Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

RORP (Rasional, Objektif, Realistis, Proporsional)

6 September 2024   14:44 Diperbarui: 17 September 2024   06:26 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak yang baru saja memasuki masa dewasa dini diperhadapkan dengan masalah-masalah yang jauh lebih kompleks dan menekan, membuatnya oleng secara emosional. Kekuatannya dalam mengendalikan sikap bisa dilihat dari keputusan-keputusan hidup yang ia buat. Dari situ kadar RORP-nya bisa dinilai.

Egosentrisme itu tampak dalam sikap merasa benar sendiri, tidak mau kalah, menuruti emosi, amarah yang meledak-ledak (tidak rasional), menampilkan diri sebagai korban (playing victim), merasa kurang diperhatikan, merasa dizalimi pihak lain (secara subjektif), membesar-membesarkan masalah yang seharusnya bisa diselesaikan secara mudah (tidak proporsional), banyak menuntut di luar kemampuan pihak yang ia tuntut (tidak realistis), atau justru menyepelekan masalah penting. Karena tidak RORP, maka ia sulit berkomunikasi apalagi berkolaborasi dengan orang lain, karena apa-apa maunya menang sendiri, masih egosentris.

Egosentrisme yang belum terpuaskan tampak pada sikap kekanak-kanakan (childish) yang melekat pada diri orang dewasa.

Kompetensi 4C umumnya bisa distimulus lewat model-model pembelajaran di sekolah akan tetapi RORP tampaknya lebih dekat ke pembinaan mental dan konseling. Dengan kalimat lain, 4C lebih bertaut dengan pendidikan, pengajaran dan pelatihan (education and training) sedangkan RORP lebih merupakan perkara pengasuhan. RORP sejatinya kembali kepada pendidikan keluarga.

Anak dalam hal ini akan belajar dari cara-cara orang tuanya menyikapi dan menyelesaikan masalah, terutama dari sang ayah (atau ibu, jika ibunya yang dominan).

Kaum Ibrahim alaihissalam yang menyembah berhala -misalnya- mengaku hanya melanjutkan tradisi yang diwarisi dari ayah-ayah mereka. Padahal budaya yang mereka lestarikan itu jelas-jelas irasional. Sebaliknya anak-anak Ya'qub mewarisi tradisi ayahnya yang bertauhid, sebagaimana dikisahkan dalam Surat Al-Baqarah ayat ke-133:

Tidakkah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kalian sembah sepeninggalku?" Anak-anaknya menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah:133).

Dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, majusi, atau nasrani."

Pilihan atas suatu agama pastinya didasari oleh RORP, yang tinggi-rendah kualitasnya sangat ditentukan oleh pola asuh yang dijalankan orang tua.

Egosentrisme ekstrem ditampakkan oleh Iblis selaku antagonis abadi dalam sejarah. Ia menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Katanya: "Aku lebih baik darinya (Adam). Engkau ciptakan aku dari api dan engkau ciptakan ia dari tanah."

Logika Iblis justru tidak masuk di akal, tidak objektif, tidak realistis dan tidak proporsional. Ibnul Qayyim dalam Fawaidul Fawaid menjelaskan logical fallacy Iblis ini. Iblis menyangka api lebih hebat daripada tanah, padahal sebaliknya. Api membakar dan memusnahkan, sedangkan tanah mengasuh dan menumbuhkan. Api adalah simbol superioritas, sedangkan tanah melambangkan kerendahan hati. Tanah justru lebih baik daripada api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun