Mohon tunggu...
Denyl Setiawan
Denyl Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - aku ingin bercerita

Menulislah, setelah kamu selesai membaca....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Soewandy: Ini Cerita tentang Wan Prastyo dan Bang Mazhah

3 Oktober 2018   16:22 Diperbarui: 5 Oktober 2018   09:58 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

#sebuah spin-off dari Sirkus Tarian Anak Nusantara

"Saya tidak mau tahu, pokoknya dua minggu lagi FuFu harus sudah bisa atraksi. Kamu kalo kerja yang bener, jangan kebanyakan alasan." Terdengar suara serak dari sosok lelaki yang bisa dibilang telah melewati usia paruh baya, masih terdengar tegas dan penuh intimidasi.

"Maaf Wan, saya sudah berusaha sungguh-sungguh siang dan malam, tapi memang FuFu sulit dikendalikan. Apakah mungkin kalo Fufu tidak ikut atraksi dulu di musim liburan sekolah dua minggu lagi Wan?" Lawan bicara si lelaki paruh baya, dengan nada suara bergetar, terdengar lirih dan tertahan, berusaha meminta pengertian. Akan tetapi....

"Bangsat! Berani sekali kamu mengatur sirkus saya? Kamu kerja disini, ikuti kemauan saya. Kalau memang kamu gak becus kerja atau sudah bosan ikut saya, bilang saja. Masih banyak pelatih anjing yang mau kerja disini." Si paruh baya meradang, marah. Terdengar suara meja yang digebrak, sekali, tetapi sudah cukup mengagetkan si lawan bicara. "Pokoknya dua minggu lagi, FuFu harus tampil di atraksi, apa kata orang nanti seandainya FuFu nggak ada? Saya nggak mau tahu."

***

"nDy, kalo sudah selesai membersihkan kandang, tolong kamu ajak FuFu jalan ke depan ya. Kayaknya dia jenuh dari kemarin hanya dikurung di kandang." Suara seseorang yang sudah sangat akrab ditelingaku terdengar dari arah belakang dan cukup mengagetkanku. Aku sedang asyik menyikat kandang anjing pagi ini, sesekali bersiul mengusir sepi, karena pada jam-jam seperti ini, para pemain sirkus sedang tidur, kelelahan setelah tadi malam melakukan pertunjukkan. Bang Zhah. Demikian aku memanggil sang pemilik suara. Namanya Mazhah, pemain sirkus khusus binatang, dia sangat disegani disini. Aku sangat kagum dengan kepiawaiannya mengajari anjing untuk melakukan atraksi yang luar biasa.

"Beres Bang Zhah, setelah selesai membersihkan kandang ini aku akan ajak FuFu jalan-jalan. Tinggal sebut aja, mau berapa kilo nih jaraknya? Hehehe." Aku sanggupi permintaannya sembari menyelesaikan sisa pekerjaanku. FuFu adalah nama anjing yang baru dibeli empat bulan yang lalu. Bang Zhah dipercaya oleh Wan Prastyo, sang pemilik sirkus ini, untuk melatih FuFu agar siap beratraksi pada saat liburan sekolah mendatang. Oiya, Wan Prastyo itu bos kami di sirkus ini, lelaki paruh baya keturunan arab-melayu. Tetapi sebagian pemain sirkus bilang sebenarnya dia keturunan Jawa jika menilik dari namanya, mungkin Jogja, Solo, atau Klaten, entahlah aku tak terlalu peduli. Terus terang aku belum pernah ngobrol dengannya dalam waktu yang lama, selain saat pertama kali aku bergabung di sirkus ini. Aku segan atau lebih tepatnya bisa dibilang takut.

Oya, namaku Soewandy, anak pedalaman pulau. Panggil saja aku Wandy, atau jika kamu teriak nDy saja, itu pasti hanya aku yang menoleh ke sumber suara, bukan orang lain. Bapakku transmigran dari Jawa, maka jadilah namaku seperti itu. Kata bapak, namaku ini mirip dengan tokoh pembaharuan Bahasa Indonesia di jaman awal kemerdekaan. Entah benar atau tidak, aku tak hendak bertanya kepada bapak, walau aku agak merasa aneh dengan namaku yang berakhiran huruf "y" alih-alih menggunakan huruf "i" seperti orang kebanyakan.

Ini tahun kelima aku bergabung di Sirkus Tarian Anak Nusantara---aku tak pernah menyingkat nama sirkus tempatku bekerja---sejak aku meninggalkan kampung. Waktu itu aku baru saja menerima ijasah sekolah dasar ketika rombongan sirkus menggelar pertunjukan di kampung kami. Aku turut serta, menikmati setiap detak waktu yang membersamai segala kegiatan sirkus, hingga hari ini. Bukan pertama kalinya Bang Zhah memintaku mengajak FuFu "jalan-jalan" melintasi beberapa blok pemukinan dan pertokoan di kota kabupaten. Anggap saja ini balas jasaku kepada Bang Zhah yang telah mengajariku banyak hal terkait dengan sirkus sejak pertama kali kami berkenalan, lalu menjadi akrab.

"Sini Bang, aku ajak FuFu jalan dulu, biar Bang Zhah bisa istirahat. Kayaknya Abang lelah sekali aku lihatnya." Aku menghampiri Bang Zhah yang tengah mengajari FuFu melompat ke benda berbentuk lingkaran yang digantung di dahan pohon di depan halaman sirkus. Bang Zhah hanya menghela nafas dalam seraya mengulurkan tali pengikat leher FuFu. "FuFu sedang diajarin apalagi Bang buat atraksi dua minggu lagi?" Aku basa-basi melanjutkan percakapan sembari aku kaitkan tali di leher FuFu. Tak berharap Bang Zhah menjawab pertanyaanku. Sorot matanya sayu dengan wajah tampak pucat yang aku menduga karena kurang tidur. Aku berlalu melewati Bang Zhah, hendak keluar area halaman sirkus.

"nDy, aku nitip FuFu ya." Bang Zhah berseru tertahan. Aku masih mendengar sayup suaranya. Ada rasa yang berbeda dari intonasi bicaranya. "Siap Bang, aku jamin FuFu nggak akan nyasar kok." Aku melambaikan tangan dan setengah berlari kecil mengajak FuFu meninggalkan Bang Zhah, semakin jauh di belakang.

***

                "Ayo FuFu, lompat. Hupp."

                "FuFu..., FuFu..., ikuti saya ya."

                ....

                "FuFu."

                ....

                ....

                "FuFu."

                ....

                ....

                ....

Gelapnya malam telah sempurna menutup cakrawala. Aku terbangun dari tidur akibat lelah mendera setelah pertunjukan hari ini. Wan Prastyo mendatangkan badut dari ibu kota. Bosku sempat mempromosikan ke pengunjung bahwa Sirkus Tarian Anak Nusantara baru saja membeli anjing dengan kualitas nomor satu beberapa waktu lalu dan siap beratraksi di musim liburan sekolah mendatang. Dan di malam yang sedang memuncak seperti ini, Bang Zhah mengigau dalam lelapnya. Sedemikian kuatkan ikatan batin antara Bang Zhah dan FuFu? Atau karena sedemikian berat tugas yang harus Bang Zhah selesaikan dari Wan Prastyo? Dan yang aku tahu, FuFu belum bisa melakukan atraksi seperti yang Bang Zhah ajarkan. Kata Bang Zhah, FuFu lagi berahi.

***

Hampir satu jam aku mengajak FuFu berkeliling komplek pertokoan sekitar area sirkus. Matahari beranjak meninggi, menebarkan hawa panas yang menusuk kulit. FuFu tampak gelisah, berlarian tak terkendali. Sembari bermandi peluh aku ajak FuFu pulang. Kali ini memutari area sirkus dan masuk dari gang belakang.

"Apa kerjamu selama ini Mazhah? Hah...! Bangsat kau! FuFu itu anjing pilihan. Kamu saja yang tidak becus melatih dia." Suara lelaki paruh baya itu lagi. Wan Prastyo. Suaranya lebih layak disebut teriakan. Aku tak hendak melangkah mendekati mereka.

"FuFu ini sulit sekali diajarinya Wan. Dia sedang dalam masa berahi. Bolehkah jika FuFu tidak ikut atraksi musim liburan besok?" Suara si lawan bicara terdengar memelas, perlahan. Bang Zhah. Mencoba mencari celah diantara murka sang pemilik sirkus.

"Diam! Jangan mengatur saya! Apa kata orang kalau musim liburan besok FuFu nggak jadi atraksi. Saya sudah keluar uang banyak. Dan aku yakin, bukan FuFu yang gak bisa diajari, tapi kamu yang gak becus mengajari. FuFu itu anjing pilihan." Nada suaranya makin meninggi. Kemarahannya tak hendak mereda.

"Tapi Wan, saya...." Bang Zhah masih berusaha menjelaskan sesuatu.

"Sudah..., sudah..., jangan banyak cakap! Saya punya kenalan pelatih anjing yang lebih bagus dari kamu. Sana, lebih baik kamu menyingkir dari sini." Wan Prastyo masih meradang. Meninggalkan Bang Zhah. Ekor matanya menangkap kehadiranku yang tertunduk mendengar pertengkaran tadi. Aku beringsut ke balik rerimbunan semak, tak nyaman rasanya jika Bang Zhah mengetahui bahwa aku melihatnya dimarahi sedemikian rupa.

***

Aku masih berada di Sirkus Tarian Anak Nusantara. Bekerja disini dengan sepenuh hati. Menyaksikan matahari terbenam setiap sore. Menyambut pagi dengan rutinitas yang tak pernah alpa aku tunaikan. Sesekali melihat dari kejauhan FuFu yang sedang dilatih oleh pengganti Bang Mazhah. Aku tak pernah lagi diminta mengajak FuFu "jalan-jalan". Yang aku tahu, FuFu gagal atraksi malam itu. Tapi aku salut dengan Wan Prastyo. Dengan sangat lihai, bosku itu bisa meyakinkan bahwa FuFu bukan gagal atraksi, akan tetapi justru FuFu diajari untuk tampil tidak seperti anjing sirkus lainnya. Apa kabar Bang Mazhah? Entahlan. Aku tak pernah lagi mendengar kabarnya. Aku tak berniat membicarakannya, karena aku tak mau Wan Prastyo akan memperlakukanku seperti Bang Mazhah dulu. Aku masih butuh hidup disini. Lebih tepatnya aku masih butuh uang dari arena sirkus ini.

# aku merasa FuFu adalah nama yang lucu untuk sesosok anjing kecil, lincah, banyak tingkah, namun terkadang membuat jengkel

# FuFu adalah anjing sirkus, bukan anjing pelacak yang biasa kita jumpai di lembaga semacam Badan Narkotika Nasional (BNN)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun