

Wajahnya samar-samar, tertutup gelapnya malam, 

dia mengenakan topi ala koboi, dan menenteng jaketnya. 

Siapakah dia? dimanakah ini? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun