Setelah mendengarkan cerita penasihat, Midin langsung menyetujuinya.Â
"Baiklah aku akan memberikan tahtaku kepada siapa pun yang bisa menceritakan sebuah kebohongan kepadaku. Tapi syaratnya adalah, kebohongan tersebut harus bisa membuat berdiri orang yang sedang duduk dan membuat bangun orang yang sedang tidur," Midin menjelaskan sambil terbahak.
Esok harinya datanglah seorang tukang jahit sepatu. Dia bermaksud mengikuti sayembara dengan menceritakan sebuah kebohongan.
"Tuanku, tahukah engkau kalau aku pernah menjahit hujan yang sangat lebat. Aku menjahitnya hanya dengan menggunakan bulu lembu yang dibelah menjadi 7 helai," kata si penjahit sepatu.
Namun ternyata Midin tidak bisa dibohongi begitu saja, lalu berkata, "Hahaha sudah kusaksikan sendiri kalau jahitanmu itu sungguh rapuh. Buktinya sampai sekarang hujan sesekali masih turun dari langit."
Si penjahit sepatu gagal dan pergi berlalu.
Setelah itu datanglah seorang tukang pukul istana.
 "Tuanku, nenek moyangku pernah mencambuk bulan. Maka dari itu jika dilihat-lihat benar, bulan itu permukaannya tidaklah rata tuanku."
"Ah, masih kalah dengan nenek moyangku. la mempunyai sebuah tali bersinar yang bisa menghubungkan satu bintang dengan bintang yang lain," terang Midin membalikan kebohongan si tukang pukul.
Terakhir, datanglah Apit. Apit adalah seorang bocah berusia 7 tahun. Pekerjaannya saban hari hanyalah menyirami bunga di pusat kota.
"Mau apa kau kemari bocah tengil?" bentak Midin.