Mohon tunggu...
depianti penalistyo
depianti penalistyo Mohon Tunggu... Guru - depianti penalistyo

saya sebagai guru di tk pertiwi wonotirto 1 kabupaten blitar jawa timur

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengelompokkan Benda Berdasarkan Ukuran melalui Media Bola

11 Oktober 2021   14:31 Diperbarui: 11 Oktober 2021   14:35 1646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

ABSTRAK

Depianti Penalistyo, 2018 : Meningkatkan Kemampuan Kognitif  melalui Kegiatan Mengelompokkan Benda Berdasarkan Ukuran  menggunakan Media Bola pada Kelompok B Semester I TK Pertiwi Wonotirto 01 Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2018 / 2019.

Kata kunci       : Kognitif - Mengelompokkan Benda Berdasarkan Ukuran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan  ukuran pada kelompok B TK Pertiwi Wonotirto 01 Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar dengan metode permainan mengelompokkan bola berdasarkan ukuran kecil, sedang, dan besar.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah peserta didik Kelompok B TK Pertiwi Wonotirto 01 Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar sejumlah 17 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan ukuran pada anak Kelompok B TK Pertiwi Wonotirto 01 Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar berkembang dengan sangat baik, dari 17 anak rerata nilai yang diperoleh mencapai 94,1%.

Pendidikan anak usia dini termasuk TK adalah dasar pembentukan perilaku, penanaman nilai moral dan akhlak yang mulia, pengembangan intelektualitas yang tinggi dan pengembangan fisik. Pendidikan yang dilakukan sejak usia dini sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan dimasa mendatang.

Maria Montessori (Hurlock, 1978;13) berpendapat bahwa anak usia 3 -- 6 tahun adalah usia Taman Kanak -- Kanak yang merupakan periode sensitif atau masa peka anak, yaitu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya.

Latar belakang : 

Berdasarkan pengamatan terhadap pengembangan pembelajaran di kelompok B Taman Kanak -- kanak Pertiwi Wonotirto 01 ditemukan adanya masalah pada pengembangan pembelajaran kognitif yang terjadi dikelas itu. 

Masalah yang ditemukan yaitu anak kurang aktif, anak kurang berpartisipasi, anak kurang terlibat dan anak tidak punya inisiatif dalam kegiatan pengembangan kognitif yaitu mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya. Dari satu rombongan belajar yang berjumlah 17 anak masih ada 9 anak yang belum bisa mengelompokkan benda berdasarkan ukuran.  

Hal ini disebabkan karena Anak -- anak kurang tertarik saat guru memberikan kegiatan mengelompokkan benda berdasarkan ukuran, karena media yang digunakan oleh guru kurang menarik dan Kurangnya motivasi guru dalam kegiatan sehingga anak -- anak kurang antusias dan kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Dari uraian diatas, peneliti harus mencoba membuat anak -- anak antusias dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan media pembelajaran yang bervariasi dan inovatif dalam pengembangan pembelajaran kognitif. 

Dalam pendidikan anak usia dini, pendidikan ditekankan pada pemberian materi berdasarkan sesuatu yang nyata dan layak bagi anak prasekolah. Metode pengembangan yang digunakan penuh dengan inspirasi sehingga memperkenalkan anak terhadap suatu dimensi baru dengan cara yang menyenangkan. 

Belajar untuk belajar merupakan suatu kecakapan yang dapat diperolah dan dapat diajarkan ketika anak masih kecil. Kemampuan tersebut harus dikembangkan jika menginginkan anak menjadi individu yang cerdas dan berpikir kreatif dalam masa kehidupannya. Pendidikan masa usia dini harus mengembangkan kemampuan bertindak secara kreatif. 

Oleh karena itu peneliti (Guru) harus memiliki kemampuan yang memadai dan tersedianya fasilitas (sarana, prasarana, alat bermain) yang memadai agar anak dapat bermain atau melakukan aktivitas secara maksimal.

Kajian pustaka :

Menurut Gardner dalam Yuliani (2011:1.4) kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau kehidupan sehari -- hari.

Piaget (1964) berpendapat, karena manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-sungguh memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka. 

Oleh karena itu, dia mengembangkan empat tahap tingkatan perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun). Yang akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah dua tahap ini lebih dahulu, sedangkan dua tahap yang lain, yaitu operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional formal (11-dewasa), akan kita bicarakan pada masa awal pubertas dan masa remaja.

Shamsudin (2002 : 106) menjelaskan secara rinci bahwa pengelompokkan adalah kegiatan menyusun, memilih, mengumpulkan atau memisahkan suatu himpunan benda ke dalam beberapa himpunan yang lebih kecil berdasarkan atribut benda (ukuran, warna, bentuk) sehingga menjadi beberapa himpunan. 

Senada dengan hal tersebut, Slamet Suyanto (2005:162) mengemukakan bahwa klasifikasi adalah mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok. Untuk matematika bisa berdasarkan ukuran atau bentuknya.

Lebih lanjut Paul Suparno (2001:79) mengatakan bahwa anak dapat diberikan bermacam-macam benda geometris (bulat, segitiga, bujur sangkar) dengan bermacam-macam warna.

Anggani Sundono (1995 :7) alat permainan adalah semua alat yang dapat digunakan untuk bermain dan dapat memehuhi naluri bermainnya, alat ini digunakan sebagai pelengkap kegiatan bermain dengan model yang sangat beragam sehingga dapat mengembangkan asperk perkembangan dalam diri anak. Menurut Rusli Lutan dan Toho Cholik (1996/1997) permainan dengan alat bisa dilakukan dengan memakai bola maupun non bola.Salah satu permainan yang tidak menggunakan alat non bola adalah menggunakan simpai. 

Pelaksanaan permainan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat simpai,dikarenakan permainan ini tidak memiliki aturan baku yang mengharuskan anak untuk terikat dengan aturan permainan yang ada, dan anak lebih bebas untuk mengekspresikan dan mengembangkan kemampuan motoric kasar anak.

Pembahasan setiap siklus :

Hasil refleksi siklus I RPPH 1 menunjukkan masih banyak anak yang kurang berminat terhadap kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan prosentase 79,4%, anak belum mampu pada kegiatan mengelompokkan benda berdasarkan ukuran dengan prosentase 77,9% dan hasil membilang benda dengan prosentase 75%. Dalam hal ini guru belum mampu menyiapkan media lebih dari satu macam, kurang maksimal dalam memberikan contoh kepada anak dan kurangnya motivasi pada anak. Sehingga dari hasil penelitian keseluruhan pada siklus I RKH 1 menunjukkan prosentase 77,4%, maka perlu diadakan perbaikan siklus II RPPH 2.

Hasil penilaian dari Siklus I RPPH 1 menunjukkan bahwa belum ada yang mencapai 85%.

Hal ini terjadi karena guru kurang mempersiapkan media yang akan digunakan, guru kurang mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan kurang adanya motivasi dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga hasil belajar anak dalam kemampuan kognitif dengan indikator mengelompokkan benda berdasarkan ukuran dengan media bola belum tuntas.

Hasil refleksi siklus II RPPH 2 menunjukkan sudah banyak anak yang berminat terhadap kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan prosentase 91,2%, anak mampu pada kegiatan mengelompokkan benda berdasarkan ukuran dengan prosentase 94,1%, dan hasil membilang benda mencapai 86,8%. Dalam hal ini guru sudah mampu menyiapkan media lebih dari satu macam, sudah maksimal dalam memberikan contoh kepada anak dan selalu memberikan motivasi pada anak.

Sehingga dari hasil penilaian keseluruhan pada siklus II RPPH 2 menunjukkan prosentase 90,7%, maka pembelajaran tersebut sudah mencapai tuntas.

Hasil penilaian dari Siklus II RPPH 2 berdasarkan analisa mengelompokkan benda berdasarkan ukuran dengan media bola menunjukkan peningkatan yang luar biasa.

Hal ini bisa terjadi karena guru mampu mempersiapkan media yang akan digunakan dengan baik, guru mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan selalu memberi motivasi selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga hasil belajar anak dalam kemampuan kognitif dengan indikator mengelompokkan benda berdasarkan ukuran dengan media bola pada Siklus II mencapai prosentase 90,7% maka dapat dikatakan mencapai tuntas.

kesimpulan dan saran :

Berdasarkan pelaksanaan proses perbaikan kegiatan pembelajaran mengelompokkan benda berdasarkan ukuran dengan media bola yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan :

Susunan proses kegiatan hasil observasi menunjukkan bahwa anak -- anak terlihat aktif, guru dapat menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan metode dan media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran dengan berbagai benda nyata bola dapat meningkatkan minat dan pemahaman anak dalam kegiatan pembelajaran, dan dapat meningkatkan kognitif, fisik motorik, sosial emosional, bahasa, seni dan nilai moral agama dengan permainan.

Dengan metode mengelompokka benda berdasarkan ukuran dapat meningkatkan hasil belajar anak, hal ini dapat diketahui dari hasil analisis pada data Siklus I dan Siklus II.

Agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan perbaikan pembelajaran, maka tindakan yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan pembelajaran adalah sebagai berikut :

Penggunaan metode mengelompokkan benda berdasarkan ukuran dengan media benda nyata bola masih perlu diteliti lebih lanjut keefektifannya untuk mengembangkan indikator -- indikator yang lebih sulit.

Diperlukan persiapan yang lebih matang agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.

Memberikan perhatian dan motivasi yang lebih terhadap anak yang dirasa kurang mampu dalam kegiatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun