"Hallo, assalamu'alaikum."
Suara Dian memulai pembicaraan di telepon. Dengan memberanikan diri menepis sgala keraguan akan desas desus tentang suaminya.
"Waalaikum salam, ini siapa yah?". Sahut, suara wanita di seberang sana
" Loh ini siapa?" Emang ini siapa sih kok malah wanita lain yang mengangkat telepon suaminya. Masih berpikiran positif, siapa tau itu sodara ata bosnya. Lirih hati Dian.
"Saya ini istrinya, kamu ini siapa?" Jawabnya ketus.
Kekesalan hatinya memuncah. Langsung saja Dian nyeronyos bahwa dialah istri sahnya. Dan tanpa salam wanita di seberang sana menutup teleponnya.
Hati Dian yang gusar dan badannya pun gemetar. Dengan susah payah dia mencoba menghubungi suami yang meninggalkannya dengan menepis sgala desas desus jelek tentang suaminya.
Dian tertegun, sejenak dia tidak bisa berkata dan berbuat apa-apa.
Setelah memfoto akte nikah tersebut, dia kirimkan ke nomer telepon tadi melalui pesan singkat dia menuliskan, "Ini bukti kalo saya itu istri sahnya Bara."
Ada rasa puas dia membalas wanita itu. Tapi tak lama kemudian, teleponpun berdering.
"Ngapain kamu ganggu-ganggu kehidupan saya, kamu di ajak rujuk nggk mau. Gara-gara kamu istri saya marah."
Darrrrr
Bagai suara petir di malam hari tanpa hujan. Dian si istri sah di anggap pengganggu sama suaminya sendiri.
Mana mau Dian di ajak rujuk karena bukti kelakuan suaminya terus bertambah. Setelah mengakui kesalahan dan tak akan berbuat khilaf lagi, suaminya bukan tobat, tapi berganti selingkuh ke wanita lain dan lain. Tapi anehnya si Dian masih mau merawat Bara saat kembali dari perantauan kerja di kota sebelah akibat penyakit kelamin sifilis. Kena penyakit kelamin malah pulang ke istri dan saat sembuh pun kembali kumat gatalnya. Namum itu tidak menjadi getir Dian.
"Siapa yang pengganggu? Kamu tuduh saya mengganggu kamu. Ingat, mulai detik ini saya tidak akan mengganggu kamu lagi."
Kemarahan Dian sungguh tidak terbendung. Bisa-bisanya dia sebagai istri sah dianggap pengganggu sama suaminya yang jelas-jelas selingkuh. Bukankah wanita itu pelakor yang telah mengganggu kehidupan rumah tangga Dian. Dengan segenap kekuatan Dian berusaha sabar dan harus berjuang sekuat tenaga menafkahi anak dan dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H