Mohon tunggu...
Depata Siwa Prasetya
Depata Siwa Prasetya Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

https://clicky.id/depa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Sosial dan Brainwash: Bagaimana Memahami Pengaruhnya Pada Kita?

13 Mei 2023   18:39 Diperbarui: 13 Mei 2023   18:49 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan kita. Seiring dengan kemajuan teknologi, semakin banyak orang yang menggunakan platform media sosial untuk berinteraksi, mendapatkan informasi, dan berbagi konten. Namun, ada perdebatan yang terus berlanjut tentang dampak media sosial pada kehidupan kita, terutama dalam hal kemampuannya untuk memengaruhi pikiran kita dan bahkan merubah cara kita berpikir. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang apa itu brainwash, dan bagaimana media sosial dapat menjadi alat brainwash modern.

Apa itu Brainwash?

Brainwash (pencucian otak) adalah proses dimana seseorang atau sekelompok orang disengaja diubah pandangan hidup, nilai-nilai, dan sikap mereka melalui pengaruh dari sumber eksternal. Brainwash bisa terjadi secara sadar atau tidak sadar, dan bisa dilakukan oleh individu atau kelompok yang ingin mengubah opini atau perilaku seseorang. Contoh dari pencucian otak antara lain terjadi pada korban kekerasan domestik, sekte, atau propaganda politik.

Bagaimana Media Sosial Bekerja?

Media sosial dirancang untuk membantu kita terhubung dengan orang-orang yang penting bagi kita. Media sosial juga memberikan akses ke informasi yang sangat luas dan variasi konten yang sangat banyak. Dengan begitu banyak konten yang tersedia, pengguna media sosial mudah terjerat dalam filter bubble (gelembung filter) yang membatasi akses ke informasi yang berbeda dari pandangan yang sudah ada sebelumnya.

Filter bubble pada dasarnya adalah algoritme media sosial yang memilih informasi yang relevan untuk ditampilkan di halaman beranda atau feed pengguna. Algoritme ini didasarkan pada histori pencarian dan perilaku pengguna, dan cenderung menampilkan konten yang mengonfirmasi pandangan yang sudah ada sebelumnya. Dalam filter bubble ini, pengguna media sosial tidak mendapatkan perspektif yang berbeda dan sering kali tertutup dari opini yang berbeda.

Dampak Media Sosial Pada Brainwash

Dalam era media sosial, ada banyak cara untuk melakukan pencucian otak secara tidak langsung. Berikut adalah beberapa dampak dari media sosial pada otak manusia:

  •  Memperkuat keyakinan yang sudah ada

Ketika seseorang mengakses informasi yang mengonfirmasi keyakinan atau pandangan yang sudah ada sebelumnya, otak akan merespon dengan perasaan positif dan peningkatan hormon yang membuat seseorang merasa senang. Hal ini dapat memperkuat keyakinan dan pandangan yang sudah ada sebelumnya, dan mengabaikan opini yang berbeda.

  • Membentuk opini yang salah

Media sosial memberikan platform untuk berbagi informasi dan berpendapat, namun tanpa filter atau regulasi, banyak konten yang menyesatkan dan tidak akurat yang beredar di media sosial. Pada akhirnya, ini dapat membentuk opini yang salah dan memperburuk keadaan.

  • Mengabaikan realita yang berbeda

Media sosial dapat membuat seseorang terperangkap dalam gelembung filter yang menyajikan konten yang sama dengan pandangan mereka. Hal ini bisa membuat seseorang merasa bahwa pandangan mereka adalah yang paling benar dan mengabaikan pandangan yang berbeda. Akibatnya, orang bisa kehilangan pemahaman tentang realita yang berbeda, yang bisa memperburuk perpecahan dan konflik di masyarakat.

Media sosial juga mempermudah penyebaran berita palsu atau hoaks. Banyak pengguna media sosial yang tidak memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya. Dalam kasus ini, fakta bisa diabaikan dan pengguna media sosial bisa terjerumus ke dalam kebohongan yang bisa memengaruhi pikiran mereka.

  • Membuat ketergantungan

Media sosial dapat menjadi kecanduan dan membuat seseorang tergantung padanya. Orang bisa menghabiskan waktu yang sangat lama di media sosial, tanpa sadar mengorbankan kegiatan produktif lainnya. Dalam kasus ini, media sosial bisa memengaruhi pikiran dan perilaku pengguna, bahkan jika mereka tidak menyadarinya.


Salah satu studi kasus yang paling terkenal tentang pengaruh media sosial dalam membentuk pandangan masyarakat adalah dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016. Pada pemilihan ini, media sosial menjadi platform utama di mana kandidat presiden berkomunikasi dengan para pemilih dan membangun dukungan.

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com

Pada tahun 2016, kandidat presiden Donald Trump menggunakan media sosial secara aktif untuk mempromosikan kampanyenya dan menyerang lawannya, Hillary Clinton. Kampanye Trump menargetkan pemilih dengan konten yang dirancang untuk menimbulkan rasa ketidakpercayaan pada media tradisional dan lembaga pemerintah, serta memicu emosi yang kuat terhadap kelompok tertentu.

Studi yang dilakukan oleh Oxford Internet Institute menunjukkan bahwa kampanye Trump menggunakan strategi yang lebih agresif daripada kampanye Clinton di media sosial. Strategi kampanye Trump melibatkan pemanfaatan platform media sosial seperti Twitter dan Facebook untuk membangun pengikut yang militan, dengan meningkatkan serangan terhadap musuh politik dan memperkuat perspektif mereka tentang masalah-masalah seperti keamanan imigrasi dan kebijakan luar negeri.

Namun, bukan hanya kampanye Trump yang memanfaatkan media sosial. Kampanye Clinton juga mengeluarkan banyak uang untuk mempromosikan dirinya di media sosial, termasuk iklan Facebook yang sangat ditargetkan pada kelompok pemilih tertentu.

Dalam studi kasus ini, pengguna media sosial menjadi korban dari brainwash politik, di mana kampanye masing-masing kandidat berusaha untuk memengaruhi pandangan pemilih melalui konten yang dirancang untuk memicu emosi dan ketidakpercayaan pada kandidat lawan.

Lalu Bagaimana Mencegah Brainwash Di Media Sosial?

Ada beberapa cara untuk mencegah brainwash di media sosial, antara lain:

  • Periksa informasi sebelum membagikannya

Sebelum membagikan informasi di media sosial, pastikan bahwa informasi tersebut benar dan akurat. Jangan hanya tergantung pada headline atau judul yang menarik perhatian, tapi periksa sumber informasi dan pastikan bahwa informasi tersebut bisa dipercaya

  • Jangan percaya segala yang kita lihat di media sosial

Jangan mudah percaya segala sesuatu yang kita lihat di media sosial, terutama jika itu tidak sesuai dengan pengalaman kita sendiri atau dengan fakta yang sudah terbukti. Pastikan kita selalu mempertanyakan informasi yang kita terima di media sosial dan mencari opini yang berbeda.

  • Keluar dari gelembung filter

Usahakan untuk keluar dari gelembung filter dan mencari perspektif yang berbeda. Ikuti akun yang berbeda dan baca informasi dari sumber yang berbeda untuk memperluas pemahaman kita tentang suatu topik.

  • Jangan terlalu bergantung pada media sosial

Gunakan media sosial dengan bijak dan jangan terlalu bergantung pada platform tersebut. Cobalah untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan produktif lainnya seperti membaca buku, olahraga, atau berkumpul dengan teman-teman.


Media sosial memang dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk terhubung dengan orang-orang, mendapatkan informasi, dan berbagi konten. Namun, tanpa penggunaan yang bijak, media sosial dapat memengaruhi cara kita berpikir dan merubah pandangan kita tentang dunia. Maka dari itu kita diharuskan untuk berhati-hati agar tidak terperangkap dalam gelembung filter dan terjebak dalam brainwash media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun