Menurut sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa dunia politik tidak cocok bagi perempuan karena dunia politik merupakan sebuah dunia yang didominasi laki-laki serta terkenal keras karena ditunjukkan oleh aktor politik di dalamnya.Â
Selain dunia politik yang keras, ada banyak faktor lain yang menjadikan perempuan tidak cocok berada di dunia politik. Salah satunya yaitu terdapat diskriminasi dan intimidasi yang akan perempuan dapatkan ketika masuk ke dalam dunia ini. Â
Akan tetapi jika berkaca pada hari ini, bagaimana perkembangan aspek sosial dan budaya sekaligus cara berpikir perempuan, tentu sudah jauh mengalami perubahan.
Berdasarkan beberapa riset penelitian, studi tentang wanita dalam sejarah Indonesia merupakan studi yang jauh tertinggal bila dibandingkan dengan bidang ilmu sosial lainnya. Namun demikian, akhir-akhir ini studi tentang perempuan telah menarik perhatian pelbagai ahli.Â
Barangkali trend munculnya tokoh-tokoh perempuan dalam tampuk kekuasaan politik di Asia saat ini merupakan momentum bagi tumbuhnya minat terhadap kajian tentang perempuan dan politik. Seperti Megawati Soekarno Putri (Indonesia), Gloria Macapagal Arroyo (Philipina), Shek Hazina (Bangladesh), Benazir Bhuto (Pakistan), Indira Gandhi, Sonia Gandhi (India), dan masih banyak lagi tokoh-tokoh perempuan yang menunjukkan bahwa perempuan dapat tampil sebagai aktor yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memimpin suatu masyarakat dan bahkan menjadi top leader bagi bangsa dan negaranya.
Di Indonesia sendiri, tatkala ketika kita mengingat sosok presiden kelima Republik Indonesia, yaitu Megawati Soekarno Putri yang merupakan presiden perempuan pertama di Indonesia.Â
Selain Presiden kelima, ada juga tokoh perempuan lainnya seperti Puan Maharani yang berupaya meneruskan jejak karier dari ibunya yaitu Megawati. Puan saat ini berada pada posisi yang strategis di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dengan menjabat sebagai ketua DPR RI. Tentunya masih banyak lagi tokoh-tokoh perempuan Indonesia yang berkiprah di kancah politik.Â
Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap persepsi perempuan terhadap dunia politik. Dengan begitu berangkat dari fenomena tersebut, muncul pertanyaan bahwa bagaimana peran perempuan dikancah politik di masa depan?
Hambatan atau Tantangan
Masuk ke dunia politik berarti sudah menjadi aktor politik, pada dunia politik diistilahkan juga dengan sebutan Politikus. Di Indonesia sendiri, politikus laki-laki lebih mendominasi dibanding politikus perempuan.Â
Jika ditelisik lebih lanjut, ada banyak faktor-faktor penghambat serta tantangan yang dihadapi perempuan baik sebelum menjadi politikus dan bahkan saat sudah menjadi politikus pun perempuan masih menghadapi tantangan yang tak ada habisnya, berikut akan penulis jelaskan.
Hambatan pertama yaitu dari internal diri perempuan itu sendiri, dimana seperti yang kita tahu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah dan belum merata termasuk pendidikan politik yang harusnya diberikan oleh lembaga politik seperti partai politik.Â
Hal ini tidak hanya berdampak pada masyarakat Indonesia itu sendiri, secara khusus akan berdampak pada kelangsungan hidup perempuan dari segi pendidikan. Hambatan selanjutnya berada di luar diri perempuan yaitu tidak adanya dukungan, dorongan serta motivasi dari lingkungan perempuan, seperti dukungan dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan bahkan lingkungan adat yang menambah persentase kurangnya minat perempuan di kancah politik.
Secara umum, adanya stereotipe Androsentrisme yaitu semua hanya berpusat pada laki-laki ikut menjadi faktor penghambat. Stereotipe ini menunjukkan adanya keraguan publik ketika perempuan menjadi pemimpin dan tidak memberi ruang secara terbuka dan bebas. Bahkan yang lebih mirisnya, perempuan menjadi manusia golongan kedua yang tidak diperhitungkan ketika berada di politik.Â
Penjajahan ini tetap sempurna terjadi ketika perempuan menjadi objek yang dipermasalahkan tidak melawan bahkan terkesan menerima akan stereotipe tersebut. Permasalahan ini tidak kunjung usai kalau tidak ada kesadaran dari kaum perempuan akan hal ini serta dibutuhkan dukungan dari semua pihak baik dari lingkungan, pemerintah untuk mengatasi permasalahan yang menjadi hambatan dan tantangan perempuan masuk di kancah politik.
Harapan
Perempuan di kancah politik memberi banyak manfaat, keuntungan serta kontribusi yang diberikan pada negara. Seperti contohnya beberapa waktu yang lalu tepatnya pada selasa 12 April 2022 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) telah resmi mensahkan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) setelah menanti selama kurang lebih 10 Tahun.Â
Hal ini terjadi tidak terlepas karena adanya peran perempuan di DPR RI seperti Puan Maharani sebagai ketua DPR RI yang secara tidak langsung turut memperjuangkan isu perempuan di tingkat nasional.
Untuk diketahui UU ini memperjuangkan pencegahan, pemenuhan hak korban, pemulihan korban hingga penanganan selama proses hukum yang terjadi pada korban pelecehan seksusal yang mayoritas perempuan.Â
Disini terlihat ketika perempuan yang menjadi objek yang dipermasalahkan, maka dibutuhkan perempuan lainnya untuk memperjuangkan menyelesaikan permasalahan ini. Disisi lain hal ini membuktikan bahwa peran perempuan di kancah politik sangatlah penting untuk memperjuangkan hak-haknya.
Selanjutnya berbicara mewujudkan manfaat, keuntungan serta konribusi apa yang bisa diberikan perempuan di kancah politik tersebut pastilah dibutuhkan sebuah usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya.Â
Semua perempuan Indonesia bisa duduk di kancah politik seperti Megawati dan Puan Maharani. Akan tetapi sejujurnya tidaklah bisa semua perempuan mampu duduk di kancah politik. Dari pada kita memaksakan agar perempuan duduk di kancah politik, alangkah baiknya kita berusaha untuk menciptakan perempuan-perempuan yang berkualitas seperti Megawati dan Puan Maharani agar bisa bersaing dengan laki-laki di kancah politik.
Terakhir, memandang perempuan jangan memakai perspektif kacamata orang di zaman dahulu yang menganggap perempuan belum bisa apa-apa. Akan tetapi cobalah gunakan perspektif kacamata yang lebih luas untuk mencari dan menggali kemampuan-kemampuan terpendam dari perempuan yang tidak berani mereka tampilkan karena belum adanya dukungan serta belum diberikannya ruang dan waktu pada perempuan untuk menampilkan kemampuannya.Â
Jika hal ini terus digaungkan untuk dilaksanakan, maka bukan  tidak mungkin perempuan akan mampu bersaing bahkan bisa saja melebihi dugaan kita selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H