Data riset kesehatan dasar yang dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah Indonesia menunjukkan situasi gizi anak usia sekolah yang masih memprihatinkan.Â
Riset Kesehatan Dasar terakhir yang dilaksanakan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa proporsi gizi lebih dan obesitas pada kelompok tersebut menunjukkan kecenderungan peningkatan.Â
Proporsi gizi lebih berturut-turut dari tahun 2007 sebesar 8,6% meningkat pada tahun 2013 menjadi 11,5%, dan kembali meningkat menjadi 13,6% pada tahun 2018. Adapun proporsi obesitas berturut-turut dari tahun 2007 sebesar 10,5 % meningkat pada tahun 2013 menjadi 14,8 %, dan meningkat menjadi 21,8 % pada tahun 2018.
(Kemenkes, 2019; Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Kebutuhan gizi dini dipenuhi dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal. Hal ini dilakukan untuk mencegah gangguan gizi. Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman M.S menyatakan bahwa salah satu pilar utama gizi seimbang yaitu dengan mengkonsumsi beraneka ragam pangan.Â
Tidak ada satu komoditas pangan Tunggal pun yang memiliki kandungan gizi yang lengkap dan mencukupi. Prof. Sulaeman juga menekankan bahwa upaya jenis pangan yang dikonsumsi hendaknya mencakup pangan sumber energi dan zat gizi sehingga kebutuhan akan pangan dan gizi dapat terpenuhi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Penyebab terjadinya masalah gizi lebih secara umum adalah ketidakseimbangan asupan dan penggunaan energi oleh tubuh. Asupan makanan tinggi kalori disatu sisi dan rendahnya aktivitas fisik disisi lain merupakan penyebab meningkatnya prevalensi obesitas.Â
Masalah ini terjadi mulai anak usia sekolah dasar, remaja dewasa hingga kelompok usia lanjut. Studi menunjukkan bahwa masalah gizi lebih sangat dipengaruhi oleh gaya hidup  termasuk pola makan.Â
Gaya hidup sedentary dan pola makan tinggi kalori, tinggi lemak serta rendah serat menjadi faktor risiko kejadian gizi lebih. Upaya penanggulangan masalah gizi lebih sebenarnya dapat dilakukan apabila pedoman gizi seimbang diterapkan dengan baik oleh seluruh masyarakat. Pedoman gizi seimbang yang saat ini digunakan sebagi petunjuk gizi sebenarnya telah memuat pesan untuk mencegah terjadinya masalah gizi lebih.
(Permatasari and Setiawati, 2017).
Gaya hidup sedentary dan pola makan tinggi kalori, tinggi lemak serta rendah serat merupakan sebuah permasalahan karena kurangnya pengetahuan dan sikap tentang gizi seimbang. Sampai saat ini masih banyak siswa sekolah dasar yang belum memiliki pengetahuan memadai tentang pedoman gizi seimbang.Â