Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tri Indra (Bukan Panca Indra), Struktur Jiwa, Bahasa Cinta & Tafsir Bakat

20 Januari 2024   06:19 Diperbarui: 20 Januari 2024   06:28 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Bahasa cinta adalah bahasa hati yang digunakan untuk menumbuhkan fitrah iman dan kesadaran manusia. Cinta berasal dari kagum, jika sudah kagum tumbuhlah cinta (al-mahabbah). Bilamana kagum dan cinta telah ada maka mudahlah bagi seseorang menjalankan beban-beban (taklif) setelahnya.

Lima bahasa cinta yang bisa diterapkan adalah: (1) pujian, (2) hadiah, (3) pelayanan, (4) kebersamaan (quality time) dan (5) sentuhan fisik. Cinta tidak dapat diajarkan, karena cinta bisa menular tanpa disengaja. Cinta tidak dapat ditumbuhkan dengan akal, tetapi hanya dapat ditumbuhkan dengan hati. Akal tidak dapat mengalahkan cinta, tetapi cintalah yang mengalahkan akal. Cinta tidak tumbuh dengan nasihat lisan, pendisiplinan, paksaan atau hukuman, tetapi cinta tumbuh karena kekaguman.

Tafsir Bakat 

Ustadz Abdul Khaliq memperkenalkan Tafsir Bakat yang terdiri dari 40 akhlak/bawaan/bakat yang dimiliki manusia. Tafsir bakat Ustadz Abdul Khaliq ini merupakan alternatif dari Talents Mapping susunan Abah Rama Royani. TB 40 -demikian jika disingkat- mengusung pemikiran bahwa bakat  adalah akhlak bawaan (jibilli) yang istimewa pada masing-masing orang. Berbeda dengan Abah Rama Royani yang cenderung memandang bakat sebagai karakter kinerja, TB 40 melihat bakat sebagai karakter moral dan karakter kinerja sekaligus. Baik Talents Mapping maupun TB-40 bisa dijadikan sebagai panduan pilihan profesi seseorang.

Ustadz juga membagi ke-40 bakat itu ke dalam 3 kategori ego: ego tinggi, ego sedang dan ego rendah. Yang termasuk ego tinggi misalnya al-himmah (cita-cita), al-izzah (kemuliaan), al-waqar (kewibawaan), asy-syaja'ah (keberanian), al-azimah (tekad yang kuat). Ego sedang misalnya: adz-dzaka (kecerdasan), al-`adalah (keadilan), al-wafa' (memenuhi janji), al-mizah (canda).  Ego rendah misalnya: at-tawadhu' (rendah hati), al-itsar (mendahulukan kepentingan orang lain), ash-shabr (sabar) dan al-qana'ah (merasa cukup).

Menurut beliau, akhlak adalah permainan ego. TB-40 bisa dijadikan sebagai panduan pendidikan menurut tahapan usia. Misalnya anak usia TK diberi pelajaran bermuatan ego tinggi, sedangkan siswa SMA diperbanyak pembelajaran bermuatan ego rendah dan sedang. Pembelajaran juga bisa direkayasa guna melatih dan menumbuhkan akhlak-akhlak tertentu sebagaimana dibutuhkan.  

Anti Mainstream

Pendidikan karakter nabawiyah berbasis fitrah sebenarnya merupakan antitesis pendidikan model sekolah, karena pendekatannya sangat individual. Namun demikian penerapannya dalam konteks persekolahan bisa disesuaikan menurut kearifan lokal. Dunia saat ini berada di bawah hegemoni peradaban barat dan akibat industrialisasi, para ayah selaku kepala keluarga kini menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada sekolah. Padahal penanggung  jawab asli pendidikan anak-anak sesungguhnya adalah ayah dan bunda. Pendidikan pada asalnya dan seyogyanya diselenggarakan di rumah (home education).

Pada akhirnya memang harus ada jalan tengah yang mengkompromikan sistem pendidikan nasional dengan pendidikan berbasis fitrah oleh masing-masing lembaga.

Karena pendekatannya sangat individual maka Sekolah Karakter Imam Syafi'i (SKIS) di Semarang -sekolah yang didirikan Ustadz Abdul Khaliq sekitar 7 tahun yang lalu terkesan anarkis (tanpa aturan). Sekolah ini meyakini setiap anak adalah hebat dan unik. Sehingga banyak orang tua yang merasa anaknya bermasalah atau ditolak di lembaga lain menitipkan buah hati mereka di sekolah Ustadz Abdul Khaliq. Dan rata-rata berhasil.

Menurut Bayu Isstyadi, kegiatan lanjutan insya Allah akan diadakan sekitar bulan Februari 2024 di Depok. "Sekaligus launching buku Tafsir Bakat," katanya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun