Habib si tukang kayu menyeru, "Wahai kaumku, ikutilah para utusan Allah itu! Ikuti orang yang tidak minta upah dan mereka sendiri mendapat petunjuk!"
Ia menyatakan pendapat secara terus terang kepada masyarakat dalam rangka membela kebenaran dan membela ahlul haq.
Ia juga menyebut indikasi yang menguatkan kebenaran para utusan Allah itu: mereka tidak berpretensi duniawi sedikit pun, tidak mencari upah dalam dakwah mereka, dan dari gelagat serta karakter mereka tampak laku kejujuran, kesalehan, dan ilmu.
Kemudian ia menyampaikan argumentasi lanjutan dengan cara melakukan refleksi diri, namun  yang dituju refleksi itu sebenarnya adalah kaumnya.
"Mengapa aku tidak menyembah Tuhan yang menciptakan aku dan yang kepada-Nya kalian dikembalikan? Apakah aku harus menjadikan tuhan-tuhan lain sebagai sesembahan, padahal andai Ar-Rahman menghendaki bencana atasku tidaklah berguna syafaat tuhan-tuhan itu dan tidak pula mereka mampu menyelamatkan aku!"
"Sesungguhnya jika aku berlaku demikian pasti aku dalam kesesatan. Sungguh aku beriman kepada Rabb kalian, maka dengarkanlah!"
Jika dicermati, pada kalimat yang digunakan Habib saat menyampaikan hujjahnya, sesekali dia memadukan antara kata ganti 'aku' (orang pertama) dengan 'kalian' (orang kedua jamak). Misalnya pada ayat ke-22: alladzi fatharani wa ilaihi turja'un (yang menciptakan 'aku' dan yang kepada-Nya 'kalian' dikembalikan). Seharusnya Habib berkata: 'Yang menciptakan aku dan yang kepada-Nya aku dikembalikan'.
Juga pada ayat ke-25: 'Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb kalian.' Seharusnya Habib berkata: 'Sesungguhnya aku beriman kepada Rabbku.'
Akan tetapi tampak sekali ia ingin meyakinkan kaumnya bahwa Allah yang mengutus para rasul itu adalah benar-benar Rabb mereka. Dengan kata lain, ia ingin mendakwahi kaumnya tersebut.
Akhir kisah kita ketahui bahwa ashabul qaryah membunuh ketiga orang utusan itu bersama Habib sekalian. Namun itu bukan akhir segalanya. Al-Qur`an bertutur bahwa Habib diampuni dosanya dan dimasukkan ke dalam surga (QS. Yasin ayat 26-27). Sedangkan kaumnya dihukum dengan satu hentakan suara yang keras (shaihatan wahidatan) dan seketika itu pula mereka semua mati (QS. Yasin 28-29).
Wallahu a'lam.