Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikmah Masa Kecil dan Masa Dewasa Isa Alaihissalam

5 April 2023   11:24 Diperbarui: 12 April 2023   13:06 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com

Ketika berbicara tentang Nabiyullah Isa alaihissalam, Al-Qur`an memberi isyarat pada dua tahapan usia manusia secara global, yaitu masa kanak-kanak (shabiy) dan masa dewasa (kuhulah). Kata 'kahla'  hanya dijumpai pada dua tempat di dalam Al-Qur`an yaitu Surat Ali Imran ayat ke-46 dan Surat Al-Maidah ayat ke-110. Lafalnya adalah sebagai berikut: 

Wa yukallimannaasa fil mahdi wa kahla wa minash shaalihiin

"Dan dia berbicara kepada manusia saat dalam buaian dan ketika dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." (QS. Ali Imran (3):46)

Tukallimunnaasa fil mahdi wa kahla

"Engkau berbicara kepada manusia saat dalam buaian dan ketika dewasa." (QS. Al-Maidah (5):110)

Kemampuan Isa berbicara saat masih bayi merupakan mukjizat dari sekian banyak mukjizat yang dimiliki Isa alaihissalam atas izin Allah.

Menurut Ibnu Katsir 'berbicara kepada manusia saat dalam buaian dan ketika dewasa' maknanya: 'mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, saat dia masih kecil, sebagai mukjizat dan tanda kebesaran Allah, dan saat ia dewasa tatkala dia menerima wahyu dari Allah tentang itu."

Di Surat Maryam ayat ke-29, pasangan kata 'fil mahdi' (dalam buaian) itu dipertegas dengan lafal shabiyya.

Fa-asyaarat ilaihi, qaaluu kaifa nukallimu man kana fil mahdi shabiyya

Maka dia (Maryam) menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, "Bagaimana kami berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS. Maryam (19):29)

Adapun isi ucapan bayi Isa saat itu diterangkan dalam lanjutan surat yang sama ayat ke-30 sampai dengan 33 dan ayat ke-36.

"Dia (Isa) berkata, 'Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.'

"Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup."

"Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."

Di ayat ke-36 ucapan beliau berbunyi,

(Isa berkata), "Dan sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus."

Sama halnya dengan kata  (kahla) lafal  (shabiyya) juga hanya disebut dua kali dalam Al-Qur`an yaitu di Surat Maryam ayat ke-12 tentang Nabi Yahya dan ke-29 tentang Nabi Isa. Pengertian shabiy adalah anak kecil laki-laki  yang belum baligh. 

Uniknya, dua tokoh nabi yang disematkan sebutan shabiyya dalam ayat adalah dua orang nabi yang sama-sama tidak menikah yaitu Yahya dan Isa alaihimassalam. Keduanya masih ada pertalian kekerabatan: Maryam ibu dari Isa adalah keponakan Zakaria, ayah dari Yahya. 

Adapun biografi  Nabi Isa yang tertera dalam Al-Qur`an memang hanya dalam dua penggal periode itu: saat beliau masih bayi dan ketika beliau sudah dewasa.

Narasi tentang masa dewasa Nabi Isa ialah kebersamaannya bersama Hawariyyun, peristiwa turunnya hidangan dari langit dan peristiwa kewafatannya dan diangkatnya beliau ke sisi-Nya. Artinya, kita tidak memperoleh berita tentang masa kanak beliau pasca penyapihan (2-7 tahun), masa kanak-kanak periode tamyiz (7 tahun sampai baligh) dan masa beliau ketika menjadi pemuda (pasca baligh selaku 'fata', sekitar 15 tahun ke atas). Berbeda misalnya dengan kisah Nabi Musa, Nabi Ibrahim, dan Nabi Yusuf alaihimussalam yang memberi kita wawasan tentang masa bayi, masa kanak dan masa pemuda masing-masing tokoh tersebut.

Saat masih bayi itu Isa berkata: "'Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."

Kalimat yang ringkas ini menegaskan posisi Isa yang sesungguhnya dalam agama langit yang benar (Islam). Dia hanya hamba, bukan Tuhan. Dia menerima wahyu dari Allah dan menjadi nabi. Ia diberkahi dengan berbagai manfaat yang ia berikan kepada umat manusia di sekelilingnya berupa pengajaran ilmu dan berbagai mukjizat, menjalankan syariat Islam (rukun Islam) terpenting yaitu shalat dan zakat, mengamalkan ajaran akhlak terpenting pula yakni berbakti kepada orang tua (khususnya ibu). Dan bahwa ia diwafatkan dan kelak dibangkitkan kembali.

Di akhir Surat Al-Maidah (116-118) disebutkan,

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, 'Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?' (Isa) menjawab, 'Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sungguh, Engkau Maha Mengetahui segala yang gaib."

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), 'Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.

Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana."

Dengan menyebut dua periode tahapan usia Nabi Isa ini (di masa bayi dan masa dewasa beliau) seakan Allah hendak menyampaikan pesan adanya konsistensi linier pada ajaran yang dibawa Nabi Isa. Sejak beliau bayi sampai beliau dewasa ajarannya tetap satu: yaitu tauhid. Agama beliau adalah Islam. Bahkan para murid beliau yang disebut hawariyyun menyebut diri mereka sebagai 'muslimin':

'Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada kaum hawari (pengikut-pengikut Isa yang setia), 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.' Mereka menjawab, 'Kami telah beriman, dan saksikan bahwa kami adalah muslimin." (QS. Al-Maidah (5): 111)

Kontinyuitas agama yang dibawa Nabi Isa kelak dilanjutkan oleh rasul terakhir dalam agama langit yakni Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, 'Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, namanya Ahmad (Muhammad)." (QS. Ash-Shaff (61): 6)

“Aku memiliki nama-nama. Aku adalah Muhammad dan aku juga Ahmad; Aku adalah Al Mahi karena Allah menghapuskan kekufuran dengan perantara diriku; Aku adalah Al Hasyir karena manusia dikumpulkan di atas kakiku; dan aku adalah Al ‘Aqib, karena tidak ada lagi nabi setelahku.” (Hadis riwayat Bukhari & Muslim).

"Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memberitahu kepada kami nama-nama beliau. Beliau bersabda: 'Aku Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi, Al Hasyir, Nabiyyur Rahmah, Nabiyyut Taubah.'" (HR. Muslim 2355).

Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun