Mohon tunggu...
Denyl Setiawan
Denyl Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - aku ingin bercerita

Menulislah, setelah kamu selesai membaca....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika "Crazy Rich Asians" adalah Kita

16 September 2018   21:21 Diperbarui: 17 September 2018   09:05 1549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Crazy Rich Asians karya sutradara Jon M Chu (Warner Bros.)

Entah kenapa saya tiba-tiba saja tergelitik dengan film tersebut. Saya jelas tak bermaksud untuk menceritakan apa isi film itu, toh sudah banyak pihak yang melakukan review di berbagai media, baik itu resmi maupun abal-abal. 

Saya justru lebih tertarik dengan komentar para netizen, ketika film itu diparodikan dengan rasa yang sangat Indonesia, kota Surabaya lebih tepatnya. Ini terjadi saat akun twitter @btari_durga mem-posting cuitan-nya pada tanggal 13 september 2018:

Saya bukan follower-nya, tapi saya mendapat tautan itu dari berbagai grup komukasi whatsapp di telepon genggam saya. Lantas saya mencoba berselancar lebih jauh, membaca komentar para netizen. Tertawa? Pastinya, dengan tertahan.

Saya dipaksa tersenyum sendiri dalam perjalanan dari Rawamangun menuju Bintaro dimana saat itu jalanan sepanjang Jakarta Outer Ring Road yang sangatlah tidak bersahabat menjadi tak begitu terasa. Akhirnya saya turut meng-aamiin-kan komentar mereka bahwa ternyata sahabat missqueen can't relate dengan cerita-cerita lucu tersebut.

Apakah berhenti sampai disitu? Ternyata tidak. 2 hari kemudian di tanggal 15 September, situs www.bbc.com Indonesia mengangkat kisah tersebut dalam ranah trendsosial dengan tajuk #CrazyRichSurabayan: Seberapa nyatakan kisah orang-orang kaya Surabaya? Bahkan ekonom INDEF pun mengeluarkan beberapa catatan terkait peta perekonomian kota Surabaya. Data keluaran Badan Pusat Statistik pun digelar dengan benderang. STOP! 

Saya tak hendak bicara ekonomi di sini. Dan seperti kebiasaan saya menulis, kisah di atas hanya sebagai pengantar saja, ilustrasi pembuka, menghadirkan atmosfer, dan menggamit perhatian kalian, karena saya punya kisah sendiri.

Sesungguhnya Crazy "Rich" Asian adalah Kita.

Saya dibesarkan dengan cerita tentang Bawang Merah dan Bawang Putih, ketika Si Merah tak mampu bersaing dengan Si Putih dalam hal apapun, maka sang ibu dari Si Merah akan turun tangan. "Mengondisikan". Sang ibu dengan penuh kasih sayang berupaya sedemikian rupa agar Si Merah tak bermuram durja. Sangat wajar jika seorang ibu sangat menyayangi anaknya kan? 

Bahkan di seberang samudera dimana bahasa mereka berbeda dengan kita, seorang penulis berkisah tentang Cinderella. Bahkan cerita ini diadaptasi dan dibuat filmnya berkali-kali sampai dengan hari ini. 

Kita tentu tahu apa garis besar kisah Cinderella itu? Sang Ibunda sangat menyayangi Anastasia dan Drizella. Dan saya berfikir bahwa sangat wajar apabila Sang Ibunda akan berusaha membahagiakan anak tercinta. Apakah ada seorang ibu di dunia ini yang tak mengharapkan anaknya bahagia? 

Atau kalo versi film Indonesia tempo dulu, anak majikan yang kumpeni akan selalu dimenangkan dalam segala hal jika berhadapan dengan anak seorang pribumi. Karena jika anak pribumi yang terlampau dominan, maka ayah kumpeni akan melampiaskan kepada ayah pribumi. Dan tolong jangan tanya saya, apa judul film tersebut. Saya lupa. Tapi yang pasti saya sepakat dengan sikap dan tindakan ibu Si Merah atau ibu dari Anastasia dan Drizella.

Perlahan tapi pasti dengan sangat piawai kita mengadaptasi kisah tersebut menjadi nyata dalam keseharian kita. Ketika bocah kita berkelahi dengan bocah tetangga, tanpa kita tahu detil permasalahannya, dengan ringan kaki kita mendatangi rumah tetangga dan mulut kita berujar "Tolong anaknya diajarin ya! Jangan suka ganggu anak orang." 

Padahal bagi sesama bocah, bisa jadi berkelahi adalah simbol dari sebuah keakraban atau proses belajar tentang sebuah how to realized the dream. Ketika bocah beranjak remaja, sebagai orang tua tentu saja semakin menyayangi sang buah hati. 

Saat sang buah hati berulang tahun dan sekeluarga ingin merayakan dengan berlibur keluar kota, ternyata bersamaan dengan jadwal ulangan harian. Demi sang buah hati agar tak bersedih hati, maka sang orang tua berujar "Sudah nggak apa-apa, nanti Ayah yang ijin ke sekolah."

Lantas dimana letak "Crazy Rich Asians"-nya?

"Rich" dalam hal ini tentu saja tak hanya terbatas pada uang dan perhiasan. Karena sejatinya setiap kita punya terjemahan atas kata "Rich" yang berbeda. Kisah bocah dan remaja tadi adalah versi "Rich" yang kita banget. Kita hanya ingin menjadi sosok yang "Rich" bagi anak-anak kita. 

Setiap kita sebagai orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anak-anak kita. Catatan saya kali ini akan saya tutup dengan sebuah cerita klasik jaman kerajaan di Pulau Jawa.

Terkisah seorang Putri, anak seorang Raja sedang mendalami ilmu bela diri di sebuah padepokan yang dipimpin oleh sang Maha Resi. Sang Putri jatuh hati dengan sang pemuda sesama murid padepokan. Hari-hari di padepokan dia habiskan bersama sang pemuda dan abai dengan segala pelajaran dari sang Guru yang ditugaskan oleh sang Maha Resi khusus untuk mengajari sang Putri. 

Tibalah saat ujian kemampuan penguasaan jurus pada akhir masa purnama. Sang Putri berkeluh kesah kepada sang Raja. Sang Putri merajuk, tak sanggup menjalani masa ujian karena tidak menguasai ilmu bela diri apapun. Sang Guru meradang tak hendak memberikan kesempatan dan ampunan. Sang Raja, sebagaimana kita sebagai orang tua akan melakukan yang terbaik untuk sang anak tercinta agar tak lagi berduka.

Sang Raja meminta kebijakan yang jelas tak bijaksana. Sang Guru dianggap tak layak dan tak becus mengajari sang Putri, maka dia juga tak layak lagi mengajar di padepokan. Bagaimana nasib ujian bela diri? 

Sang Maha resi tak ingin membuat sang Raja murka dan sang Putri terluka. Sang Maha Resi telah menuntaskan sebuah kisah yang berakhir indah, ujian bela diri ditunda sampai dengan sang Putri siap menjalani ujian dimana sang Putri akan didampingi oleh sang Guru yang baru. 

Toh jadwal dan materi ujian bela diri bukan kitab suci kan? Hanya kitab suci yang tidak boleh diganti. Sebuah kisah yang berakhir indah bahwa kasih sayang orang tua kepada sang anak tak berbatas dan tak berbalas. Sang Maha resi dan sang Raja, kalian JUARA!

Disclaimer:
Tulisan ini ditulis dalam kondisi otak yang sedikit bermasalah, maka jangan dibawa serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun