Untuk itu mereka sudah berembuk akan menghilangkan Yusuf atau menjauhkan Yusuf dari Ya'qub, meski caranya tergolong jahat.
"Seorang di antara mereka berkata, 'Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi jebloskan saja dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian rombongan musafir, jika kamu hendak berbuat.'"
Yakni guna meringankan dosa. Daripada membunuh yang jelas merupakan dosa besar masih lebih ringan jika Yusuf dibuang saja ke sumur tua di jalur jalan padang pasir, di mana biasa melintas banyak rombongan musafir.
Penggalan dialog kedua adalah antara Ya'qub dan ke-10 kakak Yusuf.
"Mereka berkata, 'Wahai ayah kami! Mengapa engkau tidak memercayai kami akan Yusuf, sedang kami semua sungguh-sungguh menginginkan kebaikan baginya?'"
Ini alasan pertama mereka guna menghilangkan keraguan dan kekuatiran dalam diri Ya'qub.
"Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya."
Ini alasan kedua  yang mereka ajukan. Tujuannya menguatkan alasan yang pertama. Ya'qub tentu lega hati jika Yusuf, buah hatinya, senang dan bahagia bermain-main. Bukankah jika Yusuf senang engkau, ayah, juga turut senang? Yusuf waktu itu masih tergolong anak kecil yang suka bermain-main. Dan tak usahlah engkau kuatir karena kami, kakak-kakaknya, menginginkan kebaikan untuknya (lanasihun) dan akan sangat menjaganya (lahafizhun).
"Dia (Ya'qub) berkata, "Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku kuatir dia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya.'"
Ini jawaban Ya'qub. Lafal 'layahzununi' (akan membuatku bersedih) bertepatan sekali dengan kondisi psikologis yang kelak ia alami setelah peristiwa hilangnya Yusuf. Dan beliau takut jika Yusuf dimangsa srigala (wa akhafu an ya'kulahu adz-dzi'bu), sedangkan kalian meski kuat bisa saja lengah dan lalai. Dalam jawabannya, Ya'qub menggabungkan lafal huzn (sedih akan masa lalu) dan khauf (cemas akan kejadian di masa datang).
"Mereka berkata, 'Bagaimana pula dia akan dimakan serigala, padahal kami adalah 'ushbah (kelompok yang kuat), jika demikian tentulah kami menjadi orang-orang yang merugi.'"