Sulaiman tidak percaya begitu saja meski Hud-hud sudah mengatakan bahwa berita yang ia bawa adalah naba'ul yaqin (berita yang meyakinkan). Sulaiman memerintahkan Hud-hud membawa surat untuk ia jatuhkan di kamar tidur Ratu Saba. Surat yang pendek itu lantas dibaca Sang Ratu, bunyinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai muslim.
Menanggapi surat ini, Ratu Saba segera menggelar rapat pimpinan bersama para panglima dan pejabatnya. Apakah Sulaiman harus dilawan atau bagaimana?
Para pembesar dan panglima Ratu Saba' adalah orang-orang yang memiliki kekuatan tempur dan keberanian berperang yang luar biasa. Dan, Ratu Saba' selalu meminta pendapat mereka sebelum membuat keputusan. Akan tetapi keputusan akhir selalu kembali kepada Sang Ratu.
Ratu Saba menimbang kebiasaan yang berlaku pada masa itu, yakni para penguasa yang menaklukkan negeri jajahan cenderung merusak dan menghinakan orang-orang mulia di negeri tersebut. Ratu ini adalah ratu yang cerdas dan penuh perhitungan. Ia menimbang risiko yang bakal ia dan rakyatnya hadapi.
Bandingkan Ratu Saba dengan Nabi Sulaiman yang dalam ayat setelahnya tidak tampak mengajak bermusyawarah para pembesar.
Beliau hanya bertanya siapa yang sanggup mengangkut singgasana Ratu Saba'. Â Anak buah Nabi Sulaiman jauh lebih kuat dan lebih sakti. Yang satu namanya Ifrit. Dia sanggup memindah singgasana itu sebelum Sulaiman berdiri dari tempat duduknya. Satunya lagi adalah seseorang yang memiliki ilmu dari Taurat dan Zabur-ada yang bilang namanya Ashif bin Barkhiya- ia sanggup memindah singgasana itu sebelum yang mata Sulaiman berkedip.
Dari perbandingan di atas sudah terbayang 'teknologi' tempur yang bakal dihadapi Ratu Saba, andai dia berkeras melakukan perlawanan.
Maka, Ratu Saba' berinisiatif mengirim utusan dengan membawa hadiah kepada Nabi Sulaiman. Para utusan Ratu Saba' ini adalah orang-orang pintar (uqala' qaumiha wa dzawur ra'yi). Mereka diutus untuk bernegosiasi dan berdiplomasi lewat sogokan hadiah berupa harta. Akan tetapi yang dimaukan Sulaiman adalah mereka tunduk kepadanya dan masuk Islam. Beliau marah sekali kepada para utusan itu. Apalagi harta yang mereka hadiahkan -yang mereka anggap sangat berharga- tidak bisa dibandingkan dengan apa yang Allah karuniakan kepada beliau.
Sebagai deskripsi kemajuan peradaban di era Sulaiman adalah: para insinyur beliau adalah dari kalangan jin. Istana beliau megah berlantai sangat tebal berbahan kaca. Para jin itu bekerja untuk Sulaiman membuat gedung-gedung tinggi (sky-scraper), benda-benda seni berupa arca (dahulu belum dilarang), piring-piring sebesar kolam dan periuk-periuk yang berukuran raksasa.
Kemudian beliau menyuruh mereka pulang sambil mengancam: jika Saba tidak mau tunduk maka siap-siap menghadapi agresi militer yang mustahil mereka lawan.