"Kau tampak cantik hari ini," kata mataku lagi.
"Terima kasih," jawab matamu. Matamu berkedip beberapa kali.
"Kenapa?"
"Tidak apa. Cuma kelilipan."
Mata kami kembali diam. Sekarang giliran hati kami yang bicara. Menyamakan ritme detak jantung kami yang semakin tidak beraturan.
"Kau tegang?" tanya matamu.
"Sedikit," jawab mataku. "Mari kita selesaikan saja."
"Baiklah."
Aku melirik jam tanganku.
Sekarang tepat tujuh belas menit sejak mulutku selesai menunaikan tugasnya. Menyampaikan isi hatiku. Tepat tujuh belas menit sejak mata kita mengambil alih tugas mulut kita dan berbicara tanpa kata. Tepat tujuh belas menit sejak hatiku dan hatimu berdegup lebih cepat. Tepat tujuh belas menit sejak kita saling diam di tengah kerumunan manusia ini. Tepat tujuh belas menit sejak pelayan itu datang membawakan pesanan kita. Dua gelas teh manis panas. Dan tepat tujuh belas menit sejak kita membiarkan teh manis panas itu kehilangan panasnya dan menjadi dingin.
"Jadi?" akhirnya mulutku terbuka dan mengeluarkan satu kata yang mengakhiri tujuh belas menit tanpa kata ini.