Kata Ibnu Katsir: "Ia merasa yakin -dengan kebodohannya- bahwa taufan banjir itu tidak akan mencapai ujung gunung. Ia yakin bahwa andai dia berada di puncak gunung itu niscaya ia tidak akan tenggelam."
Kondisi yang dihadapi anak Nabi Nuh ini berbeda dengan Firaun yang juga mati ditenggelamkan di Laut Merah. Firaun sudah di ambang maut, hingga ia terpaksa menyatakan persaksian keimanan kepada 'Tuhannya Bani Israil' (persaksiannya tertolak karena dilakukan dalam kondisi yang genting dan sangat terpaksa). Sedangkan anak Nabi Nuh yang kafir ini masih melihat peluang hidup dengan cara lari ke puncak gunung. Dalam hal kesombongan (menolak beriman) pada dasarnya kedua orang ini sama. Â Â
Lagi pula sudah dikatakan bahwa gelombang air bah itu sangat tinggi laksana gunung.
Nuh berkata, "Tidak ada pelindung dari perintah Allah pada hari ini kecuali Yang Memberi Kasih Sayang (Allah)." Yakni benar-benar hanya Allah yang mampu memberi perlindungan dari musibah dan bencana besar ini. Nuh menyebutnya dengan lafal: 'illa man rahima' yang artinya: kecuali Yang Memberi Kasih Sayang. Ia sebutkan satu sifat Allah yang dengan itu diharapkan hati manusia luluh dan tunduk. Â
"Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka anak itu termasuk orang yang ditenggelamkan." (Hud: 43)
Ayat menggambarkan satu adegan yang dramatis: ayah dan anak itu akhirnya dipisah oleh ombak besar yang memisahkan keduanya.
Dari sini bisa disimpulkan betapa keras kekufuran anak Nuh yang kafir tersebut. Ia lebih memilih kehilangan nyawa daripada bergabung dengan ayahnya dan orang-orang yang beriman.Â
Anak Nuh itu memilih jalan kekafiran sama dengan ibunya (yakni istri Nuh) yang juga kafir.  Demikianlah Nuh, seorang Rasul paling mulia, yang tergolong ulul azmi, ternyata diingkari oleh istri dan salah satu putranya. Senasib dengan Nuh  adalah Luth alaihisssalam. Istri Luth juga kafir, namun kedua putrinya memilih beriman, sebagaimana ayah mereka.
Tentang kafirnya istri Nuh dan Luth di antara disebutkan dalam Surat At-Tahrim ayat ke-10.
"Allah membuat perumpamaan tentang orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat menolong mereka sedikit pun dari siksa Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), "Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)."
Kedua istri Nabi tersebut dan putra Nuh yang kafir memilih jalan mayoritas orang di zaman mereka.