Mohon tunggu...
Denyl Setiawan
Denyl Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - aku ingin bercerita

Menulislah, setelah kamu selesai membaca....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Toko Kue Goela-Goela: Sebuah Cerita Kita

16 Agustus 2017   21:55 Diperbarui: 18 Juli 2018   12:30 2226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cacha nggak bisa ikutan Fey, dia lagi di Kota Lama. Dia lagi ada kerjaan disana. Salam buat kalian berdua. Nanti kalau anak kalian menikah, aku pastikan Cacha datang ke acara kalian." Cacha adalah istriku. Tapi dia bukan bagian dari toko kue Goela-Goela. Ehm, walau nggak sepenuhnya benar juga, Cacha adalah pelanggan setia toko yang aku nikahi belasan tahun silam.

"Hai Dams, apa kabarnya? Sendirian saja nih? Cacha....", seseorang bergabung di meja kami. Brian, suami Fey.

"Abang, Cacha lagi sibuk, aku udah tanya tadi ke Adams. Udah langsung pesan makanan aja, emang kamu nggak lapar ya?" Fey menimpali pertanyaan suaminya, menariknya duduk di kursi sebelah kanan Fey, membiarkan Brian tak menyelesaikan pertanyaannya padaku.

"Yaudah, pesen makanan dulu yuk. Tadi aku sengaja nggak pesen duluan, nunggu kalian. Tapi kayaknya setengah cangkir kopi ini sudah cukup bikin aku kenyang." Aku mencoba menengahi perdebatan diantara mereka.

"Dams, kamu tuh ya. Tetap nggak berubah, kopi dan kopi dan kopi. Ingat umur Dams. Aku kira tujuh tahun meninggalkan Goela-Goela, kamu sudah punya minuman favorit baru. Susu putih hangat barangkali, atau es jeruk mandarin. Hahaha, Kopi....", bibirnya dimiringkan ke arahku, kemudian dia tertawa dengan senangnya.

***

Toko sudah seharusnya tutup sejak tadi sore. Tapi pemilik toko tampaknya masih serius dengan beberapa tamu di ruang kerjanya. Terlihat beberapa karyawan sedang merapikan dan membersihkan seluruh bagian toko. Beberapa lampu-lampu toko juga sudah mulai dimatikan. Temaram. Tak lama kemudian satu dua karyawan mulai pamit terlebih dahulu.

"Fey, siapa sih yang lagi di ruangan si bos? Jadi terlambat pulang deh. Aku ada janji mau makan malam diluar ama Cacha." Aku bertanya ke Fey yang sedang sibuk menghitung uang hasil penjualan hari ini. Sementara aku sedang melakukan updating jumlah persediaan bahan baku sampai dengan penutupan toko sore ini. Aku diberikan tugas untuk mencatat, mengontrol pemakaian, serta pemesanan bahan baku ke para penyedia yang sudah diseleksi oleh si bos.

"Nggak tau juga sih Dams, kayaknya orang penting. Tapi yang jelas, salah satunya adalah ibunya si bos kita. Aduh, kamu jangan berisik deh, aku ngitung sampe berapa tadi. Argghhh...." Fey manyun.

 Ibunya si bos, berarti istri dari pemilik toko ini generasi kedua. Nggak biasanya ibunya si bos main kesini. Ahh sudahlah. Pekerjaanku selesai, mau nggak mau aku harus menyimpan semua catatan di lemari arsip di lantai 2, sebelah ruangan si bos. Sedikit berjingkat aku lewat, khawatir mengganggu pembicaraan si bos dan para tamunya.

"Rud, Ibu minta kali ini saja. Dengarkan apa permintaan Mr Lezatto, semua demi toko kue keluarga kita Nak." Suara perempuan yang tak lain adalah ibu si bos terdengar merajuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun