Musa adalah seorang nabi, sedangkan Khidr hanyalah hamba Allah yang shalih yang dikarunia rahmat Allah dan ilmu laduni.
Keempat, tidak diceritakan bahwa pada akhirnya Musa menguasai ilmu yang dimiliki Khidr. Namun yang jelas, saat bermulazamah dengan Khidr itu Musa mempelajari prosedur belajar dan komitmen belajar: yaitu sabar, tidak terburu-buru menghukumi, menyoal atau mengingkari persoalan yang belum jelas. Karena yang pada lahirnya keliru ternyata benar pada akhirnya. Yang dipandang munkar ternyata ma’ruf.
Musa gagal dalam memenuhi prosedur belajar itu, meski sejak awal sudah berkomitmen untuk menahan diri dari menyoal, memprotes, atau berkomentar terhadap tindakan gurunya.
Komitmen awal itu satu hal, pelaksanaannya lain lagi.
Kelima, pembelajar swakarsa punya etika belajar, punya personal values. Ketika dua kali Musa gagal dan tidak cukup sabar menahan diri untuk tidak bertanya, pada kali ketiga Musa sendirilah yang pada akhirnya menyatakan siap berpisah dari gurunya itu.
“Jika aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan bolehkan aku menyertaimu lagi. Cukup sudah toleransi yang kau berikan.” Kira-kira demikian makna ayat ke-76.
Keenam, seorang pembelajar swakarsa sangat membutuhkan toleransi yang besar atas kesalahan yang ia buat dalam proses belajar, terutama karena lupa (lalai). Kesalahan sangat mungkin dan ini jamak. Pengajar atau fasilitator pembelajaran hendaknya tidak membebani atau mempersulit pembelajar dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Pembelajar adalah pusat dari proses interaksi yang berpendar.
Dalam hal ini bukan saja Musa yang lupa akan komitmen awalnya, Yusya' bin Nun, sang pemuda yang menyertai perjalanan Musa menemui Khidr sempat lupa soal ikan masak yang hidup lagi dan melompat ke laut dengan cara yang aneh.
Lokasi di mana lauk ikan yang sudah dimasak melompat menjadi 'ikan hidup' itu merupakan penanda lokasi Al-Khidr. Yusya lupa memberi tahu gurunya (Musa) soal itu. Mereka sudah meninggalkan lokasi Al Khidr hingga waktu siang berikutnya. Mereka terpaksa balik arah.
Tidak dinyatakan dalam ayat bahwa Musa memarahi Yusya'.
Yusya': "Tahukah engkau ketika mencari tempat berlindung di batu tadi aku lupa menceritakan ikan itu, dan yang membuatku lupa tidak lain adalah setan. Dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."