Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nabi Ya'qub Alaihissalam Sebagai Ayah (2)

1 Februari 2025   08:45 Diperbarui: 1 Februari 2025   08:50 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok di padang pasir (Sumber: www.pexels.com)

Ya'qub benar-benar memaafkan, menyantuni (berlapang dada) dan mengampuni mereka: tiga tindakan serupa dalam tiga ungkapan yang berbeda (ta'fu, tashfahu, taghfiru). Harapannya adalah ganjaran yang besar di akhirat.

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah (cobaan) (bagimu), dan di sisi Allah lah pahala yang besar." (QS. Ath-Thagabun: 15)

Demikianlah sosok ayah teladan: Ya'qub alaihissalam. Seorang ayah yang bersabar dan toleran terhadap kesalahan anak-anaknya, sebesar apa pun kesalahan itu. Ingat pula kisah Nuh yang masih berlemah lembut terhadap anaknya yang kafir.

Anak adalah anugrah sekaligus fitnah. Anak bahkan berpotensi menjadi musuh: menjadi pihak yang menentang dan bersebarangan.

Shabrun jamil artinya kesabaran yang tanpa keluh kesah, tanpa pengaduan kepada manusia. Hanyalah kepada Allah tempat mengadukan segala masalah guna meminta pertolongan.

Dia (Yakub) berkata, "Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan itu; maka bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja tempat memohon pertolongan atas apa yang kamu ceritakan."  (QS. Yusuf: 18)

Anak-anak kita adalah manusia yang berpotensi melakukan kesalahan, akan tetapi Allah memberi tuntunan lewat keteladanan Ya'qub alaihissalam. Dalam kesedihan dan kemarahan yang sangat, Ya'qub mengambil sikap memaafkan dan memberi toleransi yang besar sekali terhadap kesalahan, penentangan  dan bahkan kedurhakaan anak.

Anak-anak Ya'qub yang sepuluh orang itu sudah pasti telah berbuat durhaka kepada ayah mereka. Karena dalam Islam membuat orang tua menangis sudah tergolong berbuat durhaka (uquq al walidain) dan termasuk dosa besar.

Apalagi membohongi ayah mereka yang seorang nabi. Seorang nabi tentu dibimbing wahyu. Seharusnya anak-anak Ya'qub ini takut kalau Allah mengabarkan kepada Ya'qub tentang makar yang mereka lancarkan. Akan tetapi hasad telah membuat mereka lupa akan kedudukan dan kemuliaan ayah mereka di sisi Allah.

Sebesar itu kesalahan mereka, namun Ya'qub -sang ayah teladan- memilih bersabar dan memaafkan putra-putranya tersebut.

Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun