Mohon tunggu...
Depitriadi
Depitriadi Mohon Tunggu... Wartawan -

Tengah giat menulis cerita anak

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Cerita Anak |Kisah Midin dan Sayembara Kebohongan

29 Desember 2017   10:50 Diperbarui: 29 Desember 2017   11:02 2838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar via klipingsastra.com

Di dunia antah berantah, terdapat sebuah kerajaan yang sangat tersohor. Raja dari kerajaan itu bernama Midin. Midin dikenal rakyat sebagai raja yang angkuh, sombong, dan suka merendahkan orang lain.

Tersebutlah pada suatu waktu. Midin merasa kebingungan karena tidak ada kegiatan yang bisa dilakukannya. Midin sudah bosan malas-malasan. Midin terus mondar-mandir di dalam istana. 

Tiba-tiba langkah Midin terhenti. Dia dikejutkan oleh kedatangan penasihat istana.

"Ada apa gerangan tuanku beresah hati?" Tanya penasihat istana itu.

"Aku tengah bingung. Tak ada kegiatan yang bisa menghibur diriku," sahut Midin.

Penasihat istana terdiam sejenak. Dia terlihat seperti berpikir. Konon, penasihat istana itu tersohor karena ide-ide cemerlangnya. Tiba-tiba kemudian dia tersenyum sumringah.

"Hamba ada ide tuanku," ujar penasihat.

"Sungguh. Ayo ceritakan idemu," pinta Midin penuh semangat.

"Bagaimana kalau tuanku mengadakan sebuah sayembara."

"Ah aku sudah jemu dengan sayembara," Midin menyanggah.

Namun, penasihat menjelaskan kepada Midin kalau sayambera kali ini sangat berbeda dari sayembara yang sudah-sudah. Sayembara kali ini sangat menantang dan tentunya sangat menghibur hati Midin. Sayembara itu adalah Sayembara Kebohongan.

Setelah mendengarkan cerita penasihat, Midin langsung menyetujuinya. 

"Baiklah aku akan memberikan tahtaku kepada siapa pun yang bisa menceritakan sebuah kebohongan kepadaku. Tapi syaratnya adalah, kebohongan tersebut harus bisa membuat berdiri orang yang sedang duduk dan membuat bangun orang yang sedang tidur," Midin menjelaskan sambil terbahak.

Esok harinya datanglah seorang tukang jahit sepatu. Dia bermaksud mengikuti sayembara dengan menceritakan sebuah kebohongan.

"Tuanku, tahukah engkau kalau aku pernah menjahit hujan yang sangat lebat. Aku menjahitnya hanya dengan menggunakan bulu lembu yang dibelah menjadi 7 helai," kata si penjahit sepatu.

Namun ternyata Midin tidak bisa dibohongi begitu saja, lalu berkata, "Hahaha sudah kusaksikan sendiri kalau jahitanmu itu sungguh rapuh. Buktinya sampai sekarang hujan sesekali masih turun dari langit."

Si penjahit sepatu gagal dan pergi berlalu.

Setelah itu datanglah seorang tukang pukul istana.

 "Tuanku, nenek moyangku pernah mencambuk bulan. Maka dari itu jika dilihat-lihat benar, bulan itu permukaannya tidaklah rata tuanku."

"Ah, masih kalah dengan nenek moyangku. la mempunyai sebuah tali bersinar yang bisa menghubungkan satu bintang dengan bintang yang lain," terang Midin membalikan kebohongan si tukang pukul.

Terakhir, datanglah Apit. Apit adalah seorang bocah berusia 7 tahun. Pekerjaannya saban hari hanyalah menyirami bunga di pusat kota.

"Mau apa kau kemari bocah tengil?" bentak Midin.

"Tuanku lupa ya? Tuan pernah meminjam 100 bongkah emas kepada hamba. Sekarang hamba menagihnya," ujar Apit serius.

"Apa!" Suara Midin meninggi. 

"Masih kecil kau sudah pintar berbohong!" lanjut Midin sambil berdiri dari kursinya.

Ternyata suara Midin yang meninggi membangunkan istrinya yang tengah tertidur pulas. 

"Kau pembohong. Usir dia keluar," pinta Midin kepada para pengawal.

"Baiklah tuanku, jika aku berbohong, maka segera berikan tahtamu kepadaku, sebab kebohonganku telah membuat tuan berdiri dan membuat istri tuan terbangun dari tidur siangnya," Apit menjelaskan kembali aturan sayembara.

Midin pun terperangah mendengar penjelasan itu. Tapi dia tidak hilang akal, dia tidak mau memberikan tahtanya kepada seorang bocah penyiram bunga itu. Apa jadinya jika kerajaannya dipimpin oleh seorang bocah yang masih berusia 7 tahun.

"Tunggu dulu bocah tengil! Aku pikir kamu telah berbicara jujur. Aku ingat sekarang, aku memang pernah meminjam 100 bongkah emas darimu," kata Midin, sebab dia tidak punya pilihan lain selain mengiyakan perkataan Apit.

"Kalau begitu tuan,  segera kembalikan bongkahan emasku!" kata Apit.

Midin terpaksa memberikan 100 bongkah emas pada Apit si penyiram bunga. Raja yang sombong itu akhirnya kena batunya, dan Apit hidup bahagia bersama ayah dan ibunya. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun